Kita bersyukur kepada Tuhan kalau Tuhan membuka mata pengertian kita melihat pekerjaan Tuhan. Kita melihat manuver Tuhan, tetapi sekaligus kita juga melihat manuver kuasa kegelapan. Dewasa ini kita melihat bagaimana orang-orang yang belajar teologi, belajar Alkitab, memiliki gelar tinggi, tetapi justru mempertontonkan sikap yang benar-benar tidak menunjukkan sebagai anak-anak Allah. Hal itu sebenarnya memalukan. Dilihat dari etika umum saja tidak patut, apalagi dilihat dari etika kekudusan, kesucian Allah yang mengajarkan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Bukan sebaliknya, keras, kasar, bengis, nafsu membunuh, nafsu merusak orang lain, merendahkan, membunuh karakter orang sampai tingkat memfitnah.
Hal ini memberikan kepada kita gambaran, betapa banyak orang merasa sudah berhubungan dengan Tuhan hanya karena memiliki pengetahuan tentang Tuhan di kepalanya. Sekarang kita harus mulai menyadari betapa pentingnya bertemu dengan Tuhan. Benar-benar bertemu dengan Tuhan. Perjumpaan dengan Tuhan bukan hanya menalar Tuhan di pikiran atau di kepala kita. Perjumpaan dengan Tuhan akan membuat kita takut akan Tuhan. Tidak bisa tidak, ini akan mencegah kita berbuat dosa, di depan orang maupun di belakang orang. Hal ini akan membuat kita berhati-hati dalam mengucapkan kata, kalimat, melemparkan sesuatu di media sosial. Jelas sekali petanya.
Fenomena ini terjadi di seluruh dunia dan juga bisa terjadi atas diri kita. Kita juga dengan cerdas bisa panjat sosial secara terselubung. Kita sendiri dengan cerdas juga mau mencari pujian, sanjungan dan kehormatan. Kita sendiri juga bisa tanpa sadar menjadi materialistis, bisa gila hormat atau memiliki sikap-sikap yang Tuhan tidak berkenan. Betapa mengerikan kalau nanti di hadapan takhta pengadilan Tuhan, dibuka keadaan kita itu. Sungguh, malu dan mengerikan. Bukan hanya malu, tetapi juga mengerikan.
Jadi, kita harus benar-benar memiliki perjumpaan dengan Tuhan. Tuhan itu hidup dan hadir, maka kita harus berurusan dengan Tuhan. Kita berinteraksi dengan Tuhan, supaya kita dapat melihat diri kita sendiri dengan jelas, telanjang, dan terbuka. Jika ada dosa-dosa yang masih kita lakukan, hari ini kita mau serius bertobat. Sejatinya, pasti masih ada dosa-dosa yang kita lakukan. Pasti, masih saja ada kemelesetan. Jadi, kita yang bicara mengenai kekudusan, kesucian, kesempurnaan, bukan berarti sudah suci, atau sudah sempurna, belum. Namun, kita terus berjuang untuk setiap hari mengalami peningkatan.
Dari perjumpaan itulah kita akan dan bisa menghayati kekudusan Allah, kemurnian hati Allah, kelemahlembutan dan ketulusan hati Tuhan Yesus, keagungan dan kebesaran Pribadi-Nya, yang itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi akan tercermin dalam hidup kita. Jadi, kalau orang berjumpa dengan Tuhan, tidak bisa tidak, pasti akan memancar keluar keagungan, kemuliaan Allah di dalam hidupnya. Kebesaran jiwanya, kasih dan belas kasihannya kepada orang lain, kecerdasannya memahami Alkitab, dan kehidupannya pasti mengubah orang lain.
Sebab kalau seseorang tidak berubah, dia tidak bisa mengubah orang lain. Orang yang perubahannya di dalam nalar karena menalar Tuhan di dalam kepalanya, hanya bisa mengisi orang juga dengan pengertian kognitif di dalam nalar. Maka, yang penting adalah bagaimana kita mau hidup benar, hidup berkenan di hadapan Tuhan. Mari mulai hari ini, kita mau benar-benar melangkah hidup dalam kekudusan. Siapa pun kita, tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan, kaya miskin, ayo, kita hidup suci. Mari kita menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat di mana Tuhan menempatkan kita.
Kita bisa memancarkan kemuliaan Allah, ketulusan hati Tuhan Yesus, kerendahan hati Tuhan Yesus yang pernah diperagakan oleh Yesus. Hal itu yang sekarang kita peragakan dan itu yang memuaskan hati Allah. Bukan karena kita menjadi pendeta hebat. Bukan karena kita menjadi pemimpin organisasi ini-itu. Bahkan tidak cukup, kita bisa memberikan uang untuk pelayanan diakonia atau untuk kegiatan sosial. Yang penting adalah bagaimana kita memperagakan kehidupan Yesus. Tentu di dalamnya termasuk kita mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan uang kita. Ini yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Jadi, selagi masih ada kesempatan, ayo kita sungguh-sungguh mencari Tuhan dan tinggal di hadirat-Nya selalu.
Kalau seseorang tidak berubah, dia tidak bisa mengubah orang lain.