Skip to content

Tidak Merasa Berhak Memiliki Keinginan

Pada umumnya, orang merasa berhak memiliki keinginan dan memuaskan keinginannya sendiri. Bagi orang-orang beragama yang belum dewasa, mereka berpikir bahwa Tuhan berkewajiban menyukakan hatinya. Bagi mereka, Allah memiliki tugas untuk mengabulkan permintaan mereka. Bagi orang percaya yang mengerti arti penebusan adalah mereka sudah tidak merasa berhak lagi memiliki hidup, sebab segenap hidup ini sudah menjadi milik Tuhan. Untuk itu, orang percaya memberikan kehidupan ini. Bukan apa yang dikehendaki, melainkan apa yang Tuhan kehendaki. Orang-orang seperti ini merasa tidak berhak memiliki keinginan. Kalau ada keinginan, keinginannya bukan untuk diri sendiri, melainkan hanya untuk kesukaan hati Allah Bapa dan Tuhan Yesus

Kekristenan yang murni itu sangat radikal, yaitu bagaimana menumpas semua unsur manusia lama yang merasa berhak memiliki keinginan untuk diri sendiri. Penumpasan manusia lama ini merupakan proses panjang, namun harus dilakukan dengan segenap hati. Kalau Alkitab berbicara mengenai “kematian dari manusia lama,” hal itu menunjuk kepada kesediaan untuk meninggalkan semua keinginan diri sendiri yang tidak sesuai dengan Allah. Orang percaya yang mematikan manusia lamanya akan menjadi orang-orang yang bisa mematikan keinginannya sendiri. Kita harus meneladani Yesus yang doanya adalah: “Bukan kehendak-Ku, tetapi Kehendak-Mu yang jadi.” 

Banyak orang Kristen yang tidak memperkarakan apakah keadaannya sudah berkenan di hadapan Allah atau belum. Kenyataannya, banyak mereka yang berkeadaan tidak berkenan kepada Tuhan, tetapi mereka merasa tenang sebab mereka berpikir bahwa mereka tidak bermaksud mau mengkhianati Tuhan. Mereka berharap, suatu hari nanti bisa berkenan kepada-Nya. Mereka berpikir bahwa itu hanya masalah waktu saja. Mereka berpikir bahwa Tuhan juga memakluminya. Sikap ini sebenarnya sikap yang sangat ceroboh. Seharusnya yang segera dilakukan adalah berhenti merasa berhak memiliki hidup, yaitu memiliki keinginan untuk dirinya sendiri. Selama orang merasa berhak memiliki keinginan untuk diri sendiri, bukan untuk kemuliaan Allah, ia tidak bisa menjadi orang yang berkenan di hadapan Allah.

Oleh sebab itu, orang percaya tidak boleh berhenti mengalami pembaharuan pikiran seperti yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus, agar dapat mengerti segala sesuatu yang diingini oleh Allah (Rm. 12:2). Pada akhirnya, target yang harus dicapai oleh orang-orang yang tidak merasa berhak memiliki keinginan diri sendiri adalah hidup hanya untuk kepentingan Allah Bapa atau melakukan keinginan Bapa. Ini adalah pergumulan yang tidak pernah berhenti sampai mati. Dari pergumulan ini, seseorang akan mengerti perubahan dalam kehidupannya. Ia bisa mengerti level kedewasaan yang telah dicapainya. Memang kita akan selalu berkata kita belum berkenan kepada Allah Bapa atau belum sempurna, tetapi kita mengetahui bahwa kita sudah menjadi lebih baik dari hari sebelumnya ketika kita bisa mengosongkan bejana hati kita dari segala keinginan yang bertentangan dengan Allah. Pergumulan ini bersifat sangat pribadi. Tidak ada orang yang bisa memahaminya, tetapi kita sendiri bisa memahaminya.

Sekarang ini, banyak orang yang arah hidupnya tidak jelas dan sesat. Mereka tidak mengerti apa tujuan hidup ini. Mereka bekerja, bersekolah atau studi, berkarier, menikah dan berkeluarga, mencari nafkah, dan melakukan segala kegiatan tanpa mengerti untuk apa semua itu dilakukan. Pada umumnya, semua itu dilakukan untuk memuaskan keinginannya sendiri. Suatu hari, ketika menghadap takhta pengadilan Kristus, barulah sadar bahwa hidup mereka ternyata sia-sia. Selama di dunia, mereka menjalani hidupnya tanpa arah dan isi yang benar. Mereka tidak hidup untuk melakukan keinginan Allah, tetapi keinginan diri sendiri. Mereka bisa kelihatan sebagai orang baik-baik, bahkan pergi bergereja, menjadi aktivis, bahkan menjadi pendeta. Tetapi sebenarnya arah hidup mereka bukan kepada Allah. Sebab, selama seseorang berhak memiliki keinginan diri sendiri, arah hidupnya bukanlah Allah. 

Ini adalah persoalan yang terbesar dalam kehidupan umat manusia. Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Maksud perkataan Tuhan ini adalah apakah artinya seseorang dapat memuaskan diri dengan segala pencapaiannya kalau pada akhirnya binasa. Orang kaya yang dilukiskan dalam Lukas 12:16-20 dan Lukas 16:19-30 adalah contoh dari orang yang memperoleh kepuasan diri sendiri karena menuruti segala sesuatu yang diingini, tetapi tidak mengerti kehendak Allah. Mereka adalah orang-orang miskin di kekekalan. Orang miskin di kekekalan adalah orang yang tidak mengerti apa yang diingini oleh Penciptanya. Sebenarnya, hampir semua manusia di dunia ini hidup dengan fokus pada diri sendiri. Sebagai orang percaya, kita harus memiliki fokus hanya kepada Allah, yaitu mengerti apa yang Allah Bapa ingini dan melakukannya dengan sempurna.