Ada pernyataan Tuhan Yesus di kayu salib, sebelum Tuhan Yesus menghembuskan nafas dan menyerahkan nyawa kepada Bapa, “Sudah selesai.” Tuhan menghendaki agar kita setiap hari menyelesaikan hari hidup kita dengan kalimat: “sudah selesai.” Untuk itu, kita harus memiliki sikap berjaga-jaga. Kalimat “sudah selesai” yang kita sampaikan kepada Allah, juga kita katakan kepada diri sendiri, adalah pernyataan yang lahir dari sikap berjaga-jaga. Kebiasaan yang dulu kita lakukan adalah ketika kita menyisakan masalah kita dengan Tuhan. Setiap hari, kita harus menyelesaikan masalah kita dengan Tuhan, sehingga kita bisa berkata “sudah selesai,” lalu kita menutup mata pada malam hari, dan kita akhiri dengan kalimat “ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku.” Selesai sudah hari itu.
Yang pertama, yang kita selesaikan adalah apakah ada hal-hal yang kita lakukan hari ini yang tidak berkenan di hadapan Tuhan? Kita bukan hanya minta ampun atas kesalahan yang kita lakukan, tetapi juga komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Sehingga kita bukan hanya mendapat pengampunan dari Tuhan, tetapi juga mengalami pembaruan. Dan keberadaan kita menjadi lebih baik besok. Kita harus minta ampun, selain atas kesalahan yang kita lakukan, juga atas keberadaan kita yang belum sesuai dengan kehendak Allah. Seperti seorang murid yang minta maaf atas nilai buruk, dan juga sekaligus kapasitas diri yang belum sesuai dengan apa yang guru inginkan.
Banyak orang tidak mau menyelesaikan hal itu. Jadi, masih menggantung. Ini yang menjadi masalah. Celakanya, banyak orang tidak merasa terganggu dengan keadaan seperti itu; merasa aman-aman saja. Dan ini bisa terjadi karena dia masih keberatan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dosa yang dia lakukan, karena nikmat. Dagingnya atau jiwanya tidak rela kehilangan kenikmatan tersebut. Jadi, ia tidak memiliki komitmen yang utuh untuk meninggalkan dosa. Tidak punya komitmen untuk meninggalkan kebiasaan yang dapat bukan saja membuat hati Tuhan tidak nyaman, tetapi juga bisa melukai hati Tuhan, menyakiti hati Tuhan.
Perbuatan salah kita bisa diselesaikan karena Yesus telah mati di kayu salib. Maka firman Tuhan mengatakan, “Kalau ada di antara kamu yang berbuat dosa, datanglah kepada Tuhan yang mengampuni dosamu dan melupakan kesalahanmu.” Milikilah keberanian untuk datang mengakui kesalahan. Jika kita mengakui suatu kesalahan, harus disertai komitmen untuk meninggalkan kesalahan itu. Seperti perempuan yang berbuat dosa, yang Tuhan ampuni. Tuhan bebaskan dia dari hukum rajam batu orang-orang Yahudi. Tuhan Yesus berkata, “Aku juga tidak menghukum kamu. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi.”
Mulai saat ini kita harus melakukannya. Sebab kalau tidak mulai saat ini, kita tidak akan bertumbuh dengan baik, tidak akan pernah memiliki kesucian hidup, karena kesucian hidup tidak bisa diraih dalam satu hari, satu minggu atau satu bulan. Keadaan kodrat dosa kita ini seperti berlapis-lapis. Lapis pertama diselesaikan, yang karena ada impuls atau rangsang sehingga dia berbuat salah. Lalu ada pencobaan lain atau rangsang lain di dalam lapisan berikut. Diselesaikan, lalu berikut. Idealnya, tidak berbuat salah. Jadi, kalau malam ini adalah malam terakhir bagi kita, dan besok ketika kita membuka mata ternyata sudah ada di Firdaus, puji Tuhan karena kita sudah menyelesaikannya.
Inilah yang dimaksud bahwa kita dalam keadaan siaga. Maka kalimat “sudah selesai” yang kita pinjam dari pernyataan Tuhan adalah buah dari sikap berjaga-jaga, seperti yang ditulis dalam Matius 25:13, “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” Jadi, setiap hari kita harus menyelesaikan persoalan kita dengan Tuhan. Persoalan utang belum terbayar, belum punya jodoh, diputuskan pacar, belum punya anak, belum punya rumah, rencana mau menikah, mau pindah rumah, itu semua tidak perlu harus selesai pada hari itu juga, tetapi hal urusan dengan Tuhan, harus sudah selesai. Kita harus membiasakannya. Mari kita mulai melakukannya pada malam hari sebelum tidur.
Idealnya, ketika kita berbuat salah siang hari, saat itu juga kita sudah minta ampun. Jadi, tidak pernah ada dosa yang lewat beberapa menit. Begitu kita bersalah, kita langsung berkata, “Tuhan, ampuni aku.” Di malam hari, ketika kita mengoreksi diri, kadang-kadang Tuhan ingatkan kebiasaan salah atau kesalahan yang kita tidak boleh lakukan. Atau, besok Tuhan mau mengizinkan kita mengalami pencobaan, godaan, impuls rangsang dosa, Tuhan sudah ingatkan. Tuhan memang tidak bicara, “Nanti kamu akan ketemu hal ini,” tidak. Tetapi Tuhan memberikan peringatan. Dan ketika kita menghadapi pencobaan itu, Tuhan tidak mencegah kalau kita masih mau berbuat dosa. Namun, sejatinya kita sudah diingatkan Tuhan. Kata “sudah selesai” bukan diucapkan hanya malam hari saja. Ketika kita sudah dewasa, setiap saat kita sudah bisa berkata “sudah selesai.” Jadi setiap saat kita meninggal dunia, sudah selesai.
Semua persoalan hidup tidak perlu harus selesai pada hari itu juga, tetapi hal urusan dengan Tuhan, harus sudah selesai.