Saudaraku,
Pada satu kesempatan, saya bertemu dengan mantan teknisi pesawat terbang. Menurut beliau, sebagai seorang teknisi pesawat terbang, ia harus memiliki kecerdasan atau kejeniusan yang tinggi dan sekaligus ketelitian. Tidak boleh ceroboh, karena satu skrup longgar bisa membuat pesawat jatuh. Karena tentu pesawat terbang memuat banyak penumpang dan beresiko tinggi di udara. Demikian pula dengan hidup manusia yang memiliki kekekalan. Hidup kita ini seperti pesawat terbang yang nilainya lebih dari segala sesuatu, lebih dari seluruh harta dunia ini. Sekalipun harta dunia ini diwujudkan dalam bentuk uang, tidak bisa membeli jiwa manusia. Maka kita harus benar-benar cerdas; cerdas secara rohani dan teliti. Teliti memperhatikan seluruh hidup kita. Sebab Allah berfirman, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus” (1Ptr. 1:16). Itu berarti kita harus memeriksa diri kita dengan sangat serius (seksama).
Bertahun-tahun kita berpikir tidak mungkin orang bisa hidup suci atau sempurna, tetapi Tuhan sendiri berkata, “Kamu harus sempurna” (Mat. 5:48). Kita harus sempurna seperti Bapa. Yang saya pahami, sempurna adalah ketika segala sesuatu yang kita pikirkan, ucapkan, dan kita lakukan selalu sesuai dengan pikiran perasaan Allah. Kita harus teliti, cerdas rohani memperhatikan setiap gerak pikiran perasaan, ucapan, dan perbuatan kita. Mestinya kita juga bisa tahu apa yang bisa menghancurkan hidup kita, yang bisa membahayakan hidup kita, yang bisa membuat kita jatuh. Mungkin selama ini kita berpikir ada banyak hal yang kita hadapi di dalam hidup ini yang tidak jelas. Tidak jelas uraiannya, tidak jelas maksudnya, apakah ini salah atau benar, jadi seperti benda misteri. Mestinya tidak, Saudaraku. Segala sesuatu yang kita pikirkan, renungkan, ucapkan dan lakukan, mestinya bisa kita analisa. Apakah ini salah atau benar.
Sebab kalau hidup ini ternyata penuh dengan misteri seperti itu, maka keberkenanan di hadapan Allah juga menjadi misteri. Lalu bagaimana dengan pernyataan Tuhan bahwa kita harus hidup tidak bercacat tidak bercela itu? Ya berarti omong kosong, berarti Tuhan bohong, sebab manusia tidak mungkin sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Oleh sebab itu saya mengajak semua kita bertekad, walaupun kita memiliki jejak rekam yang buruk. Dan sampai saat ini pun mungkin juga masih banyak dosa, kekurangan, kelemahan, yang kita lakukan, tetapi kita harus bulat, utuh, atau sempurna dalam tekad. Utuh, bulat sempurna, dalam tekad! Kita memang belum sempurna dalam perbuatan, tetapi hal itu tidak menghalangi kita sempurna dalam tekad. Belum bulat suci, belum bulat benar, tetapi bisa bulat dalam tekad, bulat di dalam kehendak, bulat dalam komitmen, bulat dalam janji, bulat dalam kehendak. Itu tidak ada yang menghalangi kita, Tuhan juga tidak menghalangi kita. Jadi jangan berpikir bahwa orang tidak bisa memiliki tekad kalau bukan Tuhan yang memberi. Bicara soal tekad, itu berangkat dari diri sendiri. Kita yang harus membulatkan tekad kita. Kita harus membarakan (membuat membara) niat kita untuk memiliki kehidupan yang benar-benar berkenan kepada Allah. Jadi mari Saudara, sejak kita bangun di pagi hari hingga kita menutup mata beristirahat, kita bulatkan tekad untuk selalu hidup suci. Memang banyak masalah yang kita hadapi, tetapi yang satu ini adalah hal yang paling penting.
Saudaraku,
Hari-hari ini kalau kita mengadakan kegiatan selalu diperiksa dulu pakai antigen, di-swab di tempat kerja, apakah hasilnya negatif atau positif COVID-19. Sebab kalau positif bahaya mengancam nyawa atau juga mengancam keselamatan orang lain. Nah, mengapa kita juga tidak swab batin kita tiap hari? Terus diperiksa, apakah ada dosa tidak? Kita belum sempurna, tetapi kita harus punya kehendak yang sempurna, tekad yang bulat, sempurna dalam tekad, bulat dalam tekad supaya kita serius memeriksa diri di-swab setiap hari di hadapan Tuhan. Tentu Roh Kudus yang bisa me-swab kita, apakah ada virus atau bakteri dosa di dalam hidup kita? Ayo, Saudara kita belajar, nanti asyik sekali. Sebagai langkah konkret untuk bersiap-siap pulang. Jangan mati dahulu kalau Saudara masih menyimpan dosa, kebencian, kenajisan. Mari kita semua berubah, periksa diri supaya kita menjadi anak-anak Allah yang berkenan di hadapan Tuhan.
Teriring salam dan doa,
Erastus Sabdono
Kita belum sempurna, tetapi kita harus punya tekad yang bulat, supaya kita serius memeriksa diri di-swab setiap hari di hadapan Tuhan