Skip to content

Tuhan Melukai 

Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan mengajarkan, “Berikan kami makanan kami pada hari ini yang secukupnya.” Kalimat ini mengisyaratkan ketergantungan terus-menerus kepada Bapa di surga, yang akan membangun selera jiwa; sehingga kehausan akan Allah dapat terpenuhi. Sampai akhirnya kita bisa mengerti bahwa ada kehausan di dalam jiwa kita yang hanya bisa diisi oleh Tuhan. Dan itu mestinya ditemukan. Jadi kalau mengandalkan Tuhan hanya karena masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, maka kehausan jiwa kita belum terjawab, karena kita tidak memiliki keterikatan dengan Tuhan. Dalam hal ini, kita memanfaatkan Tuhan, menarik Tuhan di bisnis kita, tapi kita tidak mau mengerti bisnis Dia. Dan itu yang dilakukan oleh kuasa kegelapan melalui mimbar-mimbar gereja yang tanpa disadari menyesatkan umat.

Sejatinya, itu bahaya sekali. Jadi kalau kita mengandalkan Tuhan, haruslah karena hanya Tuhan yang bisa menjawab keselamatan kekal kita, sekalipun masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, Tuhan tidak menolong, asal kita tidak terlepas dari ikatan dan pelukan Tuhan. Makanya Tuhan tidak jarang membuat seseorang miskin. Tuhan izinkan kita mengalami kesulitan, Tuhan pun bisa “melukai” demi keselamatan kekal kita. Jadi, kita tetap harus bersyukur. Maka, jangan menunggu jatuh, bangkrut, sakit, baru kita pegang tangan Tuhan. Jangan sombong. Kesombongan itu berangkat dari sikap hati di mana seseorang merasa bisa hidup tanpa Tuhan. 

Ketika semua dalam keadaan nyaman, finansial cukup, tubuh sehat, kita tidak merasa perlu bergantung pada Tuhan. Mestinya, walaupun tubuh sehat, uang banyak, relasi kuat, tetap kita harus bergantung dan mengandalkan Tuhan. Kita akan buktikan bagaimana Tuhan tidak mempermalukan orang yang mengandalkan Dia. Buktikan, Tuhan itu hidup. Tuhan tetap pelihara, walaupun di tengah kelam kabut hidup, asalkan kita tetap mencari Tuhan. Kita pasti akan dibedakan, karena Elohim Yahweh, Allah Israel itu tidak berubah, dulu, sekarang, sampai selama-lamanya tidak berubah. Jadi, jangan sombong. 

Dan ingat, jangan kita berurusan mengenai kekekalan hanya pada waktu mau mati, atau saat sudah tua, sebab kita tidak akan bisa. Hal ini harus dimulai sejak jauh-jauh hari. Sebab ketika kita haus akan Dia, kecanduan Dia, berarti Tuhan baru bisa menikmati kita. Pasti Tuhan akan membawa kita pulang ke Rumah Bapa. Alkitab berkata, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon.” Persahabatan kita bukan dengan dunia, bukan dengan mamon, namun dengan Tuhan. Mamon, kita pakai untuk bersahabat dengan Allah. Ironis, orang berurusan dengan Tuhan karena dompet. 

Kita membutuhkan Tuhan, Pribadi-Nya. Kita mengandalkan Tuhan karena terkait dengan kekekalan, sehingga pencarian kita akan Tuhan stabil dan di dalam pencarian tersebut kita menghayati adanya kehausan jiwa kita yang hanya bisa dipenuhi oleh Allah. Ketika pikiran kita hanya tertuju pada perkara-perkara materi, maka kita tidak pernah menemukan kehausan jiwa yang sejati. Haus kita sesat, hausnya salah. Maka ketika kita menghargai Tuhan dan menjadikan Dia paling berharga dalam hidup, maka kita pun menjadi berharga di mata Tuhan. Sampai pada kehidupan menjadi kekasih abadi Tuhan, seperti Paulus katakan, “Aku mempertunangkan kamu dengan Kristus sebagai perawan suci di hadapan Tuhan.” 

Tuhan mau menyempurnakan kita menjadi mempelai-Nya. Jadi, mestinya tidak ada yang kita anggap berharga selain Tuhan. Jangan memberhalakan sesuatu, sampai Tuhan saja ditarik-tarik untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Di situ kita tidak menghormati Tuhan. Tuhan berkata, “… itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.” Masakan kita seperti itu? Kalau burung di udara, Dia pelihara dan bunga di padang Dia dandani, apalagi kita sebagai kekasih-Nya. Pemazmur pun sudah berkata, “Sekalipun daging dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” 

Sering mimbar dipakai untuk menipu orang, seakan-akan masalah jodoh, ekonomi, kesehatan merupakan masalah besar, sehingga umat memberhalakan masalah. Padahal bagi Tuhan begitu mudahnya menyelesaikan semua itu, kalau Tuhan mau. Tapi itu bukan core-bussiness-Nya Tuhan. Sejatinya, yang tidak mudah adalah sikap hati kita yang harus kita ubah, karena Allah tidak bisa ubah secara sepihak; kita yang harus sadar dengan sendirinya. Maka, jangan kendor mencari Tuhan. Dunia ini bukan rumah kita.