Kita mendengar bahwa prediksi hidup manusia ke depan makin sulit. Dari masalah ekonomi, krisis global akan terus bertahan, bahkan lebih bertambah parah, disebabkan karena perang antara Rusia dan Ukraina. Dengan perang ini, maka kontribusi pemasukan barang terhambat, dan ini menjadi masalah. Ada negara-negara penghasil minyak membatasi ekspor minyaknya, sehingga menyulitkan banyak negara. Ketegangan beberapa negara seperti Korea Utara yang di belakangnya tentu ada RRC terhadap Amerika, Jepang dan Korea; Taiwan yang bersitegang dengan RRC, dan lain sebagainya. Belum masalah teror dari kelompok fanatis beragama di Afrika, juga di beberapa negara Asia.
Belum lagi ekosistem bumi dengan adanya erupsi, pergeseran lempengan tanah yang bisa menghasilkan tsunami, hawa panas atau hawa dingin ekstrem, dan lain sebagainya. Dunia menyongsong keadaan yang lebih buruk. Penduduk dunia sedang menghadapi keadaan yang lebih buruk, maka kita juga akan mengalaminya atau berimbas kepada kita. Kita adalah anak-anak dari Elohim Yahweh, Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi. Belum tentu kita terhindar dari masalah ini. Fakta sejarah dunia, ketika dunia dilanda berbagai krisis dan masalah, orang Kristen pun juga mengalami atau paling tidak, berimbas.
Jangan berharap kita menjadi orang yang dikhususkan, dieksklusifkan oleh Tuhan; orang lain menghadapi masalah, kita tidak punya masalah. Justru mungkin orang Kristen masalahnya lebih banyak. Selain menghadapi krisis-krisis yang ada, orang Kristen yang sungguh-sungguh akan terus bergumul dan berjuang menjadi orang percaya yang benar-benar berkenan di hadapan Allah. Ini masalahnya: orang percaya harus berjuang untuk sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Di tengah-tengah dunia yang jahat, egois, dan menghalalkan segala cara, harusnya orang percaya tidak boleh egois dan menghalalkan segala cara.
Orang Kristen yang baik, umat pilihan yang benar, orang percaya yang sejati pasti memiliki tatanan hidup. Tatanan hidup yang tidak boleh direduksi (dikurangi nilainya). Kita harus berintegritas untuk tetap dalam koridor kesucian Allah. Krisis dunia ke depan dengan berbagai aspeknya, membuat orang jahat bisa bertambah jahat. Orang yang rusak, bertambah rusak. Bagi orang pilihan yang memberi diri dibentuk Tuhan, keadaan dunia ini menjadi pemurnian, sarana Allah memurnikan atau menyempurnakan.
Jadi, ke depan kita akan menghadapi masalah yang lebih berat. Jangan berharap kita tidak menghadapi masalah yang lebih berat. Jangan mendengar janji-janji seakan-akan dunia menjadi lebih baik, itu bukan firman Tuhan. Justru firman Tuhan menunjukkan kepada kita seperti 2 Timotius 3:1-5 “Bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” Hal ini juga dikemukakan oleh Tuhan Yesus di Matius 24, “Akan tetapi semua itu barulah permulaan dari penderitaan menjelang zaman baru.” Semua kita hendaknya mempersenjatai, memperlengkapi diri dengan pemahaman atau pengertian bahwa kita menyongsong dunia yang lebih berat, keadaan yang makin sukar. Ini harus ditanamkan dalam hati kita, dimeteraikan dalam loh jiwa kita. Kita menghadapi dunia yang makin berat dan makin sulit.
Kita akan menemukan kenyataan bahwa memang dunia bukan hunian yang ideal. Alkitab jelas sekali mengatakannya, dan tidak bisa dibantah. Tidak mungkin tidak terwujud, tidak tergenapi, tidak terpenuhi; karena Alkitab yang berbicara. Ada orang-orang yang menjanjikan bahwa dunia ke depan lebih baik. Akan ada masa transformasi, katanya. Dunia akan membaik, kejahatan akan berkurang, ekonomi akan membaik. Orang akan menari-nari dari rumah ke rumah, dan memang ada lagunya. Sementara Alkitab jelas mengatakan bahwa dunia di mana kita hidup akan menjadi lebih buruk. Tetapi inilah cara Tuhan untuk melakukan yang namanya penampian. Dunia diguncang. Dengan guncangan itu, ditampi. Siapa yang sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus dan memberi diri dibentuk, akan disempurnakan makin suci. Tetapi mereka yang tidak sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan, akan menjadi semakin jahat.
Masalah-masalah yang sekarang kita hadapi, jangan menenggelamkan kita. Banyak masalah; terkait pasangan hidup, anak, orang tua, ekonomi, pekerjaan, hukum, dan lain sebagainya. Jangan menenggelamkan kita, karena keadaan dunia ke depan akan jauh lebih berat. Misalnya kita mengalami konflik dengan pasangan hidup, atau konflik dengan anak yang tidak mau mengabdi kepada orang tua. Sakit hati kita. Tetapi kalau anak Gunung Krakatau meletus, yang konon pada abad ke-18 meletus, katanya abunya sampai Eropa. Bayangkan, jadi apa Jakarta? Jadi apa Pulau Jawa? Kalau misalnya terjadi perang nuklir, erupsi gunung yang membuat pelapisan tanah bergerak, tsunami lalu separuh Jakarta terendam atau kota Anda tenggelam, maka masalah apa pun jadi tidak ada artinya. Jadi, jangan masalah hari ini membuat kita hanyut tenggelam dan tidak berurusan dengan Tuhan. Kita harus mempersiapkan diri menghadapi keadaan yang lebih buruk.
Jangan masalah hari ini membuat kita hanyut tenggelam dan tidak berurusan dengan Tuhan. Kita harus mempersiapkan diri menghadapi keadaan yang lebih buruk.