Ada situasi tertentu di mana telinga kita lebih terbuka untuk mendengar nasihat Tuhan. Pikiran kita, hati kita, lebih bisa mencerna kebenaran dan bisa menerima kebenaran. Jadi, anggaplah ini sebagai berkat, yaitu ketika kita menghadapi kesulitan yang besar, di mana kita merasa tidak sanggup menyelesaikannya sendiri. Kita datang kepada Tuhan, lalu kita katakan: “lindungi aku, Bapa.” Jangan karena merasa punya relasi pejabat, lalu kita menjadi sombong. Jangan sombong karena memiliki uang banyak, sehingga merasa semua masalah bisa diselesaikan dengan mudah. Jangan sampai suatu kali Tuhan buat kita keok, lalu kita baru sadar bahwa hanya Tuhan yang bisa menolong kita.
Masalah berat dan sukar menjadi sarana Allah mengajarkan kita untuk bergantung sepenuh kepada Tuhan. Hal ini nanti akan berdampak luar biasa. Sebab kalau orang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, percaya sungguh-sungguh, Allah juga akan mengistimewakan orang-orang seperti ini. Lalu yang berikut, Tuhan bisa saja membiarkan persoalan itu panjang dan berlarut-larut. Kalau kita menghadapi masalah yang diizinkan Tuhan panjang dan berlarut-larut, kita harus tanya Tuhan, “Mengapa Engkau izinkan hal ini terjadi?” Pasti ada maksud Tuhan dalam setiap persoalan hidup yang kita hadapi.
Tuhan bisa menyelesaikan masalah kita dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun. Tetapi bisa juga masalah tersebut berlangsung selama puluhan tahun. Inilah yang Alkitab katakan “duri dalam daging.” Ada sesuatu yang membuat hidup Paulus tidak nyaman; adanya duri dalam daging. Untuk apa Tuhan menaruh thorn in the flesh; duri dalam daging dalam diri Paulus? Supaya dia tidak sombong, supaya dia mengakui keberadaannya hanya karena kemurahan Allah semata-mata. Maka ketika dia minta kepada Bapa untuk mengangkat duri dalam dagingnya itu, Tuhan berkata: “Kasih karunia-Ku cukup bagimu.” Luar biasa sekali, bukan?
Tuhan menguji seberapa kita setia kepada Pribadi-Nya. Bukan saja percaya kepada berkat-Nya yang kita klaim menjadi milik kita. Tetapi, yang terpenting kita juga memercayai Pribadi-Nya; Pribadi Tuhan. Hendaknya kita selalu mengingat apa yang dialami Abraham. Tuhan menjanjikan bahwa Abraham akan memiliki seorang anak, tetapi selama puluhan tahun ia menunggu dengan sabar, bahkan sudah mendekati seperempat abad, ternyata Abraham tidak kunjung punya anak. Abraham dan Sara tidak punya anak di hari tuanya. Abraham sudah tua dan tidak mempunyai anak. Seperempat abad, mereka harus menantikan kelahiran anaknya. Tetapi itu memang hal yang diizinkan Tuhan terjadi dalam kehidupan mereka.
Jadi, kita harus percaya bahwa Allah pasti menyertai dan menyelesaikan masalah sesuai dengan jadwal-Nya. Jangan memaksakan jadwal kita, dan berkata, “Tuhan, kenapa masalah ini berat?” Serahkan saja pada-Nya, biarlah waktu Tuhan yang jadi. Tuhan memang mengizinkan kejadian, masalah, tekanan, problem berat yang berlarut-larut. Kalau tadi yang pertama, kita menghadapi masalah yang kita tidak sanggup hadapi, itu ternyata ajaran Tuhan; rencana Allah supaya kita tidak menaruh percaya pada diri sendiri, tetapi kita menaruh percaya kepada Tuhan.
Lalu yang kedua, Tuhan mengizinkan masalah itu tidak segera selesai. Berlangsung bertahun-tahun. Kenapa Tuhan izinkan itu? Karena Tuhan mau mengajari kita memiliki percaya penuh. Percaya penuh kepada Elohim Yahweh bahwa Dia setia, Dia menyertai kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita. Lihat bagaimana dahsyatnya Allah kita. Kalau kita menghadapi masalah berat hari ini, datanglah kepada Tuhan dan berkata, “Aku tidak sanggup, Tuhan.” Sementara kita berjuang untuk menyelesaikan masalah kita, tetapi kita berkata: “Tuhan, aku tidak sanggup.” Kita berjuang; apa yang menjadi bagian kita, kita penuhi dengan bertanggung jawab. Di luar bagian kita, biarkan Tuhan yang akan campur tangan. Luar biasa!
Kita harus menerima dan mengerti hal ini. Kalau masalah itu berkepanjangan, tetaplah sabar dan percaya. Bahkan Tuhan sering membawa kita kepada keadaan yang seakan-akan kita pasti jatuh, pasti hancur, pasti remuk, pasti rugi, gagal. Masalah-masalah berat yang “Saya pasti hancur,” begitu pikir kita. Tetapi pada kenyataannya, kita tidak hancur. Ada kalimat yang akan menguatkan kita: “Kalaupun ‘ku jatuh hancur, ‘ku jatuh di genggam-Mu.” Jadi kita tidak mencurigai Tuhan, mengapa Tuhan mengizinkan masalah sebesar ini. Kita tetap bergantung kepada-Nya, dan kita mengatakan kalimat ini.
Ini doa Daud, sebenarnya. Kita bisa melihat bagaimana Daud diproses untuk menjadi kekasih Tuhan. Kita akan mengalami hal seperti itu, tetapi kita harus belajar memercayai Pribadi Allah. Bukan hanya mempercayai kuasa-Nya dahsyat, tetapi Pribadi-Nya, bahwa Dia Allah yang tidak pernah mengupayakan kecelakaan apa pun atas diri kita karena Allah yang setia artinya Allah akan menyelesaikan segala sesuatu menurut cara dan waktu-Nya.
Kita harus percaya bahwa Allah pasti menyertai dan menyelesaikan masalah kita sesuai dengan jadwal-Nya.