Allah adalah Allah yang hidup; Dia bukan sosok dalam mitos atau dongeng, bukan tokoh fantasi seperti Spiderman, Batman, atau Superman. Dia Allah yang hidup dan nyata. Allah menciptakan langit dan bumi, yang memelihara kehidupan, dan Maha Hadir. Jejak Allah dan tindakan-tindakan-Nya ditulis di dalam Alkitab. Alkitab adalah kitab yang memuat kebenaran Allah, maka kita tidak boleh meragukan sama sekali keberadaan-Nya. Dia Allah yang hidup dan nyata.
Bagaimana cara menghidupkan Allah di dalam hidup kita? Ini yang harus kita gumuli. Sebesar apa pun persoalan yang kita hadapi, tidak menjadi masalah sama sekali, jika Allah beserta dengan kita. Apa pun kebutuhan kita, pasti terpenuhi jika Allah beserta kita. Masalahnya, apakah kita memiliki iman yang melahirkan mukjizat? Merupakan suatu kebahagiaan dan kehormatan, kalau kita bisa menghidupkan (menghadirkan) Allah dalam hidup kita.
Dunia kita yang fasik; tidak memedulikan Allah dan tidak memedulikan hukum Allah. Manusia telah “mengisolasi” Allah; menyingkirkan, membuang Allah dari hidupnya dan membuang diri dari hadirat Allah. Sehingga, dunia kita suasananya benar-benar ateis. Bukan hanya di negara-negara yang jelas-jelas menolak keberadaan Allah. Di negara-negara yang mengaku ber-Tuhan, yang agama begitu dominan, ternyata perilaku manusianya tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada. Agama malah bisa dijual untuk banyak kepentingan.
Lebih menyedihkan kalau tokoh agama melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan etika. Ini membunuh iman banyak orang. Tidak heran kalau—dalam konteks Kristen—ada orang tidak mau ke gereja karena melihat perbuatan pendeta, majelis atau aktivis gereja yang menyakitkan, merugikan; tidak menunjukkan etika kehidupan seorang yang ber-Tuhan. Ini dunia yang ateis dan fasik. Makin hari, makin banyak orang yang sebenarnya tidak percaya Allah ada.
Betapa mengerikan anak-anak yang sejak kecil hanya hanyut dengan gadget, hiburan, dan berbagai fokus yang tidak melibatkan Tuhan. Artinya, mereka tidak terlibat untuk belajar kebenaran mengenal Allah. Di beberapa tempat, banyak tokoh agama yang terus menyuarakan bagaimana hidup beragama. Tetapi di tempat-tempat lain khususnya di kota-kota besar yang pengaruh sekuler (duniawi) begitu kuat, orang tidak peduli Tuhan sehingga menjadi ateis. Ini suasana dunia yang tidak mendukung untuk meyakini Allah ada dan nyata. Kita harus terus menyuarakan di dalam diri kita bahwa ada Allah yang hidup. Allah memelihara kesetiaan-Nya, dan tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.
Selalu suarakanlah di dalam diri kita mengenai Allah yang hidup dan nyata. Jangan berhenti menyuarakan bahwa Elohim Abraham, Ishak, dan, Yakub, satu-satunya Allah yang benar, yang menciptakan langit dan bumi, yang menurunkan nabi-nabi-Nya dimulai dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dan seterusnya, termasuk Raja Daud, Samuel, Elia, Elisa, keturunan Abraham. Allah yang sama, Allah yang hadir di dalam hidup kita sekarang ini, saat ini.
Oleh sebab itu, untuk bisa lebih efektif merenungkan keberadaan Allah, maka kita harus ada di lingkungan orang-orang yang percaya Tuhan. Jangan bersahabat dengan orang yang tidak percaya Allah hidup. Jangan bersahabat dengan mereka yang mengaku Tuhan ada, tetapi perilakunya tidak menunjukkan Tuhan itu ada. Jangan hanyut dengan tontonan, hiburan-hiburan dunia yang membuat hati makin kurang yakin atau bahkan tidak yakin Allah itu ada. Sebab hiburan dunia menyuarakan seakan-akan Allah itu tidak ada. Ini bahaya sekali.
Jangan bergaul dengan orang yang tidak percaya Allah itu ada. Walaupun di mulutnya mereka yakin Allah ada dan mereka beragama, tetapi dalam perbuatannya, tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada. Tidak heran jika dalam perbuatannya tidak menunjukkan takut akan Allah. Kita harus bergaul di tengah-tengah orang yang meyakini Allah itu ada. Seperti nasihat Mazmur 1, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.” Bawalah diri pada situasi atau keadaan yang membangun keyakinan adanya Allah, baik dalam pergaulan maupun dalam persekutuan di gereja.
Mendengar firman, membaca Alkitab adalah makanan sehari-hari yang mutlak, tidak kalah mutlak dengan makanan secara fisik. Lebih mutlak sebenarnya daripada roti dan nasi. Sebagaimana kita mengonsumsi makanan untuk kehidupan fisik, kita juga mengonsumsi firman untuk kehidupan rohani. Orang yang tiap hari membaca Alkitab atau mendengarkan firman Tuhan dengan rendah hati dan mau mendapatkan kebenaran dari dalamnya, imannya akan bertumbuh dan ia pasti tidak akan berkhianat kepada Tuhan. Membaca firman, mendengarkan firman harus merupakan kebutuhan mutlak. Begitu juga dengan doa. Doa adalah nafas hidup yang membangkitkan keyakinan bahwa Allah itu ada. Banyak hal yang supranatural atau adikodrati yang terjadi saat kita berdoa, yang tidak bisa terucap kepada orang lain. Tuhan akan menyatakan diri kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
Kita harus terus menyuarakan di dalam diri kita bahwa ada Allah yang hidup.