Skip to content

Takut akan Tuhan

 

Kita harus melihat betapa mengerikannya kehidupan ini. Jangan menutup mata terhadap kenyataan ngerinya hidup. Ajaibnya, ketika kita sungguh-sungguh mempersoalkan perjalanan waktu dan menghayati betapa rapuhnya hidup, justru kita bisa menikmati hidup dengan lebih baik. Rasanya gula lebih manis, rendang lebih lezat, rumah tangga menjadi lebih indah, bahkan makan bersama keluarga terasa lebih berarti.

Mazmur 90:5 berkata: “Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.” Ketika kita berada di ujung waktu, barulah kita menyadari betapa benar firman Tuhan ini. Semua yang kita alami di bumi terasa seperti baru kemarin, namun kini semuanya akan segera berakhir.

Mazmur 90:7 menuliskan: “Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut. Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.” Artinya, dosa tidak pernah hilang dari hadapan Tuhan kecuali jika kita membereskannya. Firman Tuhan melanjutkan: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.”

Sejujurnya, tidak mudah memiliki perasaan takut akan Tuhan. Mengapa demikian? Pertama, karena kita tidak melihat Tuhan secara kasatmata. Kedua, lingkungan kita dipenuhi orang-orang yang tidak takut Tuhan—bahkan mungkin orang tua kita pun tidak mengenal Dia. Ketiga, kita dibentuk oleh doktrin atau filosofi hidup yang salah, yang hanya berorientasi pada kehidupan di bumi. Lalu bagaimana supaya kita memiliki takut akan Tuhan? Mulailah setiap pagi dengan doa. Sisihkan waktu khusus setiap hari untuk mencari Tuhan: membaca Alkitab, mendengarkan firman, membatasi apa yang kita lihat, dan menjaga pergaulan. Dengan cara itulah kita membangun takut akan Allah. Jika tidak, sangat sulit bagi kita memiliki rasa gentar yang benar kepada Tuhan.

Mazmur 90:12 mengingatkan: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Mari kita benar-benar menghitung hari-hari kita. Renungkan bagaimana kita mengisi hidup: apakah kita sudah berjalan dalam takut akan Tuhan? Rasa takut akan Tuhan sangat penting, supaya kita benar-benar siap menyambut momen ketika Tuhan menjemput kita.

Coba bayangkan: jika ada berita tentang demo besar, orang akan berbondong-bondong ke supermarket, memborong beras, minyak, dan kebutuhan lainnya. Semua dilakukan dengan rakus. Tetapi mengapa kita tidak “rakus positif”—rakus untuk mencari Tuhan, rakus untuk berdoa, rakus membaca firman, rakus bersekutu dengan Allah? Renungkan juga mengapa Daniel bisa memiliki hikmat luar biasa. Alkitab menuliskan bahwa ia tidak menajiskan dirinya dengan makanan yang dilarang Taurat. Artinya, ia menjaga diri dari hal-hal yang menajiskan. Demikian pula kita: jika ingin berhikmat, jangan biarkan hal-hal yang tidak pantas masuk ke pikiran kita. Sebab apa yang kita masukkan akan memengaruhi peta hidup kita, baik hari itu maupun masa depan kita.

Sesungguhnya, hidup di bumi hanyalah persiapan untuk masuk ke kehidupan yang sesungguhnya, yaitu di langit baru bumi baru. Dunia bisa berubah setiap saat, tidak ada yang bisa kita genggam sebagai jaminan. Karena itu, jangan hindari persekutuan. Carilah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Hiduplah dalam takut akan Tuhan. Layani Dia dalam setiap aspek hidup kita. Buatlah Tuhan tersenyum ketika melihat hidup kita, karena hidup kita menyenangkan hati-Nya.