Kita harus berpikir dengan serius seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk membenahi diri. Yang kedua, kita harus berpikir seakan-akan tidak ada kesempatan lagi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Dan memang bisa terjadi dunia ini berakhir, entah karena bencana, entah karena perang atau kedatangan Tuhan yang kedua. Atau kita meninggal dunia. Dan hal itu sangat logis dan realistis. Kuasa kegelapan akan memberi kita banyak kesibukan, kesenangan, sampai kita menjadi gagal fokus ke Tuhan. Hari ini, kita sibuk mau bangun rumah. Besok, kita sibuk mau beli vila. Lusa, kita sibuk lagi mau pilih kendaraan. Minggu depan, kita sibuk mempersiapkan perjalanan.
Bukan tidak boleh membangun rumah, bukan salah membeli mobil atau mempersiapkan wisata, tetapi jangan sampai kita lupa untuk membenahi diri. Karena kita harus selalu didapati Tuhan tak bercacat tak bercela. Setelah kita membenahi diri, pasti seiring dengan itu kita memikirkan bagaimana menjadi alat di dalam Tuhan untuk membenahi orang lain. Setan bisa merusak hidup kita dengan banyak fokus sehingga kita tidak menyediakan waktu yang cukup bertemu dengan Tuhan, tidak cukup waktu untuk berdoa, untuk mendengarkan Firman atau dalam persekutuan dengan orang percaya lain yang baik, guna membangun iman bersama. Kalau waktu kita terfokus untuk gadget, film, tontonan dan berbagai kesibukan yang tidak membangun iman, kesucian hidup kita terancam.
Dan kalau kesucian hidup kita rusak, pasti tidak akan ada beban terhadap keselamatan jiwa orang lain. Jadi kalau kita benar-benar bertumbuh dalam kekudusan dan kesucian, maka salah satu ciri kesucian hidup yang benar adalah kepedulian kita terhadap orang, belas kasihan kita kepada orang. Memang, orang yang peduli dan penuh belas kasihan ke orang belum tentu memiliki kekudusan. Bisa karena ia memiliki nurani dan perasaan yang baik, dari gen orang tua yang baik, atau lingkungan yang mengajarkan. Banyak orang hatinya baik, bahkan sangat baik, tetapi belum tentu benar-benar memiliki kekudusan.
Namun, kalau seseorang punya kekudusan, pasti ia punya kepedulian terhadap orang lain. Menolong sesama itu menjadi kesukaan, kebahagiaan. Bukan lagi menjadi kewajiban, melainkan kebutuhan. Sebab kekudusan dari Allah pasti akan disertai perasaan Tuhan. Dalam kekudusan Tuhan, kita akan disertai hikmat dan marifat. Tidak mungkin orang yang setiap hari bertemu dengan Tuhan tidak mendapatkan ide-ide baru, kebenaran-kebenaran yang disingkapkan. Banyak orang pintar karena membaca buku, banyak orang cakap mengajar karena menimba pengetahuan dari berbagai sumber, tetapi tidak akan mungkin ia mendapatkan penyingkapan rahasia-rahasia firman jika tidak hidup di dalam kekudusan.
Jadi kesucian hidup kita akan melahirkan beban terhadap penderitaan orang lain. Kita tidak menginginkan seorang pun binasa dan perasaan ini tidak kita buat-buat, tetapi tulus. Bukan supaya sekadar jemaat banyak datang ke gereja. Atau bagi kita yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi, bukan sekadar supaya mahasiswanya banyak, sehingga itu menambah harga diri kita. Jika demikian, artinya kita memanipulasi, kita menjual manusia untuk kepentingan dan kesenangan kita.
Kita juga harus terbeban untuk orang lain agar mereka mengalami pertumbuhan kedewasaan dan kesucian sehingga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Kita harus memiliki beban bukan hanya untuk orang-orang tua, melainkan kita memikirkan juga nasib anak-anak, sejak mereka masih muda. Nasib remaja dan pemuda yang hari ini telah banyak dipeluk oleh media sosial, dikuasai oleh pengaruh dunia yang jahat. Dan orang-orang tua yang sudah terlambat bertumbuh dan dalam situasi krisis, yang jika tidak berubah secara signifikan, maka tidak akan masuk Kerajaan Surga. Sejatinya, keadaan dunia hari ini mengerikan sekali! Inilah yang menjadi beban kita.
Karenanya kita harus berpikir seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk membenahi diri. Jangan terlena. Ayo, kita sungguh-sungguh berjuang untuk itu! Dan kita mau sungguh-sungguh berjuang seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Memang tidak semua orang bisa kita selamatkan. Kenyataan ada anak-anak kebinasaan, ada orang-orang yang memang tidak mau berubah. Berpikirlah seakan-akan tidak akan ada waktu lagi untuk bebenah diri guna mencapai kesucian seperti yang Allah kehendaki. Seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kita melihat betapa dahsyatnya pekerjaan kuasa kegelapan. Tetapi Allah kita lebih dahsyat dan Dia pasti menolong kita. Allah yang dahsyat akan lebih dahsyat lagi melindungi kita.
Kita harus sungguh-sungguh berpikir seakan-akan tidak ada waktu lagi untuk membenahi diri dan menyelamatkan jiwa-jiwa.