Kita harus selalu mengingat bahwa manusia bukanlah makhluk gratis. Maksudnya, Allah memberi kehidupan kepada manusia, bukan tanpa alasan. Ingat, bahwa kita itu dari tidak ada menjadi ada. Bisa saja kita tidak diadakan oleh Tuhan, tetapi Allah mengadakan makhluk ini. Allah memiliki alasan. Allah memiliki rancangan. Oleh sebab itu, setiap kita ini sebenarnya someone; someone bagi Tuhan. Tapi bukan someone bagi diri kita sendiri atau siapa pun. Someone artinya seseorang yang tidak dikenal; atau pengertian yang lain dari someone adalah seorang yang penting dan memiliki otoritas. Allah memandang penting sehingga mengadakan kita, dan Allah memberi kita otoritas. Jadi, semua kita harus mengerti bahwa kita ini penting, dan Tuhan memberikan otoritas untuk melakukan sesuatu, memenuhi rencana Allah.
Allah memandang kita ini penting. Penting menurut kehendak dan rencana-Nya, bukan kehendak dan rencana kita. Maka kalau orang memandang dirinya someone bagi dirinya sendiri atau someone bagi orang lain yang dia mau, dia pasti seorang pemberontak. Dia berkhianat kepada Allah yang mengadakan dirinya. Allah memberi kehidupan kepada manusia agar manusia melakukan apa yang Allah kehendaki, dan memenuhi dan menggenapi apa yang Allah rencanakan. Maka, makhluk ini luar biasa. Sama seperti orangtua itu memandang anaknya penting. Dan orangtua pasti memberikan otoritas. Dan untuk itu anak-anak diberi pendidikan, diberi kecakapan supaya bisa mandiri. Atau orangtua yang memiliki usaha, bisa dipercayakannya kepada anaknya.
Manusia memiliki hak, dan ini anugerah. Hak ini anugerah. Manusia bisa menikmati apa yang Allah ciptakan, tetapi manusia juga diberi tanggung jawab. Dan tanggung jawab ini juga anugerah. Sebab kalau manusia memenuhi apa yang Allah kehendaki, maka dia bisa menikmati semua hak yang diberikan-Nya. Jadi, hak dan kewajiban ini tidak terpisahkan, dan keduanya adalah anugerah. Allah memberi hak, dimana manusia memiliki pikiran dan perasaan. Dan Allah memberi kebebasan manusia untuk menikmati pikiran dan perasaannya. Tetapi manusia juga diberi tanggung jawab untuk menjadi serupa dengan Allah. Sehingga manusia dapat membuahkan keinginan-keinginan yang sesuai dengan kehendak Allah. Dan jika hal itu terwujud, maka manusia menjadi anak-anak Allah.
Jadi kalau manusia memenuhi tanggung jawabnya, maka manusia menjadi anak-anak Allah yang menikmati segala apa yang Allah ciptakan, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan di dalam kekekalan. Seandainya Adam dan Hawa tidak jatuh dalam dosa, maka Adam dan Hawa memiliki keadaan segambar dan serupa dengan Allah, maka anak cucu Adam dan Hawa semua juga segambaran dan serupa dengan Allah. Jadi idealnya, manusia pertama ini beranak cucu setelah ia segambar dan serupa dengan Allah, agar keturunannya juga dapat segambar dan serupa dengan Allah. Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia harus tetap beranak cucu. Tetapi beranak cucu yang tidak ideal, tidak sesuai rancangan Allah semula.
Maka Kejadian 5:3 mengatakan, “Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa (tselem) dan gambarnya (demuth), lalu memberi nama Set kepadanya.” Menurut rupa dan gambar siapa? Adam. Tidak ada model manusia segambar dan serupa dengan Allah. Dan anak cucunya semua juga menjadi manusia yang segambar dan serupa dengan Adam. Inilah yang dikatakan dalam Roma 3:23, “semua manusia telah jatuh dalam dosa,” artinya meleset (Yun. Hamartia); tidak presisi, tidak tepat, dan kurang atau kehilangan kemuliaan Allah. Maka kalau kita menerima Dia, bukan hanya mengakui menerima, namun kita harus ‘menelan’ kebenaran, makan buah kehidupan. Supaya kodrat kita diubah, sebab Tuhan pun berkata, “Kamu bukan berasal dari dunia ini.”
Di sini setan menyesatkan orang percaya; “Sudah terima Yesus, selamat.” Padahal Alkitab mengatakan, “Pada mulanya Firman; Firman itu menjadi Manusia.” Yang kita terima apa? Firman-Nya. Sementara orang merasa sudah menerima Yesus, berarti pasti selamat. Sejatinya, kita mesti ‘menelan’ Dia dulu, sampai kita bisa berkata, “hidupku bukannya aku lagi tapi Kristus;” gairah-Nya, semangat-Nya. Sampai kita berubah kodrat, dan Tuhan proses lewat segala kejadian hidup; tidak otomatis, lewat proses. Itulah sebabnya ketika Tuhan Yesus mulai pemberitaan Injil-Nya, Yesus berkata, “Kamu harus sempurna seperti Bapa di surga sempurna.” Dengan kalimat lain, “kamu harus segambar dan serupa dengan Allah.”
Orang yang memandang dirinya someone bagi dirinya sendiri atau someone bagi orang lain yang dia mau, dia pasti seorang pemberontak.