Skip to content

Usia Rohani

Kesucian harus dibangun sejak muda. Kalaupun kita sudah cukup berumur dan sering gagal, tetap masih bisa diperbaiki. Di-reset, di-redefine, di-recode; diformat kembali. Terhadap orang yang berlaku suci, Allah berlaku suci; suci menurut standar Allah. Kalau kita mengasihi Tuhan, Tuhan juga mengasihi kita. Kalau di kalangan orang Kristen, kalimat itu bisa dianggap berbahaya atau melanggar kebenaran. “Pada waktu kita berdosa, Tuhan sudah mati bagi kita, mengasihi kita. Apalagi sekarang.” Memang ada ayat firman Tuhan itu. “Apalagi sekarang” yaitu “sekarang” kalau kita hidup di dalam kebenaran-Nya. Kita harus membaca seluruh konteksnya, jangan hanya satu ayat.

Kalau anak kita umur 2 tahun, belum mengasihi kita, tetapi kita mengasihi dia. Anak umur 4-5 tahun, kadang-kadang juga belum bisa mengasihi kita, tetapi tetap kita kasihi. Anak remaja, bukan main bisa nakal. Lihat para orang tua yang kewalahan menghadapi anak-anak remajanya. Tetapi, mereka tetap mengasihi. Meskipun tertangkap kasus narkoba, masuk kantor polisi, orang tua bisa rela membayar polisi supaya berita perkaranya diubah. Tentu tidak semua polisi berbuat begitu, tetapi bisa berbuat begitu. Di ujung dunia mana pun, selalu ada orang tua yang membela anaknya. Orang tua, biasanya begitu. Meskipun anaknya nakal, tetapi masih sayang. 

Tetapi kalau anaknya sudah berumur 41 tahun, masih pakai narkoba, apakah orang tua akan berkata demikian? Bisa sebaliknya, mereka memberikan konsekuensi atas tindakan sang anak. Jadi, jangan kita berkata, “Walaupun kita tidak mengasihi Dia, Allah mengasihi kita.” Hati-hati, kita harus mengerti kebenaran dengan lengkap. Ada juga orang tua yang ketika anaknya terkena narkoba sebagai pengguna, masuk penjara, mereka membiarkan dengan harapan sang anak belajar menderita sehingga tidak mengulangi perbuatannya. Tetapi, jika setelah ditolong dan berhasil keluar penjara, masih melakukan lagi; maka orang tua bisa bertindak lebih tegas. Misalnya, sang anak tidak diakui lagi sebagai anak mereka. Maka, mendidik anak itu bukan mulai sejak remaja, melainkan sejak Sekolah Minggu. 

Makin tua umur kita, cinta kita kepada Tuhan juga harus makin kuat, seimbang dengan kedewasaan rohani kita. Memang dulu waktu masih remaja, cinta kita kepada Tuhan yang porsinya demikian itu, aman. Tetapi tidak akan aman setelah umur kita berjalan terus. Waktu kita remaja, porsi kecil masih cukup. Tetapi setelah umur 50 tahun misalnya, porsi “segitu” tidak cukup, harus “segini.” Seiring dengan kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita, mestinya seiring dengan usia rohani kita, kita mencapai puncak yaitu titik kecintaan kepada Tuhan. Kalau sudah menjelang senja, maka kita harus sudah menanggalkan semua hal yang mengikat hati. 

Tidak ada cara lain untuk menghadirkan hadirat Allah, kuasa Allah, kecuali dengan kekudusan dan kesucian hidup. Dalam 2 Korintus 11 dikatakan, “Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi, karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci.” Kita harus jadi perawan suci. Kalau ada orang berkata, “Tuhan mengasihi kita, walaupun kita tidak mengasihi Dia.” Nanti dulu, itu waktu umur rohani kita berapa? Di ayat lain dikatakan, “Walau kita tidak setia, Dia tetap setia.” Berapa kali kita memberontak dan melakukan tindakan tidak setia? “Keselamatan karena anugerah. Apa pun sampai ujungnya, kalau memang ditetapkan selamat, tetap selamat,” itu pemahaman yang salah. 

Kita harus menjadi perawan suci. “Perawan” di sini bukan berarti tidak pernah melakukan hubungan seks. Bukan dalam pengertian umum, melainkan tidak terikat dengan percintaan dunia. Kalau kita tidak menjadi perawan suci, maka kita tidak akan menjadi mempelai di kekekalan. Paulus berkata, “Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus.” Siapa yang disesatkan? Manusia; orang Kristen. Siapa yang menyesatkan? Iblis. Bukan Tuhan yang menyesatkan. “Engkau ditentukan selamat, bagaimanapun sampai akhirnya engkau selamat. Engkau tidak bisa menolak anugerah itu. Dia tidak ditentukan selamat. Sampai kapanpun, dia tidak selamat. Tidak mampu; tidak ditentukan menerima keselamatan.” Sebagian besar orang Kristen berpendirian seperti itu. 

Dulu kita pun berpikir begitu. “Sekali selamat, tetap selamat.” Selamat itu apa? Selamat adalah proses dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Allah aktif, manusia juga harus aktif. Kalau tidak merespons, berarti kita menolak; kita tidak percaya. Kalau ada orang Kristen yang masih punya pandangan itu, kita tidak bisa memaksa mereka. Tetap kita anggap saudara, tidak masalah. Kita boleh beda teologi, beda doktrin, tetapi kita masih saudara dalam Tuhan. Bukan berarti orang yang doktrinnya demikian, masuk neraka. Hanya saja, doktrin seseorang menentukan tingkat kesucian, tingkat kesalehan, dan tingkat kedewasaannya. Kalau mau berkompetisi, jangan kompetisi yang menyakitkan. Nanti di kekekalan, baru akan terlihat buahnya masing-masing. 

Mestinya seiring dengan usia rohani kita, kita mencapai puncak yaitu titik kecintaan kepada Tuhan.