Skip to content

Standar Kerajaan Allah

Kalau di dunia hari ini, kita terseok-seok, teraniaya, terhina, tidak masalah. Karena nanti, Allah Bapa akan menunjukkan kepada orang percaya kekayaan kasih karunia-Nya yang berlimpah-limpah. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah,” (Ef. 2:8-9). Perhatikan kata “oleh iman,” jangan dipahami “oleh keyakinan bahwa Yesus Tuhan dan Juruselamat.” Bukan itu semata. Tapi kesediaan kita memercayai Tuhan dengan benar, yaitu dengan melakukan apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Kalimat selanjutnya, “itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Jadi, Allah yang memulai inisiatif untuk membangkitkan kita bersama dengan Kristus. Ini bukan hanya menunjuk kehidupan yang akan datang nanti, tetapi  kita diberi kemungkinan untuk memiliki kehidupan seperti kehidupan Yesus. 

Selanjutnya dalam Efesus 4:22 dikatakan, “… yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang terdahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan.” Kita yang harus menanggalkan. Sebab Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. Untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, kita harus memiliki ‘pakaian pesta.’ Undangan diberi, baju pesta kita usahakan sendiri. Makanya kalau kita menjadi umat pilihan, kita harus melepaskan segala sesuatu, tidak boleh ada fokus yang lain kecuali bagaimana menjadi anak-anak Allah yang layak disandingkan bersama dengan Kristus, mewarisi kemuliaan yang Allah berikan. Ironis, sedikit sekali orang yang benar-benar tertarik. Kata “kemuliaan bersama dengan Kristus” bagi orang Kristen sekarang ini, jauh dari naluri dan instingnya. Beda dengan orang-orang Kristen abad mula-mula. Mereka teraniaya, seakan-akan Tuhan Yesus tidak hadir, tidak membela, mereka kehilangan segala sesuatu; tapi mereka bersedia, rela. 

Sejajar dengan apa yang terdapat dalam 1 Petrus 1:6, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurniaan imanmu…” Harus ada bukti. Namun ini hanya untuk orang-orang yang sungguh-sungguh mau ikut Tuhan. “… yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Tidak ada pujian kalau tiada ujian. Jadi orang-orang yang serius ikut Tuhan adalah mereka yang Allah proses dan terus diuji. Banyak orang yang tidak serius, maka tidak perlu diuji. Punya masalah sedikit, mengeluh, menyalahkan Tuhan. Sementara pembaruan roh dan pikiran di dalam hidup kita, bisa terjadi atau berlangsung kalau kita menanggalkan manusia lama. Dan itu tanggung jawab kita. Kita yang mengusahakan dengan serius dari hari ke hari. Dan kita harus bisa melihat bagian-bagian apa dalam hidup kita yang harus kita tanggalkan.

Jadi, manusia baru itu bukan anugerah yang diberikan Tuhan, tidak. Ingat, kita adalah buatan Allah; yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef. 2). Ada standar kekudusan umat Perjanjian Lama, tetapi ada standar kekudusan umat Perjanjian Baru yang harus sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Di situ proses penciptaan manusia baru di dalam hidup kita. Diciptakan dalam Kristus Yesus, artinya Yesus menjadi pola untuk kita bisa melakukan pekerjaan baik atau segala sesuatu yang dipersiapkan Allah sebelumnya; “Standar Kerajaan Allah.” Suatu hari kita akan tahu betapa berharganya setiap detik, menit, jam, hari yang Tuhan berikan, karena memuat kesempatan-kesempatan untuk mengalami proses pembaruan roh dan pikiran kita, melalui kesediaan kita menanggalkan manusia lama. 

Apa standarnya? Standarnya adalah semua yang kita lakukan, selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Itu yang membuat hari kita baik, dan hidup kita indah. Siapa yang tertarik hal seperti ini? Tidak banyak. Tetapi kita ini memang dikhususkan Tuhan untuk menjadi manusia Allah; berkodrat ilahi. Allah sudah menyediakan pekerjaan baik atau “Standar Kerajaan Allah” supaya kita hidup di dalamnya. Dan ini perjuangan. Maka, kita tidak bisa disamakan dengan agama mana pun, dan jangan coba-coba menyamakan. Sebab kekristenan bukan agama, tapi jalan hidup. Jalan hidup-Nya Yesus, karena itu standar Kerajaan Allah, bukan jalan hukum. Kalau jalan hukum, standarnya hukum. Sekarang, standarnya Allah sendiri. Apa yang Allah inginkan kita perbuat, karena itu yang membuat hari kita baik. Itu yang membuat hidup kita indah. 

Dan di kekekalan, Allah ingin supaya kita semua menjadi seperti simfoni yang indah didengar. Jadi, jangan menyesal menjadi wanita, pria, tidak punya anak tidak punya jodoh; gagal dalam studi, karier, berumah tangga. Tetapi akan sangat menyesal kalau kita menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi pewaris Kerajaan Surga. Jangan sampai keberhasilan hidup kita di bumi menjadi mimpi buruk. Sebab dengan kelimpahan, sukses hidup di mata manusia, kita melupakan Tuhan dan tidak merindukan Kerajaan Surga. 

Standar Kerajaan Surga adalah semua yang kita lakukan, selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.