Mari kita benar-benar serius memikirkan satu hal yang pasti akan kita alami, yaitu ketika kita menghadap Tuhan. Masalahnya, apakah kita sudah menyelesaikan tugas yang Tuhan percayakan kepada setiap orang? Tuhan pasti menyediakan atau memberi tugas atau pekerjaan kepada masing-masing individu, khususnya kita sebagai anak-anak Allah, dimana kita telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus, dan semua kita menjadi anak-anak tebusan yang sama menjadi pelayan atau hamba atau budak-budak, atau hamba-hamba Tuhan Yesus. Pasti kita masing-masing ini memiliki tugas. Namun, banyak orang—jangankan menyelesaikan tugas—tugasnya apa, juga tidak tahu. Mereka tidak melakukan tugas atau pekerjaan yang Allah percayakan kepadanya atau Allah sediakan baginya, karena tidak tahu tugasnya itu apa. Ini benar-benar sangat mengerikan! Jangan kita memandang hal ini seperti hal yang remeh. Kelak, kita akan berada di hadapan takhta pengadilan dan gemetar ketakutan kalau kita tidak menyelesaikan tugas yang diberikan.
Oleh sebab itu, sejak sekarang ini, sejak kita masih hidup di bumi—artinya sejak kita masih memiliki kesempatan—kita harus menemukan tugas bagian kita, pekerjaan yang dipercayakan Allah kepada kita masing-masing secara pribadi, yang tidak sama dengan tugas yang Allah berikan kepada yang lain. Jadi, setiap kita pasti memiliki pekerjaan, tugas, misi yang khusus, dan itu harus kita temukan. Masalahnya, mengapa orang tidak mengetahui tugas yang dipercayakan kepadanya? Banyak penyebabnya. Di antaranya, orang sibuk dengan persoalan hidupnya sendiri karena tidak mengerti tujuan hidup ini. Kalau seseorang tidak mengerti alasan dia hidup, ia tidak akan mungkin bersentuhan, berinteraksi, bergaul, atau berjalan dengan Allah. Orang seperti itu pasti memiliki hidup yang sama dengan anak-anak dunia yang adalah anak-anak asuh kuasa gelap atau anak-anak setan yang dipersiapkan untuk menuju kegelapan abadi. Memang mereka bukan orang-orang biadab, bukan orang-orang jahat. Mereka bisa merupakan orang-orang yang kelihatannya baik-baik, santun, taat hukum, warga negara yang baik di mata dunia. Tetapi, mereka tidak mengerti apa kehendak Bapa di dalam hidup mereka, karena mereka memiliki dunia sendiri.
Mestinya, kita sebagai anak-anak Allah memiliki kawasan lain, yaitu kawasan ilahi. Namun kalau seseorang sudah terlalu sibuk dengan kesenangan sendiri, dengan cara berpikir anak dunia, ia tidak akan bisa mengerti kawasan hidup sebagai anak-anak Allah, sehingga tidak akan mengerti apa rencana Allah, kehendak Allah baginya. Banyak orang tidak mau teliti akan setiap hal yang ia harus jalani seperti yang Allah Bapa kehendaki. Mereka juga tidak terlalu peduli., asalkan mereka masih berpredikat baik, santun, tidak melanggar hukum, tidak melakukan skandal-skandal yang membuat malu atau reputasi rusak, mereka merasa cukup. Sejatinya, banyak kemelesetan dari apa yang kita ucapkan, kita lakukan. Walaupun di mata manusia wajar, tetapi itu meleset dari kehendak Allah. Kemelesetan-kemelesetan ini membuat mata kita kabur, telinga kita tuli, sehingga kita tidak melihat, dan kita tidak mendengar apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan di setiap harinya. Hal ini membuat kita tidak akan bisa mengerti proyek yang Allah percayakan kepada kita.
Ironis sekali, jika kita ada di ladang Tuhan—melakukan pelayanan misi, penginjilan, dan sebagainya—tetapi kita tidak tepat melakukan apa yang sebenarnya menjadi bagian kita. Atau, bisa saja itu menjadi bagian kita atau menyentuh bagian kita, tetapi kita melakukannya tanpa mengerti perasaan Allah atau kita tidak melakukan dalam kesadaran yang benar—karena pasti di situ banyak agenda pribadi kita—maka, masih terjadi kemelesetan di situ. Tapi oleh berkat dan belas kasihan Tuhan, Tuhan memperbarui cara kita berpikir. Mulailah dengan melakukan kehendak Allah dari hal-hal sederhana dan kecil, seperti dari ketepatan berbicara, ketepatan bertindak, ketepatan berpikir, berperilaku. Dari hal itu, jangan muluk-muluk. Di situ terbangun kesucian, dimana kesucian itu sebenarnya sangat natural dan praktis. Dari situlah kesempurnaan tergambar di dalam hidup kita. Kita akan mulai diarahkan Tuhan menemukan proyek-proyek Tuhan yang harus kita selesaikan. Jadi, kita akan dipercayai menerima pekerjaan Tuhan, kalau kita sudah benar-benar setiap hari hidup kudus. Dan itu harus dibuktikan dengan langkah hidup kita setiap hari, sampai kita menemukan proyek yang Allah percayakan kepada kita.
Ada proyek Kerajaan Surga yang lebih besar dari berbagai proyek yang bisa dimiliki orang. Banyak proyek Allah, namun itu hanya dipercayakan kepada orang-orang yang bisa dipercayai. Apakah kita sudah menemukan proyek Bapa bagi kita secara pribadi? Apakah kita sudah mengusahakan untuk menyelesaikan sesuai dengan waktu dan cara-Nya? Sehingga pada waktu kita meninggal dunia, kita sudah menyelesaikan proyek itu. Dengan gentar, kita harus mempertanyakan, jangan-jangan apa yang dipercayakan kepada kita, belum kita selesaikan. Firman Tuhan mengatakan di dalam Yohanes 9:4, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” Selagi hari masih siang, selagi masih ada kesempatan, temukan dan selesaikan!
Selagi hari masih siang, selagi masih ada kesempatan, temukan dan selesaikan proyek yang Bapa percayakan kepada kita.