Skip to content

Tanpa Belenggu

Roma 7:26 adalah salah satu ayat dalam Alkitab yang sangat sukar dipahami bukan hanya di antara ayat-ayat dalam kitab Roma, tetapi juga di antara semua ayat-ayat dalam Alkitab. Dalam Roma 7:26, Paulus memberikan kesaksian: “Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Pernyataan Paulus ini—dalam terjemahan bahasa Indonesia—memberi kesan yang sangat kuat seakan-akan Paulus memiliki hidup dalam dualisme; dimana di satu pihak, dengan akal budinya, Paulus melayani hukum Allah; tetapi di pihak lain, dengan tubuh insaninya, melayani hukum dosa. Dengan kesan tersebut, seakan-akan secara akal pikiran Paulus menyetujui hukum Allah atau hidup dalam kesucian Allah, tetapi di pihak lain Paulus juga menyetujui untuk hidup dalam dosa atau masih hidup dalam dosa, karena menuruti keinginan dosa dalam dagingnya. Dalam hal ini, seolah-olah dikesankan karakter Paulus buruk. 

Karena kesan tersebut, ada teolog-teolog yang memiliki pandangan bahwa pergumulan Paulus dalam Roma 7:23-26 adalah pergumulan Paulus sebelum ia mengenal Tuhan Yesus atau sebelum ia mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus. Juga ada yang mengatakan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat tambahan yang tidak ada dalam naskah aslinya. Melalui sebuah penelitian, ternyata semua naskah asli memuat kalimat tersebut. Jadi, hal ini tidak boleh dibantah, karena memang Paulus menulis kalimat tersebut. Masalahnya adalah bagaimana memahami isi atau maksud tulisan Paulus tersebut? 

Adalah pandangan yang sangat keliru kalau kita mengatakan bahwa pernyataan Paulus tersebut menunjukkan pergumulannya sebelum mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sebenarnya, pergumulan Paulus di sini adalah pergumulannya setelah mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus. Sangat mudah untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa hal tersebut adalah pergumulan Paulus sesudah mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus. Hal ini ditunjukkan oleh Roma 7:25 dimana Paulus mengatakan, “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Dari pernyataan ini, jelas sekali bahwa hal tersebut menunjukkan pergumulan Paulus setelah mengenal Yesus. Kalimat lengkapnya, Paulus menyatakan, “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.Dalam terjemahan Alkitab bahasa Yunani, ayat 25 dan 26 ini tergabung. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris, juga banyak yang menggabungkannya.

Dalam pernyataannya tersebut—di dalam terjemahan Bahasa Indonesia—Paulus menyatakan bahwa dirinya “melayani hukum dosa.” Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Paulus, sebab Paulus dalam kesaksiannya menyatakan bahwa sebelum mengenal Tuhan Yesus, ia adalah seorang yang tidak bercacat dalam melakukan hukum Taurat (Flp. 3:6). Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak pernah mengenal hidup dalam perhambaan kepada dosa atau melayani hukum dosa. Justru yang dirasakan oleh Paulus adalah sebaliknya. Sebelum mengenal Tuhan Yesus—yaitu ketika hidup dalam keberagamaan Yahudi—ia merasa tidak bercacat, yang sama dengan tidak berdosa (Flp. 3:6). Perlu ditambahkan di sini bahwa yang dipahami oleh Paulus mengenai dosa—sebelum ia mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus—adalah pelanggaran terhadap hukum Taurat. Mengenai hal itu, ia menyaksikan bahwa dirinya tidak bercacat. Sangatlah tidak mungkin ia memiliki pernyataan bahwa dirinya diperhamba oleh dosa atau menghambakan diri kepada dosa. 

Menjadi persoalan yang harus dipecahkan, benarkah Paulus hidup dalam dualisme? Tentu tidak. Memang dari pernyataan Paulus dalam Roma 7:26 tersebut, bisa muncul kesan bahwa Tuhan Yesus memperkenankan Paulus hidup dalam dualisme, sebab Paulus mengatakan kalimat di atas (Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa). Kalau dipahami demikian—dimana seakan-akan Tuhan Yesus menyetujui Paulus hidup dalam dualisme tersebut (Paulus diperkenankan oleh Tuhan Yesus hidup dengan cara demikian)—berarti kita menuduh Tuhan Yesus kompromi dengan dosa. Ini adalah sikap yang melecehkan Tuhan Yesus. 

Sebenarnya, ucapan syukur Paulus kepada Tuhan Yesus bertalian dengan kuasa atau fasilitas keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus untuk memenangkan pergumulan melawan kodrat dosa dalam dirinya. Sebab, keselamatan dalam Tuhan Yesus memberikan kemungkinan seseorang untuk hidup dalam pimpinan Roh, dan bebas dari kodrat dosa. Tentu hal ini tidak terjadi secara otomatis atau dengan sendirinya, tetapi harus melalui sebuah perjuangan. Dalam hal ini, hendaknya ucapan syukur kepada Tuhan Yesus tidak dipahami salah. Ucapan syukur tersebut didasarkan pada adanya kemungkinan untuk bisa hidup tanpa belenggu kodrat dosa, dan selanjutnya mengenakan kodrat Ilahi.

Ucapan syukur kita kepada Tuhan Yesus haruslah didasarkan pada adanya kemungkinan untuk bisa hidup tanpa belenggu kodrat dosa