Seseorang tidak akan memahami makna pengabdian sebelum ia benar-benar merasakan penderitaan dalam melawan kedagingannya — melawan keinginan dan nafsunya sendiri. Naluri manusiawi kita selalu mendorong untuk menghindari rasa sakit, duka, kesialan, dan kemalangan; sebaliknya, kita mencari kenyamanan, keberuntungan, dan kepuasan. Namun, ketika kita berhadapan dengan Yang Mahatinggi, kita harus mengubah cara pandang itu: “Kesenanganku adalah ketika aku berhasil melawan kedaginganku; kepuasanku adalah ketika aku menang atas nafsuku dan pikiran jahatku; sukacitaku adalah ketika aku menang atas keinginan kotor dalam hidupku.”
Hal ini tidak mudah. Tetapi jika bukan ini yang kita perjuangkan, berarti kita belum benar-benar berjuang. Sayangnya, banyak orang Kristen tidak hidup dalam perjuangan rohani. Mereka mencari Tuhan karena takut ditinggalkan-Nya, tetapi tetap ingin hidup nyaman. Mereka tidak ingin masuk neraka, namun juga enggan meninggalkan zona nyaman di dunia. Padahal, Allah akan memberikan kehidupan yang baik menurut ukuran dan kehendak-Nya, bukan menurut keinginan manusia.
Inilah seharusnya menjadi tujuan utama hidup kita: hanya ada Tuhan, diri kita, dan pekerjaan-Nya. Dalam konteks itu, tentu ada berkat dan perlindungan. Seluruh roda kehidupan kita berputar — tetapi biarlah itu terjadi di dalam gelanggang Allah, bukan di arena buatan diri kita sendiri. Selama roda itu terus berputar dalam hadirat-Nya, kita akan semakin mengenal Allah secara nyata dan mendalam.
Ketika kita hidup dalam kesadaran itu, kita akan berjuang untuk menghidupi setiap kebenaran yang kita pahami. Mengasihi Tuhan bukan perkara sembarangan, sebab hanya mereka yang berjuang yang tahu apa itu mencintai Tuhan. Banyak orang tahu apa itu pelayanan, tetapi tidak mencintai pelayanan. Mereka mengenal pekerjaan Tuhan, tetapi tidak menghargainya. Ketika pelayanan itu harus hilang atau diambil dari mereka, muncul kemarahan dan rasa kepemilikan pribadi. Mereka berpikir: “Ini pekerjaanku, akulah yang harus melakukannya!” Padahal itu bukan milik kita — itu pekerjaan Allah. Kita hanyalah karyawan dalam kerajaan-Nya. Semua yang ada adalah milik-Nya. Jangan sampai para pelayan Tuhan terjatuh ke dalam jebakan Iblis yang telah disiapkan melalui keangkuhan dan rasa memiliki yang keliru.
Kita semua dipanggil untuk menemukan gelanggang hidup masing-masing, tempat kita menjalani hidup bersama Tuhan. Jika kita jatuh dalam dosa, jangan kita menikmatinya. Dosa harus menjadi sesuatu yang menyakitkan, bukan kebiasaan yang dibenarkan. Jika ketidaksengajaan dalam dosa mulai terasa nikmat, maka itu akan segera berubah menjadi kesengajaan. Dan bila dosa terus dinikmati, lama-kelamaan kita akan kehilangan kepekaan rohani. Kita tidak lagi mampu membedakan mana yang dosa dan mana yang bukan. Kiranya kita semua dijauhkan dari keadaan yang membutakan hati ini.
Ketahuilah bahwa berbagai goncangan yang Tuhan izinkan terjadi adalah sarana kasih-Nya untuk menyadarkan kita akan bahaya yang tersembunyi dalam roda kehidupan kita. Ketika Tuhan mengguncang gelanggang kehidupan seseorang, itu tanda ada sesuatu yang tidak beres dan perlu ditata ulang. Namun, banyak orang justru tidak menyadari hal itu. Mereka marah ketika diguncang, dan karena takut menyalahkan Tuhan, mereka menyalahkan orang lain yang dianggap mengganggu kenyamanan mereka.
Seharusnya, ketika goncangan terjadi, kita datang dengan hati yang rendah dan bertanya, “Tuhan, apa yang salah dalam hidupku?”