Meninggalkan dunia berarti hidup tanpa terikat oleh keindahan dunia atau materi. Jangan takut mendengar istilah ini. Sejak awal, setiap orang yang menjadi pengikut Yesus memang harus meninggalkan dunia. Sayangnya, banyak orang Kristen hari ini tidak tahu, bahkan gereja pun sering tidak mengajarkannya dengan jelas. Jika kita membaca Injil, orang-orang yang dipanggil Yesus pasti meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Dia. Hal ini bukan berarti setiap orang harus menjadi pendeta, aktivis, atau full-timer di gereja. Bukan itu maksudnya. Meninggalkan dunia berarti memiliki hati yang tidak terikat oleh pesona dunia dan segala kemegahannya.
Siapa pun kita—apa pun usia, status, menikah atau tidak—harus belajar meninggalkan dunia. Jangan takut, sebab memang itulah syarat mengikut Yesus. Alkitab Perjanjian Baru konsisten mengajarkan hal ini. Dalam sejarah gereja, supaya kekristenan tetap murni, Allah sering memakai penganiayaan sebagai sarana pemeliharaan. Penganiayaan memisahkan kekristenan dari dunia. Wahyu 12:6 mencatat: “Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di sana.” Perempuan itu melambangkan gereja. Artinya, Allah menjaga umat-Nya melalui proses pemisahan.
Tanpa aniaya, kekristenan cenderung menyatu dengan dunia. Orang Kristen tidak sungguh-sungguh meninggalkan dunia, sehingga iman menjadi salah arah. Karena itu, penganiayaan pada abad mula-mula adalah cara Allah menjaga kemurnian Injil. Pada zaman itu, ada dua kekuatan besar yang menekan orang Kristen: agama Yahudi dan kekaisaran Roma. Orang Yahudi menolak Injil, bahkan menganiaya para murid. Kekaisaran Roma memberi kuasa kepada Saulus untuk membunuh orang Kristen. Dari sinilah terlihat jelas pemisahan: kekristenan bukan bagian dari Yudaisme, dan bukan tunduk pada kaisar Roma.
Namun sejak tahun 380 M, ketika kekristenan dijadikan agama negara, justru terjadi kerusakan. Saat penganiayaan berhenti, muncul new normal, tetapi itu membuat iman merosot. Kekristenan kehilangan kemurniannya, tidak lagi seperti yang Yesus ajarkan. Situasi ini berlangsung hingga hari ini. Banyak orang hanya beragama Kristen, tetapi tidak meninggalkan dunia. Banyak kekristenan yang palsu: tidak rohani, tidak surgawi. Karena itu, kita harus bertobat dan kembali kepada kebenaran firman Tuhan.
Memang meninggalkan dunia tidak mudah. Proses ini berat, sebab sejak lama kita terbiasa hidup dalam keterikatan duniawi. Tetapi Yesus sudah berkata bahwa mengikut Dia berarti masuk melalui jalan sempit. Karena itu Yesus berkata: “Berjuanglah kamu …” Sayangnya, banyak orang percaya tidak berjuang dalam arah yang benar. Mereka hanya sibuk berjuang dalam urusan rumah tangga, anak, ekonomi, kesehatan, penampilan, atau kedudukan. Bisa jadi, tanpa sadar, kita pun termasuk di dalamnya.
Padahal, meninggalkan dunia adalah kemutlakan dan tidak bisa dihindari. Tanpa itu, kita binasa. Yakobus 4:4 menegaskan: “Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah.” Jika kita masih mencintai dunia dan belum meninggalkannya, berarti kita sedang berkhianat kepada Tuhan. Hati kita seharusnya hanya tertuju kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Jika tidak, kita sedang mengkhianati Yesus Kristus.