Skip to content

Tidak Spekulatif

Banyak di antara kita yang memiliki konsep hidup yang salah, tepatnya sesat. Hidup ini seakan-akan penuh dengan spekulasi atau untung-untungan, seakan-akan ada takdir-takdir misteri, takdir-takdir rahasia yang kita tidak tahu, yang suatu hari akan menjebak kita. Kalau itu takdir positif—keberuntungan, hoki—kita senang. Tetapi kalau itu kerugian, penderitaan, kecelakaan, kesialan, sakit, kecelakaan, itu yang menjadi masalah. Itulah sebabnya banyak orang yang menjalani hidup dengan keragu-raguan. Maka, tidak jarang supaya ia memiliki kepastian, ia mau punya ‘pegangan.’ Dan ada orang tua yang mempersiapkan anaknya dengan ‘pegangan;’ apakah berupa jimat di sakunya, atau batu dibungkus sapu tangan, atau dimandikan dengan bunga 7 rupa, atau disuruh minum minuman yang sudah diberi mantra. 

Semua itu tidak akan mendatangkan berkat, tetapi laknat. Karena hal itu bertentangan dengan kehendak Allah. Itu yang namanya perzinaan rohani. Orang yang mencoba menggantungkan nasibnya kepada kekuatan di luar Tuhan, berarti ia menjual diri. Ia akan langsung dibeli, dimiliki oleh kuasa kegelapan. Jadi, celakalah orang yang mengandalkan manusia. Yeremia 17:5, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.” Terkutuk artinya terhukum. Lalu bagaimana kita harus menyikapi hidup ini yang penuh dengan spekulasi, seakan-akan ada takdir di depan hidup kita yang penuh misteri, yang bisa menjebak setiap saat?

Kalau hidup manusia bersifat spekulatif, berarti Allah yang tidak cerdas. Menciptakan kehidupan dengan unsur-unsur spekulatif, sehingga manusia untung-untungan. Tuhan bukanlah Tuhan yang menciptakan kehidupan dengan spekulatif atau untung-untungan. Tuhan menciptakan kehidupan dengan kepastian. Makanya Tuhan memberikan tatanan, di antara tatanan Tuhan itu adalah: yang kamu tabur, kamu tuai. Itu tatanan. Orang tidak mungkin mengalami sesuatu, tanpa ada kaitannya dengan kehidupan yang pernah dia jalani atau kehidupan yang akan dia jalani. Hebat sekali Tuhan. Jadi, kita harus memahami hidup ini dengan benar, karena ada tatanan. 

Tuhan menciptakan kehidupan dengan kepastian, tidak dengan spekulatif itu. Ulangan 28:1-2 mengatakan, “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu.” Ayat 15, “Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara Tuhan, Allahmu itu, tidak mendengarkan Dia, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau.” 

Tidak ada kata “berkat, rahmat, bahagia, sejahtera” dalam kamus hidup orang yang tidak taat kepada Tuhan; yang hatinya bengkok, yang tidak lurus, yang tidak jujur, yang tidak mengasihi sesama, yang sewenang-wenang terhadap orang lain. Yang ada adalah celaka, celaka, celaka, dan ujungnya neraka. Walaupun sementara di dunia sepertinya beruntung; uang banyak, terhormat. Tetapi itu justru lebih memperdalam kejatuhannya nanti (Mzm. 73). Jangan pikir itu berkat, itu adalah laknat yang dibungkus dengan kemanisan hidup. Tetapi kalau kita hidup menaati Tuhan, tidak melakukan sesuatu yang menyakiti hati Tuhan, maka Tuhan pasti memberkati. Jadi kalau orang benar-benar mau hidup menaati firman, betul-betul menjauhi kejahatan—setiap salah, menyadarinya, minta ampun, dan serius mau mengubah diri—pasti diberkati. Ini adalah rahasia kehidupan. 

Tuhan juga tidak menuntut kita seketika bisa sempurna. Jadi, kalau kita memilih taat, hidup suci, tidak melukai orang, tidak menyakiti sesama, suka menolong orang, walau kita kelihatannya susah hari ini, sebenarnya itu adalah berkat yang dibungkus dengan kabut kesusahan. Tetapi dalamnya, berkat. Tidak ada kata “sial, malang, celaka” dalam hidup orang yang taat kepada Tuhan. Jadi, dengan keadaan kita yang kelihatannya menyakitkan, sebenarnya Tuhan merontokkan sifat-sifat negatif kita; gampang marah, gampang tersinggung, dan lain sebagainya. Di sini Tuhan mempersiapkan hari esok kita untuk diberkati. Dan kalau kita melihat dari proyeksi kekekalan, supaya di kekekalan kita menikmati keindahan bersama Tuhan.

Masalahnya, banyak orang yang cara berpikirnya belum sampai menembus batas. Semua hanya dilihat dari bingkai kehidupan sekarang. Allah itu kekal, maka Allah menghendaki orang-orang yang dikasihi juga ada di kekekalan; diberkati dengan berkat kekal. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Ucapkanlah syukur dalam segala hal.” Karena apa? Melalui segala peristiwa yang terjadi, Allah menggarap kita, Allah membentuk kita. Dan, “Allah memelihara kesetiaan-Nya sampai selama-lamanya, dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.” 

Tuhan menciptakan kehidupan dengan kepastian, tidak spekulatif.