Skip to content

Tidak Layak

Dari sekian banyak kalimat yang sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan adalah kalimat “Allah beserta kita; God be with us.” Biasanya kalimat itu diambil dari Injil Matius 28:18-20, yang memuat atau berisi Amanat Agung Tuhan Yesus. “Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” 

Kalimat “Tuhan beserta kita” merupakan kalimat yang sangat populer di telinga kita, dan mungkin juga akrab di bibir atau di mulut kita. Kalimat ini diucapkan oleh Tuhan dalam konteks ketika Tuhan memberikan Amanat Agung kepada orang percaya. Dimulai dari deklarasi bahwa segala kuasa di surga dan di bumi di dalam tangan Tuhan. Bicara mengenai kuasa, jangan hanya dikaitkan dengan mukjizat, tetapi harus dikaitkan dengan kemampuan untuk menyelamatkan manusia. Jadi, Tuhan menyatakan bahwa Dia berkuasa untuk menyelamatkan manusia. Tidak keliru jika dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat spektakuler. Tidak salah dikaitkan dengan mukjizat, tetapi lebih dari hal yang bersifat spektakuler, lebih dari hal yang bersifat mukjizat, Tuhan menekankan kemampuan-Nya untuk menyelamatkan dunia. 

Dan indahnya, penyelamatan dunia itu dipercayakan kepada kita, seperti yang dikatakan di dalam Yohanes 20:21, “Damai sejahtera atas kamu. Seperti Bapa mengutus Aku, Aku mengutus kamu.” Damai sejahtera itu pun diberikan dalam konteks dengan mandat utusan tersebut. Jadi, kita tidak layak menerima damai sejahtera, tanpa menjadi utusan; kita tidak layak disertai, tanpa memenuhi Amanat Agung. Coba kita hayati, betapa sabar-Nya Tuhan ketika menyertai kita. Memberi kesehatan, melapangkan jalan studi, melapangkan jalan karier, memberkati bisnis kita, membuka pintu-pintu yang tertutup sehingga kita bisa memiliki bisnis, usaha yang bagus. Namun, kita tidak mengerti bahwa itu semua memiliki tujuan. 

Tuhan memakai hidup kita untuk memenuhi proyek mulia, proyek agung Allah, yaitu menyelamatkan umat manusia. Satu jiwa manusia nilainya lebih dari semua harta di dunia ini jika dikumpulkan. Satu jiwa. Apalagi 1000 jiwa, apalagi 100.000 jiwa, apalagi satu juta jiwa, dan seterusnya. Dalam 2 Petrus 3, firman Tuhan mengatakan, “Bapa tidak menghendaki seorangpun binasa.” Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti betapa jahatnya kuasa kegelapan. Kalau kasih Allah bisa tidak terukur, kejahatan oknum itu juga tidak terukur. Kejahatan kuasa gelap itu bisa dihayati ketika seseorang masuk ke dalam api kekal, terpisah dari Allah. Yang dikalimatkan Tuhan Yesus dengan “ratap tangis dan kertak gigi, api yang tidak padam, ulat yang tidak bisa mati,” yang menunjukkan penderitaan yang tak terperi, tidak terbayangkan. 

Sama dengan kita bisa menghayati lebih ketika kita ada di dalam Kerajaan Bapa di surga, menyaksikan kemuliaan Allah, merasakan dan menikmati keindahan Kerajaan Surga, baru kita bisa mengerti betapa sayang Tuhan kepada kita. Bapa tidak menghendaki seorang pun binasa. Tuhan Yesus sendiri menerima proyek itu dari Bapa. Lalu, tongkat estafet tugas itu dipercayakan kepada orang percaya. Tentu tidak semua orang percaya mengerti dan mau menerima tugas agung ini. Suatu hari, banyak orang akan sangat menyesal ketika menyaksikan keagungan Allah dan bisa menghayati nilai jiwa manusia, ketika menyaksikan manusia yang terpisah dari Allah begitu mengerikan, dan menyaksikan manusia yang tidak terpisah dari Allah, begitu mulia. Baru mengerti betapa tinggi nilai manusia.

Seiring berjalannya waktu, bertumbuh dalam pengertian akan kebenaran, kiranya kita semakin mengerti nilai jiwa manusia. Kita belum terlambat, selama kita masih memiliki waktu. Pertanyaannya, seberapa kita benar-benar bisa menghayati nilai jiwa seorang anak manusia? Kalau kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dan Tuhan berkemurahan mengimpartasikan perasaan-Nya, maka kita baru bisa mengerti betapa besar kasih Allah kepada setiap jiwa. Kalau seseorang bisa mengerti itu, maka dia akan rela berbuat apa pun, rela kehilangan apa pun demi penyelamatan jiwa-jiwa. Orang-orang seperti ini akan menjadi sahabat Allah, menjadi kekasih Allah. Orang-orang istimewa di hadapan Allah. Bukan hanya sejak di bumi, tetapi di kekekalan. 

Sebelum kesempatan untuk sepenanggungan dengan Tuhan berlalu, buka hati kita. Karena kitalah orang-orang yang dibidik untuk meneruskan karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus itu; bukan orang lain. Di bawah kolong langit ini, tidak ada nama yang di dalamnya manusia dapat memperoleh keselamatan selain nama Yesus Kristus. Keselamatan hanya dalam Yesus Kristus. Dia yang memiliki kuasa, hak, kemampuan untuk menyelamatkan dunia. Dari karya salib-Nya, yang memberi jalan akses orang menemukan Bapa juga kuasa yang diberikan kepada orang percaya untuk meneruskan karya keselamatan ini sampai ke ujung bumi. 

Kita tidak layak menerima damai sejahtera, tanpa menjadi utusan; kita tidak layak disertai, tanpa memenuhi Amanat Agung.