Skip to content

Tantangan

Ketika kita mencari kehendak Allah untuk kita lakukan, mengerti rencana-Nya untuk kita penuhi, maka ada kebahagiaan yang melampaui segala akal yang Tuhan berikan, yang Paulus katakan sebagai, “Sukacita yang melampaui segala akal dan pikiran.” Namun, banyak orang tidak sampai menembus ke level ini. Bahkan aktivis, juga pendeta, belum sampai menembus level ini. Kegiatannya belum memiliki nafas kebenaran ini. Nyawanya belum nyawa Tuhan atau belum kehidupan Tuhan. Sejatinya, pengurbanan Tuhan Yesus harus mengubah kita, harus membuat kita bisa dinikmati oleh Allah. Maka, harus disadari bahwa kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, kita adalah milik Tuhan. Belajarlah mengerti kehendak Tuhan untuk kita lakukan, dan rencana-Nya untuk kita penuhi, dan terus hidup dalam proses perubahan tersebut. 

Bukan Allah yang menyesuaikan diri terhadap kita; melainkan kita yang harus menyesuaikan diri terhadap kehendak-Nya. Memang kalau orang masih baru menjadi Kristen, Tuhan sering toleransi. Bukan kompromi. Tetapi, kalau sudah 15, 20, 30 tahun ikut Tuhan, maka Tuhan tidak mau toleransi lagi. Apalagi kompromi. Jangan membayangkan Tuhan yang penuh anugerah dan belas kasihan dengan prinsip only by grace; sola gratia, lalu Tuhan kompromi; “Tidak apa-apa. Kamu belum suci, tidak apa-apa. Kamu masih duniawi, tidak apa-apa.” Tuhan tidak kompromi. Hari ini kita yang masih merasa kuat, jangan sampai kita tergeletak tidak bisa bangun. Tidak usah sampai jatuh dari ketinggian tiga meter, syaraf belakang terjepit saja, kita tidak bisa bangun. Maka, kita harus serius untuk berubah. 

Kalau Tuhan biarkan kita tetap kuat, tidak ada masalah, nanti ketika kita melihat kemuliaan Allah, kita akan gemetar, dan kita dibuang, artinya kita tidak bisa masuk ke dalam Rumah Bapa. Maka, kita harus seekstrem-ekstremnya untuk ini, sefanatik-fanatiknya. Tidak ada orang yang tiap hari berdoa lalu berdosa terus. Kalaupun bisa, jiwanya pasti akan terganggu. Maka, jangan heran kalau orang masih hidup dalam dosa, dia tidak bisa berdoa. Jangan main-main dengan Tuhan! Seluruh harta di dunia ini dengan triliunan kilo emas, berton-ton di bumi ini dan batu permata, semua dikumpulkan, tidak lebih harganya dari satu jiwa kita. 

Menjadi tantangan bagi kita, apakah hidup kita bisa dinikmati Tuhan atau tidak. Maka, kita harus berusaha untuk hidup benar. Neraka itu mengerikan. Kemuliaan bersama Tuhan, indah. Namun, banyak orang sombong-sombong sekali, padahal mereka tidak tahu tragisnya hidup. Sebentar meninggal dunia juga jadi tengkorak. Jangan kita menjalani hidup seperti itu. Tidak ada yang indah selain berkenan di hadapan Tuhan. Mari renungkan dan bayangkan, ketika kita bertemu dengan Tuhan Yesus, apa reaksi Tuhan terhadap kita? Ketika kita berkata, “Terima kasih, Tuhan, atas kurban-Mu di kayu salib, di mana Tuhan menebus, memikul dosa-dosaku,” apa reaksi Tuhan kira-kira? Puaskah Tuhan dengan ucapan terima kasih yang terlontar dari bibir kita?

Pasti kita mengucapkan terima kasih tanpa getar air mata, tanpa getar perasaan yang mendalam, kalau hanya berterima kasih karena Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa dalam arti perbuatan salah kita. Tetapi, ketika kita menghayati maksud kurban Yesus di kayu salib, di mana oleh kurban-Nya kita diperkenankan untuk bisa memanggil Allah sebagai Bapa kita, menerima Roh Kudus, didikan dan hajaran Bapa sehingga kita bisa serupa dengan Yesus, kita bisa menjadi orang yang berkenan kepada Allah, maka ucapan terima kasih kita akan sangat dalam, dengan getar perasaan yang mendalam. 

“Terima kasih Tuhan, Engkau telah mati bagiku di kayu salib, dan menjadikan aku ada sebagaimana aku sekarang, yaitu bisa semakin serupa dengan Yesus, bisa menyenangkan hati Allah Bapa, dan itu kehormatan. Oleh kurban Tuhan Yesus di kayu salib, aku menerima pembenaran di mana aku boleh menghampiri Allah dan memanggil Allah sebagai Bapa. Dia memeteraikan Roh Kudus di dalam aku dan menuntun aku. Bahkan melalui setiap peristiwa hidup, Dia menyempurnakan aku untuk menjadi sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Terima kasih, Tuhan, aku bersyukur bukan hanya terlepas dari api kekal, tetapi aku layak menjadi anak-anak Allah yang memiliki tempat di hadirat Allah selama-lamanya.” 

Itulah sebabnya tidak ada pilihan dalam hidup kita selain terus mau bertumbuh, mau berubah agar kita diproses menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Tidak ada kesibukan yang lebih besar dari ini, yaitu bagaimana kita terus berubah menjadi manusia yang menyenangkan hati Bapa, seperti keberadaan Tuhan kita, Yesus Kristus. Inilah sejatinya kehidupan yang bernilai. Jangan lewatkan kesempatan yang berharga ini. Sekali, dan tidak pernah terulang untuk selama-lamanya. 

Menjadi tantangan bagi kita, apakah hidup kita

bisa dinikmati Tuhan atau tidak.