Saudaraku sekalian yang kekasih,
Hampir-hampir tidak ada orang yang berani berkata, “aku tidak menghormati Tuhan.” Walaupun selalu saja ada orang akan berkata, “saya tidak peduli Tuhan,” dan bisa mengucapkan kata-kata yang tidak patut di hadapan Tuhan. Tetapi hampir memang tidak ada orang yang berani berterus terang demikian; apalagi di masyarakat yang agama dijunjung dan Tuhan dihormati. Pertanyaannya, apakah benar-benar Tuhan itu sudah dihormati? Dengan cara apa sebenarnya manusia menghormati Allah? Pasti semua orang beragama sekarang—dalam konteks orang Kristen—merasa sudah menghormati Tuhan. Yang karenanya mereka pergi ke gereja mengikuti liturgi, menyanyikan lagu-lagu pujian, mengucapkan kalimat penyembahan; dan dengan cara itu mereka merasa bahwa mereka sedang menghormati Allah.
Menghormati Allah itu memiliki standar. Ibarat barang itu ada harganya. Kita tidak bisa memberikan bandrol harga sesuka kita. Tetapi kita harus melihat harga yang memang telah tercatat. Dan saya mau beritahu kepada Saudara, harga yang harus kita bayar untuk menghormati Allah adalah segenap hidup kita. Walau sebenarnya sekalipun segenap hidup kita ini kita pertaruhkan untuk menghargai Allah, itu pun sebenarnya belum cukup; tidak pernah cukup. Ibarat harga Allah itu 10 trilyun, kita punya uang hanya 100 ribu atau 100 juta. Itu sebenarnya belum memadai. Allah itu Mahabesar, Mahamulia, Mahaagung, melampaui apa yang dapat kita pikirkan, tidak terbatas. Sebagaimana mestinya harus kita pahami dalam hidup kita masing-masing bahwa kita seharusnya menghormati Allah dan mempersembahkan hidup kita tanpa batas. Sebab sekali pun kita menaruh seluruh hidup kita, itu pun sebenarnya belum bisa membayar harga yang harus kita bayar, karena harga kehormatan Allah itu tidak terbatas.
Hari ini banyak orang yang sebenarnya tidak menghormati Allah. Mereka memandang Allah itu tidak atau kurang berharga. Benar-benar memperlakukan Allah secara tidak patut. Karena merasa bahwa manusia berhak memberikan “bandrol harga” untuk Allah, ini kurang ajar! Memang Allah bukan barang yang memiliki harga yang tertera atau tercatat; tadi itu hanya ilustrasi. Allah tidak memiliki bandrol harga karena Dia memang tidak terbatas. Makanya walaupun kita menyerahkan segenap hidup kita kepada Tuhan tanpa batas; itu pun sebenarnya juga tidak bisa memenuhi harga yang harus kita bayar. Masalahnya, banyak orang memberikan bandrol harga seenaknya sendiri. Pada kesempatan ini saya mengingatkan jangan sampai terjebak dalam kebodohan ini. Kita yang harus benar-benar menyodorkan diri kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, apa yang harus kulakukan untuk bersikap benar di hadapan-Mu?”
Kalau kita mengatakan Allah Mahamulia berarti kita tidak menghargai apa pun; kalau kita mengatakan Allah Mahasuci berarti kita harus hidup suci; itu sebagai penghargaan kita kepada Allah. Bagaimana kita menghargai Allah, yaitu dengan hidup suci seperti Allah yang kita nyatakan kudus. Kita tidak boleh terikat dengan dunia dengan segala kesenangannya. Kita yang mengatakan Allah Mahamulia, kita yang mengatakan Allah Mahabesar kita harus belajar tidak khawatir dan tidak takut menghadapi apa pun. Kalau kita mengatakan Allah Mahasuci, Allah Mahamulia; kita harus hidup tidak bercacat sebagai penghargaan kita kepada Allah yang Mahasuci dan kita tidak terikat kepada dunia, tidak memandang dunia ini sebagai hal yang indah dan tidak merasa bisa dibahagiakan oleh dunia. Kita harus menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan kita kalau kita berkata Allah Mahamulia.
Saudaraku,
Coba renungkan dan hayati. Kalau saat ini kita ada di hadapan Allah, betapa mengerikan keadaan itu. Di situ kita baru bisa menghayati kedahsyatan Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi, yang besarnya melampaui jagad raya ini. Yang membentangkan lautan, padang gurun, padang pasir dan hutan-hutan yang luas; Allah yang Mahabesar, Allah yang Mahabijaksana, Allah yang Mahacerdas yang menciptakan segala sesuatu dengan sangat sempurna, berjuta malaikat, berlaksa-laksa malaikat dan penghuni surga tunduk kepada Allah.
Di hadapan-Nya, apa yang bisa kita lakukan kalau kita tidak mulai menghormati Tuhan sejak kita hidup di bumi sekarang ini? Allah tidak terbatas, harganya tidak ternilai. Sekalipun kita bisa menyerahkan hidup kita tanpa batas kepada Tuhan segenap hidup kita; itupun belum bisa mengimbangi kebesaran Allah. Apalagi kalau kita seenak-enaknya sendiri. Ironis, banyak orang yang membuang Allah seperti barang yang tidak berguna atau merasa hanya membutuhkan pada saat-saat terjepit. Ini adalah sikap yang benar-benar tidak menghormati Allah! Allah itu segalanya bagi kita. Kehendak-Nya itu segalanya bagi kita.
Teriring salam dan doa,
Erastus Sabdono
Menghormati Allah itu memiliki standar; yaitu segenap hidup.