Skip to content

Tidak Bercacat Cela

Tidak ada orang yang lebih beruntung daripada orang yang hidup tidak bercacat dan tidak bercela. Momentum terindah dalam hidup ini adalah saat seseorang bisa mencapai kesucian sesuai standar Allah. Orang-orang yang hidup tidak bercacat, tidak bercela di hadapan Allah, orang-orang yang hidup kudus adalah orang-orang yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Jangankan manusia, setan dan kuasa gelap yang terkuat pun, tidak dapat menaklukkan atau mengalahkannya. Tidak ada yang dapat mengganggu dan merusak hidup orang-orang yang benar-benar tak bercacat, tak bercela di hadapan Allah. Kalaupun orang-orang yang hidup kudus di hadapan Allah; hidup tak bercacat, tak bercela di hadapan Allah—misalnya seperti terkena musibah, bencana, memiliki persoalan, pergumulan, dan tekanan, maka Allah menjadikan semua itu sebagai sarana untuk memberkatinya; blessing in disguise; berkat di tengah-tengah kesulitan. 

Orang-orang yang hidup kudus; hidup tak bercacat tak bercela di hadapan Allah, adalah kekasih-kekasih Tuhan. Mereka pasti dilindungi Tuhan dengan perlindungan yang khusus dan istimewa. Sebab, orang yang mengistimewakan Tuhan adalah orang yang pasti diistimewakan Tuhan. Mengistimewakan Tuhan tidak cukup dengan datang ke gereja setiap M atau datang ke persekutuan doa setiap pertengahan minggu. Tidak cukup hanya menjadi aktivis, bahkan menjadi seorang rohaniwan atau pendeta. Mengistimewakan Tuhan adalah di setiap saat seseorang melakukan apa yang menyenangkan hati Allah. Setiap saat melakukan apa yang berkenan di hadapan Tuhan. Hal ini urusan besar, bahkan sekalipun yang sedang dihadapi atau digumuli adalah hal-hal sepele. Tetapi kalau itu menyenangkan hati Allah, itu hal besar. 

Jadi, bukan soal kasusnya besar atau kecil. Masalahnya terletak pada apakah dengan melakukan sesuatu itu, hati Tuhan disenangkan atau tidak? Orang yang mengistimewakan Tuhan adalah orang yang menjaga perasaan Allah. Orang yang menjaga perasaan Allah tentu juga orang yang dijagai perasaannya oleh Tuhan. Tidak mungkin orang yang menjaga perasaan Allah, lalu Allah tidak memedulikan perasaannya. Kalau kita sungguh-sungguh menjaga perasaan Allah setiap saat, artinya selalu melakukan segala sesuatu yang menyenangkan hati-Nya, itu berarti mengistimewakan Allah. Orang-orang seperti ini yaitu orang-orang yang sungguh-sungguh menjadi berharga dan bernilai di hadapan Allah. 

Menjadi orang yang hidup tidak bercacat, tidak bercela di hadapan Allah atau hidup kudus, itu menyelesaikan semua masalah. Dari masalah di bumi ini, sampai kekekalan. Memang ada masalah-masalah yang tidak segera dapat terselesaikan. Ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak segera terpenuhi. Tetapi, ujung-ujungnya akan selesai. Hebatnya, persoalan-persoalan hidup, kesulitan-kesulitan hidup itu menjadi cara Allah mempersiapkan kita menerima berkat kekal atau berkat abadi

Kita semua pasti punya masalah. Selama kita hidup di bumi ini, pasti kita memiliki masalah. Tentu kita harus hadapi dengan tanggung jawab. Kita tidak bisa hanya berdoa, “Tuhan, selesaikan masalah ini,” tidak boleh dan tidak bisa. Kita harus menghadapinya. Tetapi orang yang benar-benar berkomitmen untuk hidup suci, hidup berkenan di hadapan Allah, itu dipimpin Roh Kudus, diberi hikmat. Jika ada hal-hal yang membahayakan diri orang itu, di luar kemampuan dia menyelesaikannya, Tuhan pasti melindungi. 

Banyak orang Kristen yang membawa persoalannya ke pendeta, minta didoakan. Juga datang ke gereja, berdoa. Datang ke menara doa, doa puasa, tetapi terus gelisah. Dia merasa bahwa persoalan itu terlampau besar baginya. Ketika kita hidup suci, hidup tak bercacat tak bercela, maka kita bisa merasakan bahwa tidak ada persoalan besar yang menenggelamkan kita. Ketika kita hidup suci, hidup tak bercacat tak bercela di hadapan Allah, pasti kita memiliki keyakinan. Ada keyakinan yang tumbuh bahwa Allah itu hidup, Dia hadir. Keyakinan yang tidak bisa diperoleh hanya karena mendengar khotbah atau karena bersekolah di perguruan tinggi teologi, tetapi keyakinan yang tumbuh ketika kita tidak menyentuh apa yang najis. 

Dalam menghadapi persoalan hidup, justru keyakinan kita akan Allah yang hidup, Allah yang nyata, Allah yang besar semakin bertumbuh. Sehingga kita memiliki kekuatan menghadapi masalah sebesar apa pun. Kita memiliki ketahanan. Tentu di balik keyakinan kita yang kuat, kita juga memiliki pengharapan yang teguh bahwa Allah pasti menyelesaikan pada waktu-Nya. Tetapi ironinya, tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mau menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidup ini dengan kesucian. Sebenarnya kebenaran ini jelas dari Alkitab. Tuhan berkata, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus,” 1 Petrus 1:16. 

Allah menghendaki agar kita kudus supaya Bapa bisa memberkati, melindungi, dan menjaga kita. Sebab kalau orang tidak hidup kudus, maka orang itu tidak layak dijagai atau diberkati; dia tidak pantas percaya kepada Tuhan. Orang yang percaya kepada Tuhan, harus pantas, yaitu hidup kudus, tak bercacat tak bercela. 

Menjadi orang yang hidup tidak bercacat, tidak bercela di hadapan Allah atau hidup kudus, itu menyelesaikan semua masalah.