Skip to content

Tidak Bisa Baik Mendadak

Ada pula orang yang berpikir bahwa sebelum dirinya meninggal dunia, ia akan terlebih dahulu bertobat. Pemikiran seperti ini dibangun di atas penafsiran yang salah terhadap peristiwa di atas Bukit Golgota, yaitu mengenai penjahat di samping salib Yesus. Di akhir hidupnya, penjahat di samping salib Yesus meminta agar dirinya diingat oleh Yesus kalau Dia datang sebagai Raja. Respons Tuhan terhadap penjahat yang satu ini adalah bahwa ia akan dibawa ke Firdaus pada hari itu juga.  Berdasarkan kisah tersebut, banyak orang Kristen berpikir bahwa di akhir kehidupan seseorang, kalau ia mau bertobat, ia akan masuk surga juga.

Sebenarnya penjahat di samping salib Yesus ini sangat besar kemungkinan adalah seorang penjahat politis, bukan penjahat kriminal. Penjahat politis adalah orang-orang yang dianggap jahat karena memberontak kepada kekaisaran Roma guna memperoleh kemerdekaan dari kekuasaan Roma. Mereka adalah orang-orang yang bergerilya melawan kekaisaran Roma dan kelompok mereka disebut sebagai Zelotisme atau orang-orang Zelot. Salah satu murid Yesus bernama Yudas adalah orang Zelot. Ini bukan Yudas Iskariot. Kemerdekaan yang diupayakan oleh orang-orang Zelot ini adalah kemerdekaan politis. Bisa dipastikan bahwa penjahat politis di samping salib Yesus adalah orang yang telah mendengar banyak tentang Yesus dari Yudas orang Zelot. Itulah sebabnya, penjahat politis tersebut mengetahui bahwa Yesus akan datang sebagai Raja.

Penjahat politis tersebut tahu bahwa Yesus tidak bersalah. Dialah satu-satunya orang yang membela Yesus di atas Bukit Golgota, sementara murid-murid Yesus melarikan diri meninggalkan Gurunya. Bahkan, ada di antara murid-murid Yesus—selain Yudas yang berkhianat—juga terdapat Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Penjahat politis itu mengaku bahwa dirinya adalah orang berdosa atau orang bersalah. Juga tentu dengan suara lantang berkata bahwa Yesus tidak bersalah. Ia juga tidak minta dirinya diturunkan dari kayu salib, walaupun ia juga sangat menderita. Ia malah meminta agar Yesus mengingatnya kalau Dia datang sebagai Raja. Penjahat di samping salib Yesus ini sudah memikirkan kehidupan yang akan datang, yaitu langit baru bumi baru. Jadi, penjahat politis di samping salib Yesus bukan orang sembarangan yang tidak boleh disamakan dengan kebanyakan orang.

Penjahat politis tersebut berbeda dengan banyak orang yang mau meninggal dengan mudah, meminta pengampunan atas dosa-dosanya, dan berharap ia akan mendapatkan pengampunan dan diperkenan masuk surga. Ini adalah pikiran yang sempit, bodoh, dan menyesatkan. Faktanya, memang orang tidak pernah tahu kapan menit terakhir hidupnya. Banyak orang yang mengalami kematian mendadak, baik oleh karena sakit, kecelakaan, dan berbagai kausalitas lainnya. Tentu saja orang-orang seperti ini tidak akan pernah sempat bertobat. Kematian bisa datang menyergap tanpa diketahui atau tanpa dapat diprediksi terlebih dahulu. Realitas ini mestinya membuat kita menjadi gentar dan berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga adalah usaha untuk selalu memeriksa diri, membereskan semua dosa dan kesalahan, serta menyelesaikan pekerjaan yang Allah percayakan kepadanya, agar dirinya bisa berkenan kepada Allah (Mat. 25:13).

Hukum kehidupan yang tidak bisa disangkal adalah bahwa seseorang tidak bisa baik mendadak atau jahat mendadak. Mengingat keadaan dunia yang semakin rusak, maka lebih mudah orang menjadi jahat daripada menjadi baik. Kalau orang memang pada dasarnya jahat dan terus hidup di dalam kejahatan, tidak mungkin ia dapat memiliki pertobatan yang secara ajaib mengubah hidupnya. Kalau seseorang itu memang orang baik, sangat besar kemungkinan di ujung maut ia bisa lebih membereskan dirinya sehingga dirinya akan masuk langit baru bumi baru. Aspek lain yang tidak boleh dilupakan bahwa mereka yang masuk surga bukan hanya mereka yang menerima pengampunan dari dosa-dosa mereka, tetapi juga harus memiliki keberadaan batin yang baik atau karakter yang tidak menyakiti sesama. Sebab, kalau hanya menerima pengampunan lalu masuk surga sementara karakternya buruk atau potensi kejahatannya tidak dibereskan, surga akan menjadi rusak oleh orang-orang seperti ini.

Pemikiran bahwa di ujung akhir hidup seseorang masih berpotensi besar untuk mendapatkan pengampunan dan keselamatan jiwa, membuat banyak orang menunda pertobatan dan menunda proses mengalami perubahan. Padahal, proses perubahan untuk menjadi seseorang yang berkenan di hadapan Allah membutuhkan waktu panjang. Itulah sebabnya, Allah membutuhkan peristiwa-peristiwa kehidupan untuk dapat mengubah hidup seseorang (Rm. 8:28-29). Itu berarti dibutuhkan perjalanan waktu yang tidak singkat untuk mengubah seseorang menjadi manusia sesuai dengan rancangan awal semula dimana Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Orang yang sengaja menunda pertobatannya dan menunda proses perubahan untuk menjadi manusia yang berkenan kepada Allah—karena pemikiran bahwa masih ada kesempatan untuk bertobat dan menerima keselamatan di ujung akhir hidupnya—adalah orang-orang yang tidak menghormati Allah. Orang-orang seperti ini sangat besar kemungkinan atau bisa dipastikan tidak pernah masuk Kerajaan Surga.