Skip to content

Tidak Boleh Ragu

 

Seseorang yang mengambil keputusan untuk hidup dalam iman yang benar tidak boleh ragu-ragu dalam menempatkan panggilannya sebagai satu-satunya isi hidup—satu-satunya cara memaknai kehidupan ini. Semua yang kita kerjakan hanyalah sarana atau alat untuk memaknai hidup, yakni bagaimana kita beriman dengan benar.

Sebagaimana hidup Abraham yang seakan dirampas dari dirinya sendiri—karena seluruh urusannya hanya mengikuti ke mana Tuhan mau menunjukkannya—menuju negeri yang Tuhan janjikan, meskipun ia tidak tahu di mana negeri itu berada. Itu luar biasa. Tidak ada tujuan yang jelas di mata manusia, tetapi justru itulah tujuan sejatinya, yang dijalani hari demi hari.

Tujuan hidup kita pun demikian. Sejak kita bangun tidur, menit demi menit, kita berusaha mengenal Tuhan, mengerti kehendak-Nya, dan melakukannya. Betapa mahalnya setiap menit kehidupan kita. Namun, kita sudah terlanjur rusak oleh dunia, dan sekarang kita perlu diperbaiki.

Jika seseorang memilih dunia, maka dalam perjalanan hidupnya ia akan terus diarahkan oleh kuasa gelap menuju dunia. Sebaliknya, hanya orang yang sepenuhnya mengisi hidupnya untuk mengenal dan mengalami Tuhanlah yang akan menemukan Tuhan. Tuhan mengenal dan dapat membedakan apakah seseorang memilih diri-Nya sebagai satu-satunya pilihan atau tidak. Sebab kita tidak dapat memilih dua tuan—harus salah satu—dan Tuhan mampu mengenali pilihan itu.

Seseorang yang benar-benar memilih Tuhan pasti berani meninggalkan segala sesuatu. Artinya, ia tidak lagi menghargai apa pun di dunia ini melebihi kepentingan Tuhan. Orang seperti ini akan mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya, meskipun melalui proses yang panjang. Hal ini akan nyata dalam setiap pilihan hidupnya: bagaimana ia menggunakan waktu setiap hari, apakah ia bersedia menyediakan waktu untuk belajar kebenaran firman Tuhan, berdoa, mengikuti pendalaman Alkitab, atau mendengarkan Suara Kebenaran; ataukah ia justru memilih kesibukan lain yang tidak berguna bagi pertumbuhan rohani.

Hal yang sama tampak dalam penggunaan harta atau kekayaan: apakah untuk kesenangan pribadi, harga diri, atau untuk pelayanan dan pekerjaan Tuhan. Banyak orang tidak menyadari bahwa Tuhan sedang menguji apakah jalannya lurus atau serong. “Serong” di sini berarti menyimpang, tidak setia, bahkan merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Tuhan.

Jika seseorang masih memandang bahwa dunia dapat menandingi atau mengimbangi ketenangan, kenyamanan, keamanan, dan kebahagiaan yang hanya berasal dari Tuhan, maka sebenarnya ia sedang melakukan pelecehan terhadap kebesaran Tuhan. Orang yang masih berada dalam keadaan seperti itu akan mudah jatuh dalam pelanggaran dan dosa. Padahal sejatinya, sukacita, damai sejahtera, ketenangan, keamanan, dan kenyamanan dari Tuhan tiada taranya.

Memang, Tuhan kadang-kadang mengizinkan kita mengalami banyak masalah. Namun di kekekalan nanti, kita akan aman selamanya. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa jalannya telah serong. Padahal setiap kita akan sampai pada pembaringan terakhir, tempat di mana tubuh kita direbahkan sebelum maut menjemput. Ironisnya, kita tidak pernah tahu di mana dan kapan pembaringan terakhir itu akan datang.

Diharapkan pada waktu itu kita masih dapat berkata, “Tuhan, Engkau sahabatku, temanilah aku.” Namun jika sejak jauh hari kita tidak sungguh-sungguh berjalan bersama Tuhan, maka kita tidak akan mampu mengucapkannya, sebab Tuhan pun tidak akan memberi kesempatan untuk menemani kita. Karena itu, marilah kita merenungkannya dengan sungguh-sungguh.

Satu kali, kita pasti akan sampai pada pembaringan terakhir. Mengapa kita perlu memikirkannya mulai sekarang? Karena kematian tidak mengenal usia, tidak mengenal tempat, dan dapat datang melalui berbagai cara. Jarang sekali Tuhan menunjukkan di mana pembaringan terakhir kita. Seandainya boleh memilih, tentu kita ingin tempat yang paling representatif menurut kita. Namun sesungguhnya, tidak perlu mempersoalkan di mana pembaringan terakhir itu, atau seperti apa peti mati kita kelak.

Yang menjadi persoalan sesungguhnya adalah: di mana roh dan jiwa kita akan dibaringkan setelah tubuh dikuburkan. Itulah hal yang paling penting—dan semuanya ditentukan oleh pilihan hidup kita hari ini.