Jika Roh Kudus mengekstrak kebenaran dari firman dan mengaplikasikannya dalam kehidupan seseorang hingga ia dipenuhi oleh firman, maka sejatinya ia mengalami kepenuhan Allah. Firman itu membawa “genetik ilahi” — karakter dan sifat Allah — yang akan dikenakan dalam hidup orang tersebut. Sebagai anak-anak Allah, kita harus bersifat seperti Bapa. Namun bagaimana bersifat seperti Bapa? Dimulai dari pembaruan pola pikir (mindset). Dan pembaruan ini tidak dapat dilakukan oleh manusia, betapa pun hebatnya — bukan oleh teolog, bukan pula oleh pendeta — melainkan hanya oleh tuntunan Roh Kudus.
Mendengarkan khotbah setiap hari pun tidak akan berarti apa-apa jika seseorang tidak sungguh-sungguh mendengar suara Roh Kudus dalam dirinya. Oleh karena itu, diperlukan tindakan-tindakan ekstrem untuk mengalami pekerjaan Roh Kudus secara nyata: memiliki jam-jam doa pribadi, membaca Alkitab dengan kesungguhan, menjauhi tontonan yang tidak perlu, menjaga pergaulan, dan melepaskan keterikatan dengan dunia. Fokus hidup harus diarahkan pada langit baru dan bumi baru. Ketika itulah firman hidup dan bertumbuh dalam diri kita.
Di dalam keadaan ini, barulah prinsip-prinsip iman Kristen yang sejati dapat dialami secara utuh: Sola Gratia – hanya oleh anugerah, Sola Fide – hanya oleh iman, yaitu penurutan terhadap kehendak Allah, Sola Scriptura – hanya oleh firman (lih. Lukas 11:16). Kita harus meninggalkan percintaan dunia. Tidak boleh ada keinginan lain selain Allah dan Kerajaan-Nya. Jemaat harus diarahkan menuju kehidupan seperti ini, agar benar-benar dipenuhi oleh firman — dan itu hanya mungkin melalui pekerjaan Roh Kudus, bukan oleh usaha manusia belaka.
Namun, seseorang tetap harus berjalan secara aktif dengan Tuhan. Ia harus mengalami perjumpaan-perjumpaan pribadi yang ekstrem dengan Allah, melalui pengalaman rohani yang konkret dari menit ke menit. Dalam setiap peristiwa, ia menyerap suara Roh Kudus. Ketika hal ini terjadi, Roh Kudus memeteraikan hidupnya, mengubahnya menjadi manusia baru. Catatan bagi para teolog dan pengajar: jangan menggantikan pekerjaan Roh Kudus. Tugas kita bukan menjadi pengganti Roh Kudus, tetapi menuntun jemaat untuk berjalan dengan Tuhan dan mengalami perjumpaan pribadi dengan-Nya.
Yesus berkata dalam Matius 24:12–13, “Karena makin bertambahnya kedurhakaan, kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Mengapa “bertahan” menjadi kunci? Karena dikepung. Kita tidak boleh main-main lagi — kita harus bertahan — karena dunia mengepung kita. Sadarkah kita bahwa seluruh kecenderungan berpikir dan selera hidup kita banyak diproduksi oleh sistem dunia? Dunia mencetak kita. Contohnya, tidak salah mengenakan pakaian bagus — tetapi harus dengan motivasi yang pantas, bukan untuk pamer (show off). Cara berpakaian pun dapat menjadi indikator apakah kita hidup dalam kesadaran Kerajaan Allah atau tidak.
Di masa lampau, jika ada bahaya, penduduk desa diperingatkan dengan kentongan. Hari ini, Tuhan pun telah menyuarakan alarm bahaya secara rohani. Tapi tidak semua mendengar. Bahkan yang mendengar pun belum tentu bersiaga. Mengapa? Karena banyak orang Kristen hidup sebagai produk dunia. Dan jika seseorang terlalu melekat pada dunia, akan sangat sulit — bahkan hampir mustahil — memutus ikatan dengan kebiasaan-kebiasaan duniawi yang sudah membentuk pikirannya: gaya hidup, tontonan, pergaulan, bahkan hobi yang menyita energi rohani.
Jadi, pengepungan terhadap orang-orang kudus bukan sesuatu yang akan terjadi nanti, melainkan sedang berlangsung sekarang. Perhatikan baik-baik: betapa rawan dan rapuhnya kehidupan iman Kristen kita saat ini. Kita telah dipengaruhi dan dibentuk oleh dunia ini. Rasul Paulus dalam Roma 12:2 mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini.” Tapi justru dunia telah mewarnai kita. Kenyataannya, kita seringkali tidak cukup berani untuk bersikap ekstrem. Mulai sekarang, jangan hidup dalam wilayah abu-abu. Pilihlah kutub kekudusan. Kita harus memiliki ambisi rohani: mengejar puncak kesucian, puncak pengabdian, dan puncak kekudusan. Terus berlari. Terus bekerja. Hari demi hari naik ke tingkat yang lebih tinggi, hingga dunia tidak mampu lagi menjangkau kita.