Saudaraku,
Kehausan akan Allah ternyata memiliki kadar. Tingkatan kadar atau levelnya bisa tidak terbatas, dari kadar yang lemah sampai kadar yang kuat. Kadar kehausan akan Allah ini tidak bisa dikenali dengan mudah oleh dirinya sendiri, apalagi oleh orang lain. Namun ironis, banyak orang Kristen yang mata hatinya belum tercelik oleh kebenaran firman Tuhan sehingga sebenarnya ia belum mengerti adanya kehausan akan dirinya sendiri. Selain itu pikirannya masih dipenuhi dengan pikiran duniawi. Kehausannya tertuju kepada hal-hal duniawi. Kalau ia tidak segera mengubah arah kehausan jiwanya, maka ia akan semakin sesat sampai titik di mana ia tidak bisa berbalik kepada Tuhan lagi.
Orang seperti di atas tersebut pasti belum menyadari bahwa dunia ini bukan rumah permanen orang percaya. Harus dipahami bahwa orang percaya hanyalah orang yang menumpang di bumi ini. Kalau seseorang belum menyadari bahwa dirinya adalah musafir, maka ia akan berusaha untuk bisa menikmati sebanyak-banyaknya apa pun yang dapat diperoleh dari dunia ini. Baginya hal itu adalah wajar dan tidak menyalahi kehendak Tuhan. Ini berarti ia membawa dirinya sebagai manusia seperti yang lain, padahal orang percaya adalah orang yang memiliki karunia sulung roh. Orang percaya harus berkeadaan berbeda dengan mereka yang tidak terhitung sebagai umat pilihan yang menjadi ahli waris Kerajaan Surga. Orang percaya adalah orang-orang yang dipersiapkan untuk dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kenyataan ini harus menggerakkan kita berani mengambil langkah yang mantap untuk tidak sama dengan dunia ini (Rm. 12:2).
Semakin seseorang dewasa rohani, semakin kuat kehausannya akan Allah. Seiring pertumbuhan ini, maka kecintaannya kepada Tuhan juga berkembang. Sampai pada taraf tertentu ia merasa bahwa ada suatu kekosongan dalam jiwanya yang tidak bisa diisi oleh siapa pun kecuali oleh Tuhan. Dalam hal ini akan muncul dan tumbuh semakin kuat suatu naluri yang baru di dalam dirinya untuk selalu menikmati Tuhan. Dalam hal ini seseorang baru bisa menyadari apa artinya bahwa Tuhan adalah air kehidupan (Yoh. 4:11-14; Yoh. 6:35). Sebenarnya, kehausan seperti ini telah dikenal oleh kekasih-kekasih Tuhan dalam Perjanjian Lama (Mzm. 42:3; 63:2; 143:6). Tentu saja umat Perjanjian Baru akan mendapat pemuasan yang lebih banyak, yaitu jika sungguh-sungguh meneguk air kehidupan dari Tuhan. Dan Tuhan Yesus Kristuslah satu-satunya air kehidupan.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Kadar kehausan akan Allah seseorang tidak bisa dikenali dengan mudah
oleh dirinya sendiri, apalagi oleh orang lain.