Saudaraku,
Bagaimana kita bisa membangun penghayatan bahwa Allah tidak meninggalkan kita? Ada hal-hal yang harus kita lakukan yang membuat kita bisa menghayati bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Yang pertama, kita harus percaya bahwa keadaan kita hari ini bukan keadaan tanpa sebab. Ada ‘Sang Penyebab,’ yaitu Tuhan yang memelihara kita. Maka jangan hanya melihat orang yang ada di atas kita; yang lebih kaya, lebih sehat, lebih tidak bermasalah.
Tapi lihatlah orang yang banyak masalah, yang hancur, jatuh miskin dan lain sebagainya. Kalau kita seperti itu pun, kita juga harus mengakui bahwa itu baik untuk kita. Sebab kejadian-kejadian itu merupakan sarana mempersiapkan kita masuk Langit Baru Bumi Baru. Tidak akan kita sesali. Kita harus percaya bahwa keadaan kita hari ini karena Tuhan. Oleh sebab itu kita harus belajar bersyukur. Hal ini akan mengokohkan keyakinan kita bahwa Allah beserta. Itulah sebabnya, setiap hari harus ada ucapan syukur.
Kalau bangsa Israel memberi korban ucapan syukur dengan binatang yang disembelih lalu membuat nyanyian-nyanyian. Kita tidak menyembelih binatang, tapi hati kita yang kita sembelih; hati yang mengucap syukur kepada Tuhan. Itu berdampak dalam jiwa kita, dalam keimanan kita. Coba kita lakukan setiap hari, mengakui dan menyatakan: “Aku ada ini karena Tuhan. Jikalau bukan Tuhan, aku tidak seperti ini.”
Tapi jangan asal mengucap syukur, harus dengan penghayatan. Banyak orang di dunia ini, termasuk orang Kristen, tidak tahu diri, tidak tahu berterimakasih. Kalau pun mengucap syukur, tanpa perasaan. Ketika kita mengakui bahwa kita seperti ini karena kemurahan Tuhan, hal itu akan membuat kita juga jadi rendah hati dan tidak menjadi sombong. Sehingga kalaupun kita berduit, terhormat, punya gelar, pangkat, kita tidak menjadi sombong.
Yang kedua, kita harus membaca Alkitab tiap hari atau mendengar khotbah. Tindakan Tuhan, jejak Tuhan ditulis di Alkitab. Jadi kalau kita banyak membaca Alkitab, Allah menjadi hidup di dalam pikiran kita dan Allah memang hidup. Ketika kita membaca Alkitab, Roh Kudus bicara, kita akan merasakan kehadiran Tuhan.
Yang ketiga, usahakan untuk masuk atmosfer kehadiran Tuhan. Atmosfer kebaktian itu membuat kita merasakan bahwa Allah itu hidup dan hadir. Maka para pembicara harus memiliki kehadiran Tuhan, harus ada di dalam hadirat Tuhan setiap saat. Tidak sulit kalau hanya bergelar Sarjana Teologi. Tapi untuk membawa kehadiran Tuhan, itu beda. Para hamba Tuhan harus duduk diam di kaki Tuhan, hidup suci. Karena tanpa kesucian, kita tidak bisa berjalan dengan Tuhan. Waktu kita nyanyi, waktu doa getar suaranya, wajahnya, matanya itu mencerminkan hubungannya dengan Tuhan. Jadi, menjadi tanggung jawab kita untuk menghadirkan Tuhan supaya jemaat merasakan hadirat Tuhan itu.
Saudaraku,
Terkait dengan ini, bergaulah dengan orang yang takut akan Allah. Sebab kalau kita berkumpul dengan orang-orang ateis, yang tidak percaya adanya Tuhan, atau yang tidak takut Tuhan, maka kita bisa menjadi tidak yakin Allah itu ada, kita terbawa arus mereka. Dengan kita melakukan hal ini, kita akan menjadi yakin, menghayati Allah ada, dan kita pasti tergiring hidup suci. Pasti kita memiliki takut akan Allah dengan benar. Dan kita akan berani menghadapi segala keadaan. Kita percaya dan merasakan Tuhan hadir di tengah-tengah kita senantiasa.
Dia menyertai kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita, walaupun kadang-kadang Tuhan seperti tidak ada, seperti tidak peduli dan keadaan kita terpuruk. Kita tidak akan jatuh tergeletak, sebab Tuhan pasti menopang. Firman Tuhan mengatakan, “Sumbu yang pudar tidak akan dipadamkan-Nya, dan buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan-Nya.”
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Kita tidak akan jatuh tergeletak, sebab Tuhan pasti menopang.