Skip to content

Tetap Tenang, Apa pun yang Terjadi

Sering kali ketika kita menghadapi orang-orang yang berniat jahat kepada kita, ada godaan untuk membalas. Ketika kita membalas, artinya kita terbelenggu, terikat oleh kebencian, dendam, dan belenggu permusuhan. Tetapi kalau kita diam, namun dia menyerang terus, dia membuat belenggu sendiri. Itu urusan dia dengan Tuhan. Dia membelenggu dirinya sendiri dengan kebencian, dendam, keinginan, hasrat, nafsu, ambisi untuk menghancurkan kita. Biar dia membelenggu dirinya sendiri, tetapi kita tidak perlu terbelenggu. Masalah itu bisa menjadi belenggu, apalagi kalau sudah menyangkut kebencian, dendam, nafsu balas dendam. 

Ini sudah menjadi kejahatan di dalam batin, yang pasti membuat orang tidak berkenan kepada Tuhan. Masalah apa pun yang terjadi, kita tidak boleh kehilangan ketenangan, tidak boleh kehilangan damai sejahtera. Apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, kita tidak boleh kehilangan ketenangan. Firman Tuhan mengatakan, “kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” Memang biasanya kalau orang ada persoalan, dia datang ke Tuhan. Apalagi kalau persoalannya sudah tidak bisa dia tanggulangi, tidak bisa diatasi, dia sudah putus asa; dia biasanya datang ke Tuhan. Tidak salah, memang. Tetapi kalau kita datang ke Tuhan hanya membicarakan masalah itu terus, artinya kita memberhalakan masalah. 

Kita bisa menyerahkan masalah kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan Mahakuasa. Percaya bahwa Tuhan peduli, bahwa Tuhan campur tangan, Tuhan pasti menolong pada waktu-Nya, membuka jalan pada waktunya. Serahkan dalam tangan Tuhan. Mungkin kita pernah bertanya-tanya, apakah kita harus tetap mendoakan masalah yang kita hadapi? Misalnya suami pergi yang belum pulang, atau anak yang berbuat sesuatu yang menyakiti orang tua. Boleh, mendoakan. Tetapi jangan terus-menerus. Sekali, dua kali, tiga kali, serahkan dalam tangan Tuhan. Jangan coba-coba mengatur Tuhan. 

Sering kali orang terus mempersoalkan masalahnya di hadapan Tuhan, memperkarakan masalahnya di hadapan Tuhan. Tentu dengan tujuan agar Tuhan mengabulkan doanya. Padahal, Tuhan memiliki kebijaksanaan untuk menyelesaikan masalah. Didoakan boleh, tetapi jangan terus membicarakan hal itu dalam doa. Kalau kita misalnya tergerak untuk membicarakannya, maka kita minta hikmat Tuhan, “Bagaimana sikapku terhadap hal ini, Tuhan?” Karena kasus itu memang bisa berubah. Dan seiring dengan berubahnya kasus tersebut, kita minta petunjuk, bimbingan Tuhan, “Apa yang harus saya lakukan dengan kondisi ini, Tuhan?” 

Jangan terus mendesak Tuhan untuk segera menyelesaikan masalah tersebut. Setiap kali datang dalam doa, dia meratapi masalah itu. Dengan skenario di dalam pikiran agar Tuhan memenuhi, mengabulkan keinginan yang ada dalam pikirannya. Ini sudah bentuk sikap mengatur Tuhan. Tidak boleh, itu berarti memberhalakan masalah. Mestinya kalau kita bertumbuh dewasa, kita berkata, “Apa pun yang terjadi, Tuhan, aku kehilangan apa pun, aku mengasihi Engkau. Aku mencintai Engkau. Cintaku tidak kurang kepada-Mu, bahkan bertambah-tambah. Apa pun yang terjadi, Tuhan, aku tidak kehilangan keselamatan. Proses keselamatan tetap berlangsung dalam hidupku. Aku makin hari makin sempurna, makin hari makin kudus, makin hari makin tidak bercacat tidak bercela, makin hari makin berkenan di hadapan Tuhan.” 

Jadi, dengan sikap itu kita tidak memberhalakan masalah. Sampai pada titik tertentu, kita tidak minta Tuhan menyelesaikan masalah kita. Kita hanya berkata, “Jadilah kehendak-Mu, bukan kehendakku. Apakah masalah ini akan terus berlangsung terus atau berhenti; akan surut atau tambah besar, terserah Tuhan yang Mahakuasa. Tetapi beri aku sikap yang benar dalam menghadapi masalah ini, agar cintaku kepada Tuhan tidak kurang, tetapi bertambah. Agar proses keselamatan dalam diriku tidak gagal, tidak terganggu, tetapi aku dibentuk agar makin sempurna.” 

Orang-orang Kristen yang dewasa, akan sampai pada satu titik berkata, “tidak ada yang kuingini, Tuhan, selain Engkau saja. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Setelah Tuhan mengajar bagaimana tidak memberhalakan masalah, maka kita menyerahkan hidup kita dalam tangan-Nya. Kita menyerahkan masalah-masalah kita ke dalam tangan Tuhan, dan kita berkata, “Tuhan, jadilah kehendak-Mu. Kalau masalah ini mau menjadi besar, ya terserah. Mau selesai, silakan. Tidak selesai, silakan. Yang penting aku bertumbuh dalam cintaku kepada-Mu. Masalah ini tidak membuat cintaku kurang. Masalah ini malah membuat aku makin mencintai Engkau. Masalah yang kuhadapi tidak mengganggu proses keselamatan yang berlangsung dalam hidupku. Aku memilih untuk mengasihi Tuhan, aku tambah suci, tambah berkenan di hadapan Tuhan.” Mestinya kita bersikap demikian. Memang ini tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi kalau kita bertekad kuat untuk mencobanya, melakukannya, nanti kita akan bisa mengerti bahwa ini bisa dilakukan, ini mampu kita lakukan. 

Apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, kita tidak boleh kehilangan ketenangan.