Skip to content

Serius dengan Tuhan

Bicara mengenai “serius” bisa relatif. Tingkat seriusnya A berbeda dengan seriusnya B. Tetapi bicara mengenai serius dengan Tuhan, artinya kita harus memperkarakan apakah serius kita ini sudah serius yang benar atau belum. Roh Kudus pasti berbicara. Jadi kalau orang tidak sadar sebenarnya dia belum serius, tetapi merasa aman-aman saja, ini bebal. Sampai suatu saat nanti, ia tidak bisa ditegur lagi. Roh Kudus tidak bisa berbicara, dan itu tingkat yang namanya menghujat Roh Kudus. Artinya tidak mampu lagi menerima penggarapan Roh Kudus, karena berulang-ulang menolak peringatan-Nya. Setiap kali seseorang tidak memperhatikan peringatan Roh Kudus, Roh Kudus didukakan. Tetapi Roh Kudus Pejuang hebat. Dia akan memberi peringatan berikut, kesempatan berikut. 

Allah Mahasabar, hanya panjang, bukan tanpa batas, sebab ada saatnya tidak ada lagi kesempatan. Maka Alkitab berkata, ”Selagi hari siang, sebelum datang malam,” artinya ada titik di mana Tuhan akan tidak lagi memberi kesempatan. Alkitab mengatakan Dia panjang sabar, tetapi sekali-kali Ia tidak akan membebaskan orang yang berdosa. Menghujat Roh adalah dosa yang tidak diampuni. Artinya, tidak bisa lagi mengalami perubahan; tidak bisa diampuni karena tidak bisa menyelesaikan dosa. Dosa di sini maksudnya adalah kodrat dosa dalam dirinya, yang merupakan tanggung jawab individu. Jadi kalau Roh Kudus tegur atau ingatkan, maka kita harus merespons, memperhatikan. Memperhatikan dalam standar yang benar.

Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi,” segenap itu bisa relatif. Segenapnya si A dengan segenapnya si B, itu bisa beda. Tetapi kita tidak boleh menakar “segenap” kita dengan ukuran kita sendiri atau ukuran orang. Kita harus bertanya kepada Bapa, apakah kita sudah mengasihi Dia dengan segenap, sehingga Bapa di surga benar-benar merasakan kasih kita? Ini ukuran segenap yang benar. Jika kita mempersoalkan, memperkarakan hal ini, pasti Roh Kudus akan menuntun kita. Dan ingat, kesempatan ini terbatas! Ada waktu di mana kesempatan ini akan berlalu. Jangan sombong. 

Kita harus serius berurusan dengan Tuhan. Doa pagi, doa pribadi, mendengarkan CD khotbah, membuat telinga kita terbuka, mata kita melihat, bagaimana manuver Roh Kudus mengingatkan kita. Kalau tidak, kita tidak akan merasa ada Tuhan. Kita tidak akan merasa ada Allah yang hidup, dan kita tidak pernah tahu ada Roh Kudus yang sebenarnya dimeteraikan di dalam diri kita dan berbicara setiap saat. Sementara setan berbisik lagi, “Yang mendengar suara Roh Kudus itu hanya orang-orang tertentu. Pendeta atau orang-orang tertentu.” Kita dibodohi setan.

Allah tidak menghendaki kita binasa, karena binasa itu mengerikan, terpisah dari Allah selama-lamanya. Maka Dia pasti berbicara. Lalu kita berkata, “Saya tidak pernah dengar suara Roh Kudus,” berarti kita nyaris tuli. “Saya tidak melihat ada peringatan Tuhan,” berarti kita nyaris buta. Dan kalau terus-menerus begini, kita tidak akan pernah mendengar suara Roh Kudus dan tidak pernah mengerti peringatan Tuhan, dan kita sampai pada tingkat menghujat Roh Kudus. Kita mendukakan terus-menerus, lalu memadamkan Roh, lalu menghujat. Maka, jangan main-main, jangan lawan Tuhan. Semua urusan hidup bisa kita selesaikan dengan uang, relasi pejabat, dan lain sebagainya, tetapi urusan dengan Tuhan, kita tidak bisa selesaikan, kecuali dengan kerendahan hati untuk bertobat. Kita tidak akan bisa menghindari hukuman Tuhan, kalau kita melawan Tuhan. 

Tuhan memberi peringatan dalam banyak hal, namun kita tidak mendengarnya, karena kita tidak peka. Peringatan Tuhan lewat khotbah, lewat nurani, lewat peristiwa hidup. Kita tidak melihat dengan mata rohani, tidak mendengar dengan telinga rohani. Hati-hati! Kita baca kisah raja-raja Israel dan Yehuda yang tidak dengar-dengaran, maka mereka ditaklukkan, ditelanjangi, diarak di depan masyarakat. Ibrani 2:3, “Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai…” 

Mestinya kita mengerti bahwa Tuhan itu segalanya. Tuhan harus menjadi yang utama di dalam hidup ini. Kita harus hidup dalam kekudusan dan kesucian. Kita harus melayani Tuhan dengan seluruh hidup kita, karena seluruh hidup kita adalah milik Tuhan. Setiap orang harus menemukan tempatnya di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan sendiri yang memberi peringatan lalu kita tidak dengar-dengaran, betapa mengerikannya. Tuhan Yesus berkata, “Ikutlah Aku,” bukan ikut agama Kristen. “Ikut Aku, ikut cara hidup-Ku,” yang dibahasakan oleh Paulus dengan kalimat “Memiliki pikiran dan perasaan Kristus.” Itu mutlak. Dan Tuhan pasti memberi kita kesanggupan untuk melakukan. Tergantung seberapa kita nekat atau serius. 

Walau semua terlihat baik-baik hari ini, semua kelihatan aman, namun semua akan berakhir, maka kita harus memperkarakan apakah kita sudah serius dengan Tuhan atau belum.