Ibarat seorang kontraktor, ketika kita menghadapi dateline dari pembangunan sebuah gedung atau pembangunan sebuah jalan, maka ada kecemasan dan perasaan krisis. Tanggal tertentu, harus sudah selesai proyek itu, sedangkan waktu makin dekat. Maka, seorang kontraktor akan bekerja keras siang dan malam. Tidak ada waktu, tidak ada kegiatan; setiap saat ada kegiatan demi mengejar waktu yang sisa. Ibarat seseorang yang mau tampil dalam pertunjukan, sudah mendekati menit-menit terakhir, namun belum cukup dandanannya, maka ia berusaha untuk berdandan dalam waktu singkat. Ibarat sebuah tempat, baik itu sekolah atau kantor yang akan dihadiri seorang pejabat. Mendekati hari-hari terakhir, harus mendandani, memperbaiki bangunan. Mendekati jam-jam pejabat akan hadir di kantor maupun sekolah itu, semua barang yang tidak perlu ada dan tidak boleh ada, yang merusak pemandangan, harus disingkirkan.
Demikian pula kita. Mendekati hari ketika kita harus menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri agar kita layak di hadapan Tuhan. Masalah krusialnya adalah kita tidak tahu kapan hari kita meninggal dunia. Ini perkara besar dan sungguh sangat serius. Sering kita terlena dengan banyak perkara. Sehingga kita tidak memiliki sikap yang berjaga-jaga. Kita terlena dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menjerat hidup kita tanpa kita sadari, dan terus hanyut di dalam kenikmatan hidup duniawi. Kalau seseorang tidak sadar mengenai keadaan dirinya tersebut yang terus ada dalam kehidupan yang jumawa, tidak peduli dengan kebenaran dan tidak mempersiapkan diri menghadap pengadilan Tuhan, betapa mengerikan. Semua kita bisa terjebak dalam suasana nyaman dunia ini.
Kita harus memiliki perasaan takut kalau-kalau kita menoleh ke belakang dan terseret dunia kembali. Waktu kita banyak masalah, banyak kebutuhan, kita memandang Tuhan dan berusaha serius untuk hidup benar dan mengikut jalan Tuhan. Namun, ketika keadaan baik, tidak ada masalah, banyak uang, kita bisa lupa diri. Faktanya, ini sudah terjadi dalam kehidupan banyak orang. Karenanya kita mohon untuk Tuhan menjagai hidup kita. Jangan sampai kita menoleh ke belakang. Mari kita tetap fokus memandang Tuhan. Masalahnya, tanpa kita sadari, sering kita terbelenggu oleh masalah-masalah yang terjadi di dalam hidup kita. Misalnya, ketika kita diperlakukan tidak adil, disakiti, dilukai, difitnah, nama kita dirusak. Kita memikirkan itu siang dan malam. Ada kebencian, godaan untuk membalas dendam, dan godaan untuk bicara membela diri. Justru seharusnya di situ kita belajar untuk tetap fokus kepada Tuhan.
Kalau hidup kita adalah pekerjaan Tuhan, kalau hidup kita adalah milik-Nya, Tuhan sanggup dan berkuasa, menolong dan melindungi kita. Namun, kalau hidup kita bukan milik Tuhan, bukan pekerjaan Tuhan, bisa saja seseorang menjadi khawatir, takut, cemas, dan melakukan hal-hal yang seenaknya atau semaunya sendiri. Kita adalah milik Tuhan. Kita harus fokus bagaimana membenahi diri, bagaimana mempercantik diri. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Kami tidak memperhatikan apa yang kelihatan, tetapi apa yang tidak kelihatan. Tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2 Kor. 4:16). Bagaimana kita harus berdandan setiap saat, karena setiap saat, kita memang bisa meninggal dunia. Kita bisa menghadap Tuhan, setiap saat. Maka, kita harus terus berdandan. Jika ada dosa, ada hal-hal yang salah kita lakukan, kita harus merasa krisis.
Kita harus berjuang untuk melepaskan semua hal yang tidak patut kita lakukan atau kita kenakan sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah. Selalu saja masih melekat hal-hal yang tidak patut, dan itu harus serius kita tanggalkan. Kita harus bergumul menanggalkan semua unsur dosa di dalam diri kita. Roh Kudus pasti memberitahu. Tidak mungkin Roh Kudus tidak memberitahu. Roh Kudus pasti mendandani kita. Ia pasti memberitahukan hal-hal apa yang tidak pantas, yang masih ada dalam hidup kita, yang harus kita lepaskan yang membuat kita tidak layak di hadapan Allah. Jadi, tidak ada orang yang bisa berkata di hadapan Tuhan nanti, “Saya tidak tahu, Tuhan, kalau saya salah.” Tidak mungkin, karena Roh Kudus pasti berbicara kepada kita, menyediakan peringatan, teguran, dan suara-Nya.
Sekarang tergantung kita, apakah kita memperhatikan suara Roh Kudus atau tidak? Tergantung kita, apakah kita menyediakan diri untuk mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus untuk menerima penggarapan-Nya atau menolak? Percayalah, setiap kali kita berdoa, pasti Tuhan berbicara kepada kita. Pasti ada sesuatu yang kita peroleh dari Tuhan. Tidak mungkin kita tidak memperoleh sesuatu dari Tuhan. Jadi, jangan sampai kita menyia-nyiakan kesempatan hidup ini. Kita harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dalam persekutuan oleh Roh Kudus.
Kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan diri mendandani manusia batiniah kita, agar kita layak di hadapan Allah.
Karena kita tidak tahu kapan hari kita meninggal dunia