Skip to content

Suara yang Menyesatkan

Kita akan melihat, menemui, menjumpai banyak pilihan di dalam hidup. Manusia selalu dibawa atau diperhadapkan kepada banyak pilihan. Hampir semua manusia terseret pada kesibukan untuk memilih dari satu pilihan ke pilihan yang lain. Di dalam pilihan tersebut, ada kesibukan dan pertaruhan. Kita mau jalan-jalan keluar kota atau keluar negeri, tentu harga dan pertaruhannya berbeda. Kita mau beli barang harga di bawah satu juta atau di atas 10 juta, juga berbeda pertaruhannya. Selalu saja ada pilihan-pilihan itu. 

Manusia dibuat sibuk dengan pilihan-pilihan setiap hari. Tetapi ada satu yang Iblis hindarkan kita masuk di situ. Banyak pilihan disodorkan, tetapi pilihan yang satu ini, kuasa kegelapan sebisa mungkin menjauhkan dari diri kita. Kalau pilihan barang, merek ini atau merek itu; jalan-jalan ke mana, keluar kota, kota mana; keluar negeri, negeri mana, banyak pilihan. Pekerjaan, sekolah, tempat tinggal, makan apa, banyak pilihan. Tetapi yang satu ini dihindarkan oleh kuasa kegelapan, dan banyak orang tidak memikirkannya karena merasa tidak perlu sungguh-sungguh untuk memikirkannya. Pilihannya adalah apakah kita mau bersama dengan Tuhan atau tidak; masuk surga atau masuk neraka. 

Memang tidak ada orang yang mau masuk neraka. Jelas, kalau orang disuruh memilih surga atau neraka, orang pasti memilih surga. Kalau kita disuruh memilih bersama dengan Tuhan atau tidak bersama dengan Tuhan, pasti kita memilih bersama dengan Tuhan. Tetapi Iblis membuat kita untuk tidak memilih dulu. Kita dibuat mengambang, bias, seakan-akan itu bukan pilihan. Karena tidak ada orang yang mau masuk neraka, tidak ada orang yang mau terpisah dari Allah, tetapi tidak menjadi pilihan. Bayangkan betapa jahat dan berbahayanya. Sehingga perhatian, fokus, pertaruhan kita tidak ditujukan untuk hal ini, tetapi ditujukan untuk banyak hal.  

Berapa banyak dari kita yang sudah membawa diri kepada pilihan ini? Tentu kalau seseorang sudah mengambil keputusan memilih salah satu, maka ia harus mulai membayar harganya; mulai mempertimbangkan dan menggumuli pertaruhannya. Tetapi kalau seseorang tidak memilih, dia tidak perlu menggumuli. Banyak orang sibuk dengan pilihan-pilihan yang tidak menyangkut kekekalan sehingga tidak mulai mengarahkan diri kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. 

Coba kita renungkan. Hidup kita diseret dalam kesibukan pilihan demi pilihan yang tidak menyangkut kekekalan. Cerdiknya setan, bukan hanya menipu jemaat tetapi juga menipu aktivis gereja, pelayan, bahkan pendeta. Suara yang menyesatkan kita atau banyak orang Kristen adalah suara yang mengatakan bahwa kita sudah memilih. Dalam hal ini, soal kekekalan. Kita merasa sudah memilih. Bisa orang berkata, “kalau saya tidak memilih Tuhan, saya tidak ke gereja. Kalau saya tidak memilih Yesus Kristus, saya tidak menjadi orang Kristen. Saya tidak ke gereja. Saya tidak aktif dalam pelayanan jemaat. Saya tidak menjadi pendeta, kalau saya tidak memilih Tuhan.” 

Masalahnya adalah bagaimana dan apa itu “memilih Tuhan?” Kita ke gereja, belum tentu memilih Tuhan secara benar. Menjadi aktivis, menjadi pendeta, belum tentu sudah memilih Tuhan secara benar. Orang yang memilih Tuhan itu harus menjadikan Dia segalanya dalam hidup. Orang yang memilih Tuhan, harus menjadikan Tuhan itu segalanya. Tidak boleh menjadikan Tuhan itu tambahan, apalagi sambilan. 

Kalau orang Yahudi memiliki 10 Perintah Allah, hidup mereka harus diatur oleh hukum, tidak boleh meleset dari hukum itu. Hukum Taurat yang mereka miliki bisa dikenakan, sementara mereka menginjak bumi dan menapaki hari hidup seperti manusia lain, di mana fokusnya pemenuhan kebutuhan jasmani. Tentu hukum mengawal mereka. Ibadah kepada Yahweh mengawal mereka, tetapi mereka masih bisa hidup wajar seperti manusia lain yang bukan bangsa Israel. Tetapi kalau umat Perjanjian baru, hukumnya adalah Allah sendiri; pikiran, perasaan Tuhan yang menjadi standar hukum, standar kesucian, standar moralnya, yaitu mengerti apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna, maka tidak ada bagian untuk dunia. 

Kita tidak bisa menjalani hidup kekristenan, sementara masih berpola hidup seperti manusia lain, yaitu memberi bagian pada fokus pemenuhan kebutuhan jasmani. Jadi kita bisa mengerti mengapa Tuhan Yesus mengatakan: “serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya,” Lukas 9:58. Ketika orang berkata atau memberikan pernyataan “aku akan ikut Tuhan ke manapun Engkau pergi,” Tuhan menjawab, “Kalau kamu mau ikut ke manapun Aku pergi, kamu harus hidup seperti Aku hidup. Dunia tidak lagi menjadi tempat kenyamanan, tidak ada tempat istirahat. Kamu hanya kerja, kerja, berubah, berubah.” Di dunia kita hari ini—dunia yang materialistis, egois, cinta uang—mengenakan gaya hidup Yesus itu aneh sekali. Maka, hampir tidak ditemukan orang yang memilih demikian.

Suara yang menyesatkan banyak orang Kristen adalah suara yang mengatakan bahwa kita sudah memilih.