Skip to content

Tidak Curiga

Memang, sering kali Tuhan memberikan masalah, lalu seakan-akan Tuhan sembunyi tangan dan tidak hadir. Sehingga kita bertanya, “Tuhan, ke manakah Engkau?” Lalu Tuhan berdiam diri. Kita bingung mengapa Tuhan bersikap demikian terhadap kita. Lewat masalah itu, ternyata Tuhan mau membuat kita menjadi dewasa. Pasti. Tuhan mengizinkan hal-hal itu terjadi dalam hidup kita karena kita mau didewasakan. Jadi, kalau kita melihat masalah kita begitu berat, begitu besar, jangan berpikir Tuhan lebih kecil. Tuhan yang mengizinkan persoalan-persoalan itu terjadi untuk mendewasakan kita, untuk menguji kita. 

Mestinya, di tengah-tengah situasi yang sulit itu, kita jangan kecewa terhadap Tuhan, apalagi marah. Tetapi, belajarlah untuk bersyukur, karena ternyata lewat masalah itu, Tuhan memberikan berkat kekal. Makanya, cara kita memandang masalah harus dari sudut pandang kekekalan. Jangan memandang masalah dengan sudut pandang kefanaan. Jadi berat nanti. Apakah artinya masalah ini dibandingkan dengan kekekalan? Jadi, kalau Tuhan memberikan kita masalah, sebesar apa pun, percayalah Tuhan lebih besar. Tuhan mengizinkan masalah itu, untuk kita bisa menghayati tentang keberadaan Allah, karakter kita diubah, dan kita bisa memiliki percaya yang benar. Jadi, kalau Tuhan seakan-akan tidak hadir, jangan kita kecewa. 

Ingat pada waktu Yesus mengajak murid-murid-Nya berlayar di danau Tiberias? Yesus tidur di buritan, sementara mereka ketakutan karena angin badai menerjang dan air masuk ke dalam perahu. Namun, Tuhan seakan-akan tidak hadir, Tuhan Yesus seakan-akan tidak peduli. Jangan kita berpikir Tuhan tidak peduli, Ia hanya mau menguji mereka. Tapi lewat pengalaman hidup, kita belajar untuk memercayai bahwa Allah lebih besar dari masalah. Lewat perjalanan waktu, kita tidak curiga lagi kepada Tuhan.

Bagaimana kita bisa mempercayai bahwa Allah lebih besar dari masalah kita? Yang ketiga, jangan punya kepentingan pribadi. Hidup kita ini adalah pekerjaan Tuhan, tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Jalani hidup dalam kebenaran dan kesucian. Kalau orang menentang, melawan, mempersekusi, menganiaya kita, diam. Kalau hidup kita adalah milik Tuhan, pekerjaan Tuhan, berarti orang-orang itu akan berhadapan dengan Tuhan. Jangan kita membalas, jangan kita sakiti hati mereka. Ibu-ibu yang ditindas oleh mertua, suami, keluarga besar suami, jangan putus asa. Tetap tenang, karena Allah yang hidup, Allah pasti sedang menyertai. Hayati bahwa Tuhan ada, menjerit dan berserulah kepada Allah yang pasti mendengar dan menjawab. 

Dan yang terakhir, keempat, hiduplah untuk kepentingan Tuhan. Artinya, bagaimana kita hidup untuk kesukaan hati Allah, yaitu dengan hidup dalam kekudusan dan kesucian. Bagaimana kita hidup dalam kekudusan dan kesucian Allah, sehingga kita bisa menyenangkan Dia? Ingat, bukan dengan uang, harta, atau apa pun melainkan dari setiap perkataan, perbuatan yang kita lakukan, gerak pikiran, dan perasaan kita, kita bisa menyenangkan hati Allah Bapa. Setelah itu, kita mau menjadi berkat; bagaimana memenangkan jiwa-jiwa orang-orang di sekitar kita. Itulah kita ini pekerjaan Tuhan.

Jadi, kalau kita menghadapi masalah, kita serahkan dalam tangan Tuhan, dengan percaya bahwa hidup kita ini adalah pekerjaan Tuhan. Kalau orang memberkati hidup kita, mendukung kita, orang itu diberkati karena dia mendukung pekerjaan Tuhan. Sebaliknya, kalau orang itu mempersulit, menganiaya, menyakiti kita, berarti orang itu melawan Tuhan. Buatlah mereka mesti berurusan dengan Tuhan, bukan berurusan dengan kita. Diam, tidak membalas. Walaupun kita punya kesempatan membalas dendam, jangan lakukan itu. Kita bisa menjadi kuat karena kita memercayai Allah itu ada. Kisah dalam Alkitab itu bukan hisapan jempol, bukan dongeng, itu adalah fakta yang juga bisa kita alami.

Lewat pengalaman hidup, kita belajar untuk memercayai bahwa Allah lebih besar dari masalah, dan kita tidak curiga lagi kepada-Nya.