Skip to content

Mewarnai Perasaan Allah

Saudaraku,

Tidak ada gairah yang lebih mulia, tidak ada gairah yang lebih agung dari gairah menyenangkan hati Tuhan. Sebenarnya sebagai makhluk ciptaan seperti kita ini, jauh sekali jika dibanding dengan kemuliaan Allah. Allah yang maha agung, Allah yang maha mulia, maha tinggi, maha kudus dan sempurna, maha segala-galanya, sedangkan kita adalah makhluk ciptaan yang juga telah terjual di bawah kuasa dosa. Tetapi oleh karena keselamatan dalam Yesus Kristus kita diperkenan menjadi anak-anak Allah, itu luar biasa. Bukan hanya itu, tetapi kita diperkenan untuk bisa memengaruhi, mewarnai, menggerakkan perasaan Allah yang maha agung tersebut. 

Bukan mempengaruhi dalam arti mengatur, melainkan bisa menggerakkan, mewarnai, seperti yang dikatakan di dalam firman Tuhan, “Demikian juga ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat lebih daripada sukacita karena 99 orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” Sukacita di surga yang terbangkitkan oleh suatu fenomena, oleh suatu kejadian, yaitu orang berdosa yang bertobat. Jadi ada satu kejadian yang bisa menggerakkan, mewarnai suasana surga yang sama dengan menggerakkan, mewarnai perasaan-Nya. Dan ini luar biasa. Kiranya Tuhan memberi kita pencerahan untuk benar-benar bisa menghayati hal ini, ada sukacita di surga karena orang berdosa yang bertobat, pasti ini sukacita Allah. Tidak mungkin ada suasana sukacita di surga yang luput, yang lepas dari perasaan Allah.

Berbahagialah Saudara yang bisa memiliki gairah bagaimana mewarnai hati Allah, menggerakkan hati Allah, yaitu membuat sukacita-Nya atau dengan kalimat yang sering kita ucapkan adalah bisa menyenangkan hati Allah. Itulah sebabnya Saudara harus benar-benar mengalami satu perjumpaan head to head dengan Allah, person to person, heart to heart. Lepas dari siapapun dan apa pun. Setelah kita benar-benar menyadari bahwa Allah itu pribadi yang hidup, yang berperasaan dan yang reaktif, reaktif terhadap tindakan kita, tentu juga responsif. Sebagaimana kalau kita sedang di jalan, kita lihat berbagai kejadian dan bisa saja hati kita tergerak karena merasa kasihan. Tapi banyak orang yang tidak peduli, karena tidak kenal orang-orang itu. Tetapi kalau itu menyangkut seseorang yang kita kenal, apalagi jika itu adalah anak-anak kita, maka pasti kita reaktif.

Allah itu mengikatkan diri-Nya dengan kita. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan, “Jangan mendukakan Roh Allah yang ada di dalam diri kita.” Roh Allah itu sama dengan Roh-Nya Allah. Allah mengikatkan diri-Nya dengan kita. Allah tidak mengikatkan diri-Nya dengan makhluk manapun; tetapi dengan kita, anak-anak-Nya, Allah mengikatkan diri-Nya.  Jadi kalau dalam 1 Petrus 1:16-17 firman Tuhan mengatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”

Artinya, Bapa memandang perbuatan kita, karena perbuatan kita dapat membangkitkan dan mewarnai perasaan dan respon-Nya; apakah memberikan reward atau pukulan atau disiplin. Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa kehidupannya tidak bisa tidak terhubung dengan Allah. Maka hendaklah kita hidup dalam ketakutan karena Allah memperhatikan hidup dan perbuatan kita dimana hal itu terhubung dengan Allah. Allah mengikatkan perasaan-Nya dengan kita.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 

Bapa memandang perbuatan kita, karena perbuatan kita dapat membangkitkan dan mewarnai perasaan-Nya