Sesungguhnya keterikatan adalah suatu perhambaan; artinya kepada siapa hati seseorang terikat kepadanya ia mengabdikan dirinya. Dalam 1 Korintus 6:12, Paulus menyatakan: “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Paulus tidak mau terikat dengan apa pun, tetapi hanya mengikatkan diri dengan Tuhan. Sesuatu yang dipandang tidak salah atau tidak melanggar norma atau halal bukan berarti boleh dilakukan. Yang halal pun bisa menjadi ikatan yang akhirnya membelenggu hidup. Kata halal dalam teks aslinya adalah exesti (ἔξεστι), yang artinya lawfull, tidak melanggar hukum atau sah. Sedangkan kata berguna dalam teks aslinya adalah sumphero (συμφέρω), yang juga memiliki pengertian membawa bersama atau mendukung.
Maksud pernyataan Paulus bahwa segala sesuatu halal baginya tetapi tidak semua berguna, artinya ia bisa berbuat segala sesuatu tetapi tidak semua yang boleh dilakukan itu berguna bagi dirinya. Berguna di sini berkenaan dengan kesucian hidup; mengacu pada ayat sebelumnya (1Kor. 6:11). Jadi, kalau Paulus menyatakan tidak semua berguna maksudnya adalah tidak berguna atau tidak mendukung untuk membangun kesucian hidup. Melakukan sesuatu yang tidak berguna bisa mengganggu pertumbuhan kesucian hidup dan bisa menjadi belenggu. Semua yang tidak berguna untuk membangun kesucian hidup harus dipandang sebagai ikatan yang harus dilepaskan.
Paulus juga menyatakan bahwa segala sesuatu halal baginya, tetapi ia tidak membiarkan dirinya diperhamba oleh suatu apa-pun. Ini berarti sesuatu yang tidak salah dilakukan bukan berarti boleh dilakukan. Kalau hal itu menjadi ikatan atau memperhamba, maka harus dijauhi. Kalimat “diperhamba oleh sesuatu” dalam teks aslinya adalah exousiasthesomai hupo tinos (ἐξουσιασθήσομαι ὑπό τινος), artinya di bawah kekuasaan sesuatu. Dalam hal ini, orang percaya tidak boleh ada dalam kekuasaan sesuatu atau ada sesuatu yang berhak menguasai atau memiliki kehidupannya. Seperti misalnya jodoh. Tidak salah kalau seseorang memiliki jodoh, tetapi kalau dijadikan keharusan, maka jodoh menjadi ikatan.
Dari penjelasan ini dapatlah dimengerti bahwa untuk tidak terikat dengan sesuatu atau seseorang, orang percaya harus berjuang, sebab selama ini sudah menjadi irama hidup bahwa yang halal boleh dilakukan. Banyak orang menjalani hidup tanpa memiliki kewaspadaan terhadap gerak manuver kuasa kegelapan yang berusaha untuk membelenggu kehidupan mereka. Kuasa kegelapan berusaha agar orang Kristen tidak terbelenggu oleh Tuhan, tetapi terbelenggu oleh yang lain. “Yang lain” ini bisa apa pun yang secara moral umum tidak salah untuk diingini atau dilakukan. Tetapi ketika Tuhan tidak menjadi satu-satunya yang membahagiakan hidup, maka pasti ada berhala atau ikatan dalam kehidupan seseorang. Di sini nyata betapa berat menjadi anak Tuhan yang harus mengikatkan diri dengan Tuhan. Namun, bagaimanapun berat dan sulitnya, Tuhan melalui Roh-Nya akan menuntun orang percaya sehingga dapat hidup tidak bercacat dan tidak bercela.
Keterikatan dengan Tuhan haruslah keterikatan yang permanen. Hal ini dimaksudkan agar orang percaya dalam segala keadaan, di segala tempat dan waktu ada dalam keterikatan dengan Tuhan. Jadi, tidak ada tempat dan waktu di mana orang percaya tidak melekat dengan Tuhan. Akhirnya keterikatan ini menjadi keterikatan abadi. Inilah sebenarnya yang disebut sebagai “covenant” (perjanjian) antara umat dan Allah. Orang percaya tidak boleh terikat dengan Tuhan hanya pada waktu di gereja demikian pula hendaknya kita tidak merasa tidak terikat dengan dunia hanya pada waktu di kebaktian. Untuk tidak terikat dengan dunia, seseorang tidak harus meninggalkan kesibukan di luar gereja, menyingkir ke tempat sunyi agar bisa bersatu dengan Tuhan. Lalu mereka merasa diri sebagai orang yang lebih suci dibandingkan dengan orang-orang yang sibuk dalam kegiatan di luar gereja.
Justru ketika seseorang bergulat dalam segala pergumulan hidup di dunia, ia dapat membuktikan cinta dan kesetiaannya kepada Tuhan atau membuktikan kesalehannya yang sejati. Tuhan memberi peluang kepada orang percaya untuk memiliki dunia dengan segala kesenangannya, tetapi orang percaya yang setia akan berusaha untuk memilih terikat dengan Tuhan. Dalam Lukas 17, Tuhan Yesus mengutip kisah Lot. Ia mengingatkan agar orang percaya jangan gagal menyambut karya keselamatan-Nya oleh karena mencintai dunia. Lot tidak menoleh ke belakang sekalipun ia kehilangan semua hartanya di Sodom. Lot melakukan dengan setia, tetapi istri Lot tidak. Jika seseorang masih mengharapkan dapat memperoleh kebahagiaan dari dunia ini berarti tidak mengikatkan diri dengan Tuhan. Tetapi kalau seseorang berani meninggalkan kesenangan dunia, sebab ia hanya mau menikmati Tuhan dan Kerajaan-Nya, maka ia membangun tali ikatan abadi dengan Tuhan.
Semua yang tidak berguna membangun kesucian hidup harus dipandang sebagai ikatan yang harus dilepaskan.