Orang-orang yang belajar teologi dan memiliki banyak pengetahuan tentang Tuhan melalui studi, literatur, atau melalui bangku kuliah, biasanya merasa telah menemukan Tuhan dan cukup berilmu. Kalaupun meneruskan studinya dari S1, S2, dan seterusnya, itu bukan karena mau menemukan Tuhan, melainkan untuk memiliki gelar dan menambah pengetahuan saja. Standar menemukan Tuhan seperti itu sudah biasa di lembaga-lembaga pendidikan teologi atau seminari. Dan ini adalah penipuan dan pembodohan dari kuasa gelap. Mereka merasa sudah menemukan Tuhan, sehingga berhenti mencari Tuhan.
Sebaliknya, jemaat tidak sungguh-sungguh mencari Tuhan, karena merasa Tuhan menyimpan berjuta misteri yang tidak mudah dipahami atau dipandang mustahil untuk ditemukan. Tuhan memang menyimpan berjuta misteri, tetapi Tuhan menyediakan porsi mengenai diri-Nya yang bisa dikenal oleh siapa pun yang mencari Dia. Tuhan tidak akan memberi diri-Nya dibelenggu oleh sistem-sistem tertentu; misalnya harus sekolah teologi dulu, baru bisa mengenal Tuhan. Banyak orang Kristen yang tidak pernah menyentuh bangku sekolah teologi. Apakah berarti mereka tidak mengenal Tuhan?
Tuhan bisa ditemukan oleh siapa pun yang mencari Dia, dan Tuhan tidak terikat dengan sistem. Jadi, jangan meremehkan, melecehkan, membelenggu Tuhan dengan sistem “harus melalui pendidikan teologi.” Memang ada baiknya belajar mengenal Tuhan dari aspek akademis; belajar bahasa asli, latar belakang Alkitab, supaya menemukan akurasi; ketepatan memahami isi Alkitab. Tetapi, harus di dalam pimpinan Roh Kudus. Seseorang harus serius memenuhi apa yang Tuhan tetapkan, guna menemukan Dia.
Menemukan pengetahuan tentang Tuhan tidak sama dengan menemukan Tuhan secara pribadi. Tak peduli berapa banyak buku yang kita baca, kalau kita tidak mencari Tuhan sesuai standar yang Allah kehendaki, maka kita tidak akan pernah menemukan Tuhan. Kalau orang merasa bahwa menemukan Tuhan harus melalui satu sistem, seperti pendidikan teologi, maka ia tidak pernah menemukan Tuhan. Maka, banyak orang yang bergelar tinggi secara akademis; masuk STT atau seminari, tetapi tidak mengubah orang lain. Ia bisa mengisi kekosongan kebutuhan rohaniwan yang pekerjaannya khotbah, memberi seminar, memimpin sakramen, tetapi tidak mengubah manusia karena dia tidak menemukan Tuhan. Dia menemukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi tidak menemukan Tuhan.
Menemukan pengetahuan tentang Tuhan, tidak sama dengan menemukan Tuhan. Tuhan itu lebih besar dari jagat raya ini; dalam dan tinggi-Nya tidak terukur. Betul, menyimpan berjuta misteri. Tetapi, Tuhan pasti menyediakan porsi untuk dikenal manusia dan setiap orang memiliki porsi yang berbeda. Tuhan pasti menyediakan porsi pengenalan akan Tuhan bagi setiap individu dan tidak terikat sistem. Secara umum, Allah menyediakan porsi diri-Nya agar manusia dapat mengenal Dia dan berinteraksi secara harmoni dengan-Nya sebagai Bapa. Porsi yang cukup membuat seseorang dapat berjalan dengan Tuhan, menemukan tempat di hadapan Allah untuk bersekutu dengan-Nya.
Kita tidak boleh merasa cukup puas dengan pengenalan akan Tuhan yang telah kita miliki. Kalau orang merasa sudah cukup mengenal Allah, maka dia akan menggunakan waktu, perhatian, dan potensi untuk hal lain, bukan mencari Tuhan. Dan porsi atau kuota yang dia sediakan, terbatas. Kalau kita tidak merasa sudah cukup mengenal Dia, itu indah. Kita memiliki kehausan dan kelaparan akan Dia. Firman Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran, karena ia akan dipuaskan.” Kita pasti menemukan Tuhan, sebab porsi itu sudah disediakan Tuhan. Tuhan menghendaki kita untuk menghormati Dia. Di dunia yang fasik dan jahat hari ini, Allah ditinggalkan. Banyak orang membelakangi Allah, karena memandang-Nya tidak menguntungkan; nothing, wasting time, useless. Tuhan diam. Tuhan memberi peringatan, tentunya. Kalau diperingatkan tetap keras kepala, maka Tuhan biarkan.
Kita bersyukur masih memiliki kehausan akan Dia, entah seberapa kuat kehausan kita. Supaya makin haus, maka kehausan kita untuk yang lain, harus dibuang. “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui,” (Yesaya 55:6). “Berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.” Dia masih memberi akses, pintu, jalan, kesempatan untuk menemukan porsi pengenalan akan Dia. Kesempatan ini jangan disia-siakan, tetapi kita harus sungguh-sungguh memperlakukan Dia sebagai Allah yang hidup. Kita harus mencari Tuhan dalam doa setiap hari. Kalau kita tidak berdoa, maka tidak akan menemukan Tuhan. Kalau sampai Tuhan berkata “tidak” saat kita mencari Dia, bahaya. Tidak ada yang bisa membujuk Tuhan.
Kalau kita mencari Tuhan, pasti tidak akan bertepuk sebelah tangan. Betapa hebatnya kalau kita mencari Tuhan, lalu Tuhan memperhatikan kita. Memang, sering Tuhan seperti tidak ada, tidak peduli atau diam. Di situ Tuhan mau menguji, seberapa kesetiaan kita kepada Tuhan, seberapa kehausan kita akan Dia. Tetaplah mencari Tuhan, duduk diam di hadirat-Nya. Jangan merasa cukup dengan pengenalan kita akan Allah. Ada porsi luar biasa yang Allah sediakan, yang harus kita kejar untuk kita temukan, selagi Ia berkenan ditemui; jangan membatasi diri.
Tuhan bisa ditemukan oleh siapa pun yang mencari Dia,
dan Tuhan tidak terikat dengan sistem.