Skip to content

Tidak Tergantikan

Saudaraku,

Bisa terjadi di suatu situasi, dimana seseorang merasa telah memiliki kehausan akan Allah, tetapi ketika situasi berubah, maka berarti kehausan akan Allah tersebut belum murni. Kalau belum murni pasti belum permanen. Ketika dalam situasi ekonomi yang sulit dan keadaan serba terjepit, seseorang mencari Tuhan serta merasakan kehausan akan Allah. Tetapi ketika memiliki uang, maka kehausan akan Allah menjadi luntur. Pada waktu masih hidup sendiri tanpa pasangan hidup, ia merasa dirinya memiliki kehausan akan Allah, tetapi begitu memiliki pasangan hidup kehausannya akan Allah menjadi pudar. Ini berarti Tuhan masih bisa tergantikan. Orang-orang seperti ini hanya menjadikan Tuhan sebagai pengganti sementara.

Mestinya, kehausan akan Allah harus sampai pada kesadaran yang benar bahwa baginya Tuhan tidak akan tergantikan oleh apa pun dan siapa pun. Dalam hidup ini ia tidak memandang ada pilihan lain selain Tuhan dalam hidupnya. Baginya, Tuhan tidak akan dapat tertandingi oleh apa pun dan siapa pun. Ini berarti, memiliki Tuhan Yesus sudah berarti hidup berlimpah. Dengan demikian ia dapat menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pelabuhan. Kehausan akan Allah berkembang atau menjadi kuat seiring dengan pudarnya keinginan terhadap segala sesuatu dan terfokusnya kerinduan akan Tuhan saja.

Pemazmur menyatakan perasaan ini dengan pernyataan, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (Mzm. 73:26). Sampai level kekristenan seperti ini, barulah ia dapat menjadi mempelai Tuhan yang tidak bercacat dan tidak bercela. Kitab Wahyu mengatakan bahwa mereka seperti wanita yang tidak mengenal laki-laki, hatinya tidak tercemari oleh kenajisan dan berhala (Why. 14:4).

Kehausan akan Allah juga merupakan suatu proses yang tidak akan terhenti. Harus terus bertumbuh. Pertumbuhan dalam kebenaran firman Tuhan yang mengubah logika. Dari logika yang diubahkan akan mengubah sikap terhadap dunia. Baginya, dunia tidak lagi indah seperti pemandangan hidupnya dulu. Pudarnya keinginan terhadap dunia bisa terjadi seiring dengan berubahnya logika seseorang. Dari logika duniawi ke logika rohani. Untuk memiliki logika rohani, seseorang harus mengenal akan kebenaran Tuhan secara lengkap atau utuh dan mengalami Tuhan secara riil, maka selanjutnya kehausan akan Allah terasa dengan sendirinya.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 

Kehausan akan Allah harus sampai pada kesadaran yang benar bahwa baginya Tuhan tidak akan tergantikan oleh apa pun dan siapapun.