Bukan tanpa alasan Allah menciptakan benda-benda penerang; Kejadian 1:14, “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun.’” Dalam ayat tersebut, Alkitab mencatat adanya benda-benda penerang yang diciptakan Tuhan untuk memisahkan siang dari malam juga menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Ini berarti manusia dimasukkan ke dalam kotak yang namanya “perjalanan waktu.” Melihat matahari dan bulan, orang percaya memperoleh pengertian adanya peringatan akan kenyataan perjalanan waktu kehidupan yang mengungkung manusia. Manusia harus tunduk, sehebat apa pun manusia itu. Terhadap perjalanan waktu saja manusia tidak berdaya, apalagi terhadap Dia yang menciptakan perjalanan waktu.
Tanpa disadari banyak orang yang terjebak dalam pola kehidupan seakan-akan perjalanan hidup ini tidak ada akhirnya. Inilah yang mengikat kehidupan banyak orang, juga sebagian besar orang Kristen. Ini adalah sebuah penyesatan dari Iblis yang sukses. Ironis, banyak manusia yang menolak kenyataan bahwa jalan hidupnya ada ujungnya, dan tidak seorang pun tahu (Yak. 4:13-17). Iblis akan berusaha menenangkan banyak jiwa manusia seakan-akan hidup ini tidak ada bahaya. Tanpa disadari mereka dibawa ke dalam siksaan kekal. Keadaan ini tidak membuat mereka waspada adanya kesempatan terakhir yang seharusnya tidak disia-siakan. Maka kalau setiap pagi kita masih dapat melihat fajar, kita bersyukur sebab berarti masih memiliki kesempatan untuk lebih menghormati dan mengasihi Bapa serta menyenangkan hati-Nya. Hari yang baru adalah hari untuk belajar bagaimana menghormati satu-satunya Pribadi yang pantas dihormati. Inilah letak mahalnya waktu yang disediakan bagi makhluk manusia yang akan kembali ke dalam tanah.
Satu hari harganya tidak ternilai, sebab satu hari yang dimiliki seorang anak manusia memiliki dampak di keabadian yang tiada tara. Kemuliaan menjadi anak Allah bersama dengan Bapa di Kerajaan-Nya adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan apa pun. Hanya anugerah dalam Tuhan Yesus Kristus yang membuka kemungkinan untuk itu. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan kemungkinan tersebut sebagai suatu kepastian dengan meresponi anugerah Tuhan, yaitu belajar mengasihi dan menghormati Dia. Sebaliknya, satu hari menjadi tidak berharga bahkan bencana kalau tidak digunakan untuk belajar menghormati dan mengasihi Bapa, karena satu hari yang disia-siakan akan mengakibatkan keterpisahan dengan Bapa selamanya. Kita harus “mempergunakan waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat,” artinya hari yang tidak digunakan untuk belajar menghormati dan mengasihi Bapa adalah hari-hari yang membawa kebinasaan, maka disebut jahat (Yun. poneros πονηρός).
Perjalanan waktu juga mengisyaratkan adanya batas waktu yang disediakan untuk suatu tugas tertentu. Hal ini dikemukakan oleh Pengkhotbah dengan kalimat “segala sesuatu ada masanya” (Pkh. 3:1). Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sedang atau telah menyia-nyiakan kesempatan dan meremehkan perjalanan waktu. Mereka berpikir bahwa mereka tidak berniat untuk mengkhianati Tuhan dan nanti selalu ada waktu untuk mencari dan menemukan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Seharusnya mereka berpikir bahwa nanti akan tidak ada kesempatan dan waktu lagi untuk mencari dan menemukan Tuhan. Dengan berpikir bahwa selalu ada kesempatan dan waktu untuk bertobat, mereka merasa aman dan damai, sejatinya mereka sedang menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan.
Sejatinya, perasaan aman dan damai yang mereka rasakan adalah semu dan menyesatkan. Kalau seseorang sudah tidak bersungguh-sungguh mulai sekarang atau sejak dini, maka ia tidak akan pernah bisa bersungguh-sungguh nanti. Ini berarti ia masuk perangkap abadi yang membinasakan. Sementara hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Iblis mewarnai hidupnya dengan segala warna kehidupan yang membuat kebenaran Tuhan tidak memiliki tempat dalam hidupnya. Padahal tanpa mengisi jiwanya dengan kebenaran Tuhan dan pengalaman pribadi yang konkret dengan Tuhan, berarti ia tidak memberi tempat bagi Tuhan. Sayangnya, banyak alasan yang dibuat untuk membenarkan tindakan yang tidak setia belajar kebenaran Tuhan. Banyak hal yang dianggap lebih menarik dari Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Dengan sikap ini mereka melecehkan Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Tidak menyadari perjalanan waktu sehingga tidak mengisi hidup ini guna mencari dan menemukan Tuhan secara benar juga terjadi atas orang-orang yang merasa bahwa dirinya sudah bijaksana, cukup umur dan memiliki banyak pengalaman dan prestasi kehidupan, apalagi kalau ditambah dengan banyak uang. Mereka makin menjadi buta terhadap kebenaran yang murni. Bagi orang-orang seperti ini, Tuhan menyembunyikan hikmat-Nya (Mat. 11:25). Kalau mereka tidak merendahkan diri, maka mereka akan binasa dalam keangkuhan yang sering sangat terselubung. Nilai diri yang mereka miliki akan menjebak mereka menjadi orang-orang yang tidak bertumbuh dalam Tuhan dan tidak mencapai kedewasaan iman yang Tuhan kehendaki. Mereka tidak bertumbuh dalam karakter Kristus yang seharusnya makin melekat dan muncul dalam kehidupan mereka.
Terhadap perjalanan waktu saja manusia tidak berdaya, apalagi terhadap Dia yang menciptakan perjalanan waktu.