Skip to content

Tuhan Menyertai

Jangan takut hari esok, baik di bumi ini sampai di kekekalan, jangan takut. Nasib kita, anak cucu keturunan kita, Allah sangat sanggup pelihara. Dia Maha Kuasa. Ingat, mengapa Abraham begitu dicintai Tuhan. Lot, keponakannya, anak cucu keturunannya, semua terpelihara. Berapa banyak kalimat dalam Alkitab yang mengatakan, “Allah mengingat Abraham.” Allah mengingat Abraham karena Abraham membawa mandat-Nya. Abraham memikul rencana Allah yang harus dipenuhi. Dia harus menjadi bapak banyak bangsa, bapak orang beriman. Maka, hidupnya harus menjadi teladan, contoh, potret, prototipe orang beriman.

Dia harus meninggalkan Ur-Kasdim supaya punya gaya hidup yang tidak sama dengan keluarganya, nenek moyangnya. Dia harus menunggu anak selama seperempat abad. Dia harus mengalami ujian-ujian berat. Hari ini, kita sebagai anak-anak Abraham dalam iman, bisa belajar. Abraham menjadi model, prototipe orang beriman, dan dia bayar harganya. Maka, Allah mengingat. Tidakkah kita senang jika Tuhan akan mengingat kita dan anak cucu keturunan kita? Kita bayar harga keamanan keturunan kita dengan kesucian hidup dan kedekatan kita dengan Allah semesta alam, walaupun itu bukan tujuan utama. 

Tujuan utama kita adalah menyenangkan Dia dan melayani Dia. Jangan kehilangan kesempatan. Hidup ini tidak main-main. Jangan pulang ke negeri kekekalan dengan tangan kosong. Karena kita tidak berbuat apa-apa selama hidup. Bertobatlah, dimulai dari kehidupan yang benar. Jangan berbuat dosa lagi, karena dosa membuat kita terkubur dalam kebodohan, dan kita tidak akan pernah bisa dipercayai Tuhan. Sebab hanya orang-orang kudus yang bisa berjalan dengan Tuhan. Hal itu harus dimulai dari karakter yang baik. Bukan dimulai dari kecakapan, uang, atau apa pun yang bisa kita sumbangkan ke gereja. Tapi harus dimulai dari karakter, watak kita. Karenanya, kita harus berproses untuk benar-benar makin kudus, makin tak bercacat tak bercela. Ketika kita mengerti kebenaran, kita percaya Tuhan akan cukupi kita. 

Tidak ada yang bisa menghindarkan diri dari pengadilan Tuhan. Cepat atau lambat kita ada di pengadilan Tuhan. Miliki kegentaran akan hal itu. Di bumi, kita memiliki nama besar, atau sebagai seorang pimpinan, pengusaha sukses, tetapi kalau ternyata di hadapan pengadilan Tuhan di mana tidak ada yang bisa kita tutupi, dan ternyata kita didapati busuk, memalukan. Jangan sampai kita dipermalukan dalam kekekalan. Jangan pulang dengan tangan kosong. Jiwa-jiwa yang kita selamatkan menjadi harta, permata Tuhan. Berharga di mata Allah. Maka, berubahlah, sebelum waktu ini berlalu. 

Ketika kita memiliki beban dan mengambil bagian dalam penderitaan Tuhan, kita pasti dijagai Tuhan. Kita mungkin tidak punya apa-apa, tetapi kalau tulus berkata, “Ini aku, utuslah aku,” Tuhan akan bela kita. “Jadikan semua bangsa murid-Ku,” bukan sekadar membuat orang jadi Kristen. Murid itu belajar. Maka, kita harus jadi murid dulu. Kita harus bisa melakukan apa yang Sang Guru kita teladankan dan perintahkan, baru kita bisa menunjukkan diri bagaimana kita menjadi teladan, menjadi model bagaimana orang membentuk, membangun dirinya. Maka, tidak berlebihan Paulus berkata, “Ikuti teladanku dan orang-orang yang hidup sama seperti kami, jadi teladanmu.” 

Paulus sudah di surga, tetapi ada orang-orang yang hidupnya seperti Paulus yang menjadi teladan. Bukan hanya cakap berbicara, tetapi orang yang hatinya seperti Paulus yang berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Paulus berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Semua kita bisa menjadi seperti Yesus dan mencontoh kehidupan Paulus. Ini kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk berubah. Kita harus berubah dan terus berubah. Mumpung kita masih memiliki hari dan kesempatan. 

Barangkali saat ini hidup kita porak-poranda. Ibarat rumah, mungkin sudah miring, sudah berantakan. Namun, itu tidak menutup kemungkinan untuk kita dipulihkan. Marilah dengan tulus kita berkata, “Aku mau mengambil bagian dalam pekerjaan-Mu, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?” Jangan berpikir tidak punya uang, berpenampilan buruk, tidak berpendidikan, karena setiap kita ini istimewa. Kalau tidak bisa menyelamatkan 100 orang, 10 orang itu sudah luar biasa. Tidak bisa menyelamatkan 10 orang, satu orang di sekitar kita yang bisa diantar ke Kerajaan Allah, itu nilainya lebih dari semua harta di dunia. Walau hanya satu. Tentu dimulai dari diri kita sendiri. Bertobat. Jangan berbuat dosa lagi. 

Selamatkan diri kita. Setelah itu, jadilah alat untuk menyelamatkan orang lain. Tidak dibutuhkan uang, penampilan, atau pendidikan. Hati yang diserahkan, sehingga kita dibentuk Tuhan, diproses. Mulailah hari ini memiliki karakter, sifat-sifat Allah, sehingga kita bisa memiliki beban seperti beban yang ada di dalam hati Tuhan. Dia hidup, Dia hadir. Dia mendengar suara kita sekecil apa pun. Allah yang berkuasa bisa memulihkan kita. Kalimat “Aku menyertai kamu,” akan kita alami kalau kita menjadi alat di dalam tangan Tuhan sebagai utusan-Nya. Kalau Allah menyertai kita, itu segalanya. 

Kalimat “Aku menyertai kamu,” akan kita alami kalau kita menjadi alat di dalam tangan Tuhan sebagai utusan-Nya.