Walaupun kita datang ke gereja setiap hari, kualitas hidup kita tidak ditentukan oleh kedatangan tersebut. Kualitas rohani kita ditentukan oleh setiap menit perjalanan hidup kita. Kalau kita tidak serius memperkarakannya, celaka nanti. Sebab ketika sudah meninggal dunia, tidak bisa lagi diperbaiki. Contoh sederhana, misalnya, sengaja datang terlambat untuk ibadah, doa pagi, atau pertemuan. Orang seperti ini adalah orang yang tidak menghormati Tuhan. Apalagi yang tidak ibadah atau doa sama sekali.
Jangan fokus untuk hal-hal tidak perlu. Fokus hidup kita harus hanya Kerajaan Surga. Jangan sampai jam doa kita sedikit, karena ada pertandingan sepak bola, misalnya. Memang untuk yang belum bertumbuh dewasa, mereka tidak akan memusingkannya. Mereka pikir, ini hanya untuk para pendeta; jemaat tidak perlu memperkarakannya. Ingat, tidak ada standar ganda. Semua harus seperti Yesus.
Jika orang tua fokus untuk hal-hal yang tidak perlu, maka anak-anak melihat, dan mereka tidak merasakan atmosfer Kerajaan Surga di dalam hidup orang tua karena mereka tidak menghadirkan Kerajaan Allah. Mari kita periksa, apakah relasi kita baik dengan Tuhan? Kita harus memperjuangkan relasi itu. Maka, tidak ada hari tanpa menghadap Tuhan dan tanpa koreksi diri. Kalau kita berbuat salah, minta ampun. Permintaan ampun berarti komitmen, janji, tekad, sumpah, nazar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kalau kita punya komitmen, tekad, sumpah untuk untuk hidup dalam kekudusan maka kita akan memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, kita tidak akan terus berbuat kesalahan yang sama. Kita akan bertumbuh dewasa. Relasi kita dengan Bapa menjadi proporsional dan ideal jika kita makin serupa dengan Yesus. Jika cara berpikir kita masih duniawi, pasti kita tidak bisa tune dengan Tuhan. Orang yang memiliki relasi yang benar dengan Tuhan, tanpa minta pertolongan Tuhan dalam persoalan, pergumulan, kebutuhan, Tuhan pasti menolong. Tanpa minta damai sejahtera Allah, Allah memberi damai sejahtera. Karakter kita akan semakin terus menuju kesempurnaan.
Masalahnya, apakah kita telah memiliki relasi yang benar dengan Tuhan atau belum? Bukan hanya waktu di gereja saat hamba Tuhan bisa mengajak kita sesaat berdoa, koreksi diri, dan menantang siapa yang mau bertobat. Tetapi kita akan mudah kembali kepada cara hidup, gaya hidup, kebiasaan yang tidak berjalan dengan Tuhan; tidak membangun relasi dengan Tuhan. Kalau kita benar-benar punya tekad, maka kita akan memiliki hubungan yang terus-menerus dengan Tuhan dan tidak pernah putus. Tuhan menghendaki kita selalu konek dengan-Nya. Walaupun kita belum sempurna, Bapa mengerti.
Seperti seorang anak yang belum sempurna, orang tua mengerti, dan tetap membimbingnya. Dalam kekurangan dan kesalahan, dalam ketidaksempurnaan anak, orang tua tetap membimbing. Dia belum sempurna, tetapi dalam ketidaksempurnaan anak yang belum cukup umur, tetap sempurna sebagai anak. Tetapi, ketidaksempurnaan harus berubah menjadi makin sempurna. Jangan puas dengan keyakinan “Walaupun aku tidak sempurna, Tuhan menerima diriku.” Betul, tetapi sesuai dengan usia biologis, maka usia rohani kita juga harus bertumbuh, sehingga mencapai target-target yang Allah inginkan.
Ketika target-target itu kita penuhi, maka kita bisa memiliki relasi dengan Tuhan secara proporsional. Masing-masing orang dituntut berbeda. Bagi si A, dengan usia 50 tahun, Tuhan hanya menuntut 50 poin karena keadaan, dan itu memuaskan hati Allah. Yang lain, si B, usia 50 tahun, dituntut 60 poin. Bagi si C, dengan usia biologis yang sama 50 tahun, ia dituntut mencapai 80 poin. Kalau kita mencapai tingkat itu, Tuhan dipuaskan dan kita bisa menjadi keharuman. Jangan usia 50 tahun, poinnya hanya 15. Maka, kita harus memperkarakan kepada Tuhan. Tuhan pasti memberitahu.
Betapa kita mengingini untuk menjadi anak Allah yang berkenan dan memiliki keharuman di hadapan Tuhan. Menjadi anak kesukaan-Nya, artinya kita bisa berjalan dengan Tuhan. Allah menjadi begitu nyata dalam hidup kita. Maka, relasi kita harus dijaga; setiap menit, setiap jam, setiap hari. Kalau ada hal-hal yang mengganggu keharmonisan relasi kita dengan Allah, harus kita tanggulangi. Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya tidak menuntut melampaui kekuatan kita. Kalau ada hal-hal yang mengganggu relasi harmonisasi hubungan kita dengan Tuhan, Tuhan pasti mengingatkan. Seperti anak yang berumur setahun setengah masih ngompol, tidak usah ditegur itu salah. Tetapi umur 4 tahun, sudah mulai ditegur. Umur 4 tahun, lompat-lompat, masih dimengerti; tetapi kalau umur 8 tahun apa masih dimengerti?
Kalau belum waktunya, Tuhan diam. Kita harus bertumbuh dewasa sesuai dengan usia rohani masing-masing. Tuhan tidak bisa membangun relasi yang proporsional dengan orang-orang yang lamban. Maka, mestinya dari muda, terus bertumbuh dalam kerohanian. Tanggalkan semua kesenangan, semua dosa, lalu mulailah berjalan dengan Tuhan. Supaya kita menjadi keharuman di hadapan Tuhan, menjadi anak kesukaan. Kalau kita menjadi keharuman, menjadi anak kesukaan Tuhan, Tuhan pasti mengistimewakan kita. Kita tidak usah minta tolong dalam pergumulan, persoalan, kebutuhan, Tuhan pasti tolong. Tuhan hanya mau keadaan kita baik-baik. Tetapi kita tidak bisa berkeadaan baik-baik tanpa relasi yang baik dengan Tuhan.
Kualitas rohani kita ditentukan oleh setiap menit perjalanan hidup kita.