Mari kita mempersiapkan diri kita untuk sepenuhnya hidup bagi Tuhan. Dalam melakukan segala sesuatu benar-benar kita melakukannya untuk satu tujuan, yaitu Tuhan. Hal ini harus kita biasakan, kita latih. Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor. 10:31). Bukan hanya hal-hal besar yang menyangkut uang banyak, reputasi, harga diri, atau nyawa, melainkan dalam segala hal. Sebab dengan cara demikian, kita bisa benar-benar hidup bersih, tidak bercacat, tidak bercela. Juga baru kita bisa mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita dan mengalami apa yang Alkitab maksud berjalan dengan Tuhan seperti yang dialami oleh Henokh.
Tentu saja Tuhan kita Yesus Kristus selalu bersama dengan Bapa. Tidak ada yang Yesus lakukan untuk kepentingan yang lain, semua hanya untuk kepentingan Allah Bapa. Prinsip-Nya adalah: “Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Yang membuat kita sering meleset—bahkan berbuat dosa—adalah ketika kita mulai melakukan sesuatu tanpa tujuan. Asal kita senang, asal berjalan atau berlangsung dengan baik, tapi kita tidak menujukan untuk apa dan untuk siapa kita melakukan sesuatu itu.
Termasuk yang kita lihat, kita tonton. Apalagi yang menyita waktu kita. Jangankan 1 jam, 1 menit pun tidak boleh kita sia-siakan, tidak boleh kita buang untuk melakukan sesuatu yang tidak bertujuan untuk Tuhan. Jangankan 1 jam, 1 menit pun jangan kita melakukan sesuatu yang tidak kita tujukan untuk kepentingan Tuhan. Ini memang sulit sekali, tapi kita harus membiasakannya dan kita harus melatihnya supaya kita tidak memberi kesempatan kuasa kegelapan bersarang di dalam diri kita. Jangankan satu kalimat, satu kata pun tidak boleh terlontar dari mulut kita jika itu tidak bertujuan untuk kemuliaan Allah.
Dari hal ini nampak, apakah seseorang benar-benar mengalami Tuhan atau tidak; apakah seseorang benar-benar berjalan dengan Tuhan atau tidak. Dan hal ini harus kita latih mulai hari ini. Hari ini kita akan mulai memiliki kehidupan yang menyembah Allah bukan hanya dengan nyanyian, melainkan dengan sikap, tindakan, renungan hati, pikiran dan perkataan kita yang merupakan sikap menghormati Allah. Allah sangat baik dan Dia Allah yang berbelas kasihan. Betapa menyedihkan kalau kita masih sembarangan melakukan sesuatu, yang mana hal itu benar-benar dapat menyakiti dan melukai hati Tuhan.
Padahal Allah sungguh amat baik dan berbelas kasihan. Jangan sampai kita melukai Tuhan. Untuk orang Kristen baru, bisa saja ditolerir kalau tindakan-tindakannya tidak presisi, tidak tepat, tidak akurat. Bisa saja Tuhan menolerirnya. Tetapi kita yang sudah bertahun-tahun ikut Tuhan, apalagi kita yang sudah menjadi Kristen sejak kecil, terlebih lagi seorang aktivis gereja, apalagi seorang pendeta dan teolog; betapa hidup kita harus memancarkan kemuliaan Allah. Dari setiap kata yang kita ucapkan, dari setiap tindakan yang kita lakukan, tidak ada yang meleset, semua presisi untuk kepentingan Tuhan, untuk kesukaan Tuhan, untuk kemuliaan Tuhan, bertujuan untuk Tuhan, apa pun yang kita lakukan.
Ingat, yang membuat kita sering meleset bahkan berbuat dosa adalah ketika kita mulai melakukan sesuatu yang tidak bertujuan bagi Tuhan. Sesuatu yang memang bukan suatu kesalahan di mata manusia. Bahkan juga tidak menunjukkan itu suatu kejahatan atau pelanggaran. Tetapi kalau dilakukan tanpa tujuan, dilakukan tanpa sikap hati yang ditujukan bagi Tuhan, itu menjadi jalan seseorang membawa diri dalam ikatan kuasa kegelapan. Itu menjadi celah, bagaimana Iblis masuk dan merusak hidupnya, menghancurkan hidupnya. Jangan membuka celah sekecil apa pun untuk Iblis masuk. Atau istilah lain, jangan membuat sekecil apa pun kebocoran.
Pokoknya setiap hal yang kita lihat di gadget, apa yang kita ucapkan, kita lakukan semua harus bertujuan untuk Tuhan. Dengan irama yang demikian, dengan pembiasaan yang demikian, maka kita akan menjadi orang-orang yang benar-benar hidup kudus tak bercacat tak bercela. Ayo, kita mulai serius berlatih membiasakan diri melakukan apa pun yang bertujuan untuk Tuhan, untuk kemuliaan-Nya, untuk keagungan-Nya. Memang kadang-kadang seperti orang konyol. Kalau dulu kita berbuat apa saja begitu sigap, begitu refleks, dan kita tidak peduli untuk apa kita lakukan semua itu—yang biasanya hanya sekadar kita lakukan saja atau untuk kesenangan kita atau kesenangan orang—tapi sekarang kita mau tujukan untuk kesukaan Tuhan. Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk ini.