Sangat disayangkan kalau kita tidak mengalami perkara-perkara besar yang sedang Allah kerjakan dalam dunia yang sudah sekarat menuju maut abadi ini. Sudah saatnya setiap kita menikmati hak istimewa, yaitu pencurahan karunia Roh diakhir zaman. Doktrin-doktrin teologi yang mantap dan dianggap paling teologis pun belum cukup. Dibutuhkan pengurapan baru dari tempat yang Mahatinggi. Untuk ini, orang percaya dituntut memiliki kehidupan yang bersekutu sedemikian rupa dengan Tuhan dan tidak menundanya. Orang percaya harus sungguh-sungguh memiliki komitmen yang tegas menolak segala bentuk pengaruh dunia yang jahat. Orang percaya harus menggunakan kehendak bebasnya untuk menolak segala dosa. Dalam hal ini, orang percaya harus tegas menolak dosa tanpa kompromi sama sekali.
Setiap orang percaya tidak boleh bergantung kepada manusia lain, bahkan kepada pendeta sendiri. Di sini, masing-masing kita dipanggil untuk memiliki ketergantungan penuh kepada Allah. Masa dimana setiap jemaat bergantung kepada pendeta (pendeta-sentris) sudah harus diakhiri. Jemaat harus mandiri dan dewasa. Dibutuhkan ketegaran hati orang percaya untuk memandang Tuhan dan bergantung kepada Allah sepenuh. Orang Kristen harus bangun dari hidup kekristenannya yang kekanak-kanakan, berdiri sebagai orang dewasa dengan kekuatan Tuhan. Dari pihak gereja, jemaat harus dilatih untuk mandiri, tidak bergantung pada pendeta, sebab pada akhirnya semua orang percaya secara pribadi harus menghadap takhta pengadilan Allah tanpa pendampingan siapa pun.
Betapa tegasnya Yohanes Pembaptis terhadap orang yang kelihatannya mau menjadi pengikut Tuhan, tetapi tidak sungguh-sungguh mau bertobat (Mat. 3:7-12). Ini memberikan kepada kita gambaran yang jelas hal kehidupan kekristenan yang benar. Kalau setiap hamba Tuhan memiliki ketegasan seperti ini, gereja akan dikunjungi oleh orang-orang yang sungguh mau masuk dalam Kerajaan Surga, bukan hanya mau sekadar melarikan diri dari kesulitan hidup sementara dalam dunia ini. Yohanes mengajak setiap pendengarnya untuk memiliki kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Status sebagai “anak Abraham” sudah tidak perlu lagi. Soal keturunan Abraham secara darah dan daging, tidak lagi berarti sejak zaman anugerah. Namun yang penting adalah pertobatan yang sungguh yang dibuktikan dengan baptisan air (Rm. 6:1-5).
Dalam Matius 3:10, diberitahukan kepada kita bahwa Tuhan akan bertindak tegas kepada setiap orang. Ketegasan Tuhan itu digambarkan oleh Yohanes dengan kampak. Itu akan terjadi atas setiap umat Allah. Dalam hal ini, teringatlah kita dengan ucapan Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:1-7, “carang yang berbuah dibersihkan untuk lebih banyak berbuah tetapi carang yang tidak berbuah dikerat-Nya.” Banyak orang sering tidak memedulikan keadaan diri mereka di hadapan-Nya, apakah mereka termasuk carang yang berbuah atau tidak, mereka tidak peduli dan tidak sungguh-sungguh mau berperkara. Ini adalah sikap pasif yang membahayakan. Sikap pasif ini adalah sikap menunda apa yang seharusnya dilakukan segera. Ketidakpedulian inilah yang disukai Iblis sampai saatnya mereka menghadap Tuhan atau penghakiman Allah datang, mereka ditolak oleh Allah.
Supaya kita lolos dari keratan atau dipotong, Tuhan Yesus memperlengkapi orang percaya dengan dua baptisan, yaitu baptisan Roh Kudus dan baptisan api. Baptisan Roh Kudus jelas kita sudah paham, tetapi apa yang dimaksud dengan “baptisan api” di sini? Baptisan api adalah penderitaan karena mengikut Yesus. Hal ini akan terjadi atas setiap orang percaya (Mrk. 9:49). Penderitaan yang dialami orang percaya bisa menjadi alat dalam tangan Allah mengokohkan iman orang percaya, dan memurnikan pengiringan mereka kepada Yesus. Selain itu, penderitaan yang dialami oleh orang percaya mendatangkan kemuliaan, sebab hanya orang-orang yang menderita bersama-sama dengan Yesus yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Dia.
Dalam masa penampian yang akan Tuhan lakukan atas manusia di bumi ini, Tuhan akan memisahkan orang benar dan orang yang tidak benar. Dalam Alkitab dikatakan bahwa Tuhan seperti seorang petani gandum yang membersihkan tempat pengirikan untuk mengumpulkan gandum ke dalam lumbung, yang tentu jeraminya akan dibuang. Hal ini berbicara mengenai masa penampian yang sekarang sedang berlangsung. Penampian itu berlangsung melalui beberapa sarana, antara lain: Pertama, melalui pengaruh dunia yang jahat. Orang percaya akan diperhadapkan dengan pilihan, apakah mereka tetap teguh berjalan dalam kebenaran Firman Tuhan, atau terpengaruhi sehingga terhilang. Kedua, melalui penganiayaan atas orang percaya; apakah orang percaya tetap setia dalam imannya. Penganiayaan ini bisa bersifat fisik atau nonfisik. Kalau dunia hari ini, sangat sedikit penganiayaan secara fisik. Yang ada adalah penganiayaan secara batin. Orang-orang percaya yang menjaga kesucian dan meninggalkan percintaan dunia menghadapi penganiayaan ini. Ketiga, melalui pengajaran sesat dan transfer spirit dari roh jahat. Banyak sarana yang dipakai oleh Iblis untuk ini. Orang-orang Kristen yang tidak bergaul secara benar akan terbawa oleh arus spirit dunia yang jahat, agar dapat dibinasakan.