Skip to content

Sepenuhnya

Jika kita mempelajari Injil dalam pimpinan Roh Kudus, maka kita dapat menemukan kenyataan bahwa kekristenan yang dikenakan oleh banyak orang Kristen hari ini adalah kekristenan yang jauh dari kebenaran Injil yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kekristenan telah mengalami kemerosotan yang sangat parah, sehingga kehilangan esensi atau inti dari kekristenan yang diajarkan oleh Yesus. Sebenarnya, kekristenan yang murni tidak bisa merosot. Kekristenan yang telah merosot ini adalah Kristen palsu; fake Christianity. Sejak Kristen menjadi agama negara pada abad ke-3 atau menjelang abad ke-4, kekristenan telah berubah menjadi keberagamaan seperti agama-agama pada umumnya. Hal ini yang mengakibatkan kehidupan Kristen, orang-orang Kristen, kehilangan atau melepaskan inti kebenaran Injil. Kehidupan Kristen yang sejati digantikan kegiatan liturgi, dengan perdebatan-perdebatan teologi dimana para pimpinan gereja saling bertikai terus-menerus sampai hari ini. Namun ketika masa penganiayaan berlangsung, pimpinan-pimpinan gereja bisa bergandengan tangan bersatu, dan jemaat melihat kebersamaan tersebut walaupun tentu ada perbedaan. Tapi setelah tidak ada penganiayaan, baju-baju lusuh yang dipakai para pimpinan gereja dan uskup, digantikan baju-baju sutra; baju-baju kebesaran yang didesain begitu rupa untuk pantas duduk di samping kaisar atau di samping para petinggi kerajaan. 

Kekristenan mengalami kemerosotan. Ini semua adalah pekerjaan kuasa kegelapan yang membelokkan perjalanan hidup orang percaya yang mestinya menuju langit baru bumi baru, namun kemudian terparkir di bumi ini. Kebenaran Injil yang mestinya membangun kekristenan yang sejati—yaitu kehidupan orang Kristen yang mengenakan kehidupan Kristus—telah menjadi agamawi dengan atribut-atribut keagamaan seperti liturgi, terfokus pada pendidikan moral etika, tetapi lepas dari kebenaran yang bisa merubah cara berpikir. Sejujurnya, justru atribut-atribut itulah yang membuat orang-orang Kristen semakin jauh dari kebenaran Injil sejati yang diajarkan oleh Yesus. Salah satu ciri penyesatan yang sukses dari kuasa kegelapan adalah ketika orang-orang Kristen berhenti mengadakan perjalanan menuju langit baru bumi baru, atau tidak lagi sepenuhnya fokus kepada langit baru bumi baru. Mereka telah membagi hati kepada dunia, sesuai dengan firman yang mengatakan, “Di mana ada hartamu berada, di situ hatimu berada.” 

Sejatinya, ketika seseorang mengambil keputusan menjadi orang Kristen atau mengikut Yesus, maka seluruh arah perjalanan hidupnya haruslah ke Rumah Bapa. Tuhan Yesus tegas mengatakan ketika Khotbah di Bukit dalam Injil Matius 6:19-21, ”Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Dalam suratnya, Paulus juga mengatakan di Kolose 3:1-4, “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

Jadi, kita harus hidup dengan gairah hidup atau prinsip hidup yang dikenakan oleh Yesus, sehingga kita menjadi orang-orang yang mengenakan Kristus di dalam diri kita. Maka, jangan kita hanya setuju dan merasa sudah tahu akan hal ini, tetapi mari kita sungguh-sungguh memindahkan fokus hidup kita sepenuhnya ke Kerajaan Surga atau ke Rumah Bapa. Kata “sepenuhnya” ini penting. Bukan “setengah” atau “sebagian.” Ironis, kita sering merasa sedang atau bahkan sudah memindahkan, tapi belum sepenuhnya. Bersyukur kalau kita seperti burung yang asyik makan padi, namun tiba-tiba dikejutkan oleh petani atau penjaga sawah, lalu terbang. Hari ini Tuhan juga “mengejutkan” kita dengan kejutan-kejutan yang seharusnya membuat kita terbang. Atau mungkin kita sedang terbang, namun terbangnya pelan dengan kecepatan rendah, maka kita dikejutkan supaya terbang lebih tinggi. Atau ibarat rajawali, memang terbang naik, tapi pelan. Harus ada badai supaya ia terhempas ke atas. 

Pada dasarnya, kekristenan adalah mengenakan kehidupan Yesus secara konsekuen dan konsisten, terus-menerus dan benar, sehingga kita memiliki Kristus di dalam diri kita. “Hidupku bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam aku,” ini targetnya. Memiliki Kristus di dalam diri bukan berarti di dalam diri kita ada dua pribadi; pribadi Yesus dan pribadi kita. Tetapi maksudnya adalah gairah yang ada pada diri Yesus, juga ada pada kita. “Kristus” artinya “yang diurapi.” Jadi, orang Kristen yang benar harus memiliki Kristus yang hidup di dalamnya sehingga ia tidak hidup menurut daging, tetapi menurut roh. Pengurapan inilah yang membuat seseorang dapat berperilaku sebagai anak-anak Allah, yang model atau teladannya adalah Yesus. Kehidupan Yesus adalah kehidupan yang benar-benar rohani; tidak ada duniawinya sama sekali. 

Salah satu ciri penyesatan yang sukses dari kuasa kegelapan adalah ketika

orang Kristen berhenti mengadakan perjalanan menuju langit baru bumi baru,

atau tidak lagi sepenuhnya fokus ke langit baru bumi baru.