Skip to content

Tidak Ada Hari Depan

Kita harus menyadari bahwa pekerjaan Tuhan yang ada di pundak kita adalah pekerjaan yang besar, yang pastinya memiliki dampak kekekalan. Ini terkait dengan nasib dan keadaan kekal manusia. Kita harus selalu mengingat ini. Jangan sampai pikiran kita disimpangkan, meleset atau disesatkan, terfokus pada kegiatan organisasi yang dimotivasi kepentingan pribadi; untuk keuntungan uang, materi, kehormatan, kebesaran, atau popularitas. Karenanya, kalau kita komitmen untuk berdoa setiap pagi, doa puasa, menghampiri Tuhan, maka tidak mungkin Tuhan berdiam diri kalau kita salah. Namun masalahnya, apakah kita benar-benar serius mempersiapkan diri bangun pagi untuk menghampiri Tuhan?

Ini tidak main-main. Kalau gereja hanya menyelenggarakan kegiatan agama, liturgi dengan hingar-bingar, penyelenggaraan pelayanan puji-pujian yang bagus, lalu jemaat merasa puas, minggu depan datang lagi, tetapi mereka tidak menjadi orang Kristen yang berkualitas, maka untuk apa semua itu diadakan? Anugerah yang Tuhan berikan itu tidak mengubah hidup kita, tetapi mengubah hubungan kita dengan Allah. Bohong kalau orang berkata, “Tenang, aman, kamu masuk surga.” Sesat itu. Format-format teologi semacam itu memang ada di pikiran banyak teolog, yang hanya dijawab di atas kertas, tetapi tidak digumuli di dalam kehidupan. Kiranya kita bisa mengerti bahwa anugerah memang mengubah relasi kita dengan Allah, tetapi tidak otomatis mengubah hidup kita. 

Sudah terlalu rusak dunia ini. Apakah orang yang tidak punya jam doa, mulutnya bocor, matanya genit, tidak jujur, lalu bisa yakin pasti masuk surga? Orang seperti ini sebenarnya menghina Tuhan dan merendahkan surga. Jelas Alkitab berkata bahwa tidak ada yang najis yang dapat masuk ke Yerusalem Baru. Setiap kita pasti punya persoalan, tetapi jangan hanyut dengan permasalahan harian kita sampai tidak memperhatikan berapa nilai diri kita yang sebenarnya di mata Tuhan. Jangan sampai kita lolos dari berbagai persoalan dunia fana, tetapi tidak memikirkan persoalan kekal. Sebab tanpa perjumpaan dengan Tuhan, kita tidak akan bisa berubah. Jangan sombong. Kadang-kadang manusia itu bersikap kurang ajar terhadap Tuhan.

Seorang pengusaha yang stres, tidak bisa tidur berhari-hari, karena mau dipanggil KPK. Padahal belum tentu juga nanti masuk penjara. Dipanggil KPK, tidak bisa tidur. Mau dipanggil Tuhan, kok bisa tidur nyenyak? Sadarkah kita bahwa setiap saat kita bisa dipanggil Tuhan? Coba pikirkan baik-baik, ketika kita berbuat dosa, tetapi tidak segera minta ampun dan membereskan dosa tersebut, kok bisa tidur nyenyak? Kalau setiap pagi kita doa, kita minta ampun, doa puasa minta ampun, maka kita bisa tidur nyenyak. Kapan saja Tuhan panggil, kita sudah siap. Ingat, tidak ada hari depan baik di kekekalan kalau kita masih berbuat dosa. 

Kita memang harus bersedia belajar step by step untuk bisa hidup dalam takut akan Allah. Perjumpaan dengan Tuhan akan membuat kita takut berbuat dosa. Kalau hubungan interaksi antarmanusia, tidak sedikit dan pada umumnya, makin akrab makin kurang hormat. Namun, berbeda kalau hubungan dengan Tuhan. Yang pertama, makin dekat dengan Tuhan, kita makin takut berbuat dosa. Kedua, makin kita dekat dengan Tuhan, makin kita membuktikan bahwa yang kita butuhkan ternyata hanya Tuhan. Ketergantungan jiwa kita hanya terhadap Allah saja. Selanjutnya, pasti orang seperti ini tidak terikat lagi dengan percintaan dunia. 

Kalau kita dekat melekat dengan Tuhan, makin takut, makin gentar akan Allah, dan kita makin bisa merasakan bahwa hanya Dia yang kita butuhkan, maka tidak mungkin kita berkhianat. Kita harus benar-benar sampai pada kawasan, wilayah perasaan yang disentuh oleh Tuhan. Kita akan menemukan ternyata hanya Dia satu-satunya kekasih jiwa kita. Orang kaya yang ditulis di Lukas 16 berkata, “Aku butuh air,” pastinya ini bukan air mineral. Di sini, air menunjuk Allah sendiri; air kehidupan. Jangan kita menunggu meninggal dunia baru menyadari bahwa hanya Dialah satu-satunya yang kita butuhkan. Memang kalau masih muda, apalagi banyak kesenangan, banyak kekayaan, banyak hiburan, punya pangkat, gelar, popularitas, maka mata kehausannya tertutup, pintu kehausannya tertutup. Namun, kalau kita serius untuk membukanya, maka kita bisa mencapai pengalaman adikodrati, supranatural, di luar pikiran, sampai ke dalam kesadaran bahwa roh kita hanya membutuhkan Allah dalam hidup ini. 

Hal ini bukan omong kosong. Setiap kita harus mengalami ini. Banyak orang percaya yang belum sampai batas ini, karena mereka dibelenggu dengan banyak kesenangan dunia, artinya belum menjadi kekasih Tuhan yang baik. Ini bukan sekadar kegiatan agama yang membuat orang pergi ke gereja, menyanyi, lalu pulang. Ini sekolah kehidupan, harus meluluskan orang-orang yang unggul di mata Allah. 

Tidak ada hari depan baik di kekekalan kalau kita masih berbuat dosa.