Sejujurnya, kita masih suka tidak stabil; lagi mau ke gereja, pergi; lagi tidak mau, tidak pergi. Lagi niat berdoa, berdoa; tidak niat, juga tidak berdoa. Jangan sampai nanti ketika menghadap Tuhan, ternyata kita telah menolak cinta Tuhan, karena kita seperti domba yang lebih tertarik suara orang asing, bukan Gembala. Mencintai Tuhan harus dengan sengaja kita lakukan, bukan sekadar permainan perasaan. Dan ini menyangkut seluruh gerak kehidupan kita. Belajar mengasihi orang, jangan terikat dengan dunia, jangan terikat dengan konten gadget yang tidak membangun iman. Kita tidak akan menjadi rohani. Dan nanti ketika kita mendengar khotbah sebagus apa pun, kita tidak akan tersentuh. Karena kita punya pikiran dan perasaan biasa disentuh oleh yang lain, bukan oleh Tuhan.
Jadi, menggores cinta kita kepada Tuhan itu bukan hanya sesaat dengan membuat frekuensi cinta, tetapi harus ada tindakan konkret untuk menunjukkan cinta itu. Kita harus berkomitmen untuk menutup hati terhadap siapa pun dan apa pun. Jangan sampai Tuhan bertepuk sebelah tangan. Kita membaca dalam Alklitab, bagaimana Abraham atau Daud bergaul dengan Allah, dan terutama Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, Anak Allah, yang bergaul karib dengan Bapa-Nya, “Bapa tinggal di dalam Aku, Aku dalam Bapa.” Masalahnya, bagaimana hal itu bisa kita alami juga? Bagaimana menghidupkan Tuhan yang memang hidup itu di dalam hidup kita? Harus ada interaksi, yaitu kita bisa mencurahkan cinta kita kepada Tuhan, dan Dia juga merasakannya.
Mari kita sedang berjuang untuk menyelamatkan diri kita dari pengaruh dunia. Tentu Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita dengan mati di kayu salib. Tetapi apakah kita mau keluar dari penjara dosa, penjara kedagingan, penjara nafsu, penjara kodrat dosa kita? Dulu pintu itu dikunci, tetapi Tuhan yang membongkar kunci dan sekarang pintu penjara itu terbuka. Apakah kita mau keluar atau masih ada di dalamnya? Tangan Tuhan terulur, dan Tuhan tidak paksa kita keluar. Firman Tuhan mengatakan, “Yesus telah memerdekakan kamu. Hendaklah kamu hidup di dalam kemerdekaan.”
Kalau kita masih gampang tersinggung, masih mudah tersulut marah, masih hidup dalam penipuan, perzinaan, materialistis, berarti kita masih di dalam penjara dan tidak layak masuk ke dalam Rumah Bapa. Sebab, Yerusalem Baru hanya dihuni oleh orang yang tidak bercacat tidak bercela. Suasana dunia kita ini jahat sekali. Kalau kita tidak punya komitmen yang kuat, kita akan terbawa oleh arus dunia. Jangan anggap semua sudah baik-baik saja. Makanya pendeta sendiri harus berjuang. Kita harus berubah. Gores hati kita untuk mencintai Tuhan. Bukan hanya punya sekadar niat sesaat, tetapi kita benar-benar memiliki komitmen, tekad untuk menggores hati kita dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari.
Apa hebatnya hidup ini? Hidup ini tragis. Hanya ada satu jawabannya: Rumah Bapa. Maka, jangan sampai nanti di kekekalan, kita tidak diperkenan masuk Kerajaan Surga. Kepada setiap orang, Tuhan berkata: “Aku mati untukmu.” Maka, kita pun juga harus berani berkata, “Apa pun kulakukan demi keselamatanku dan sesama.” Namun, kalau kita belum bisa mengasihi diri sendiri dengan benar, bagaimana bisa mengasihi sesama? Karena firman Tuhan mengatakan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.”
Cara kita mengasihi diri sendiri, adalah cara yang harus kita berikan untuk orang lain. Bagaimana mencintai diri sendiri dengan baik? Keluar dari dosa dan jangan menyentuh apa yang najis. Jangan main-main dengan kehidupan ini. Tuhan seperti diam hari ini. Karena kita sudah diingatkan lewat hamba Tuhan, pendeta, dan peristiwa-peristiwa hidup. Mestinya kita tahu. Yang suatu hari nanti, kita tidak akan bisa mengelak. Kita tidak bisa berkata, “Saya tidak tahu,” tidak bisa. Mari kita minta Tuhan memperbarui hati kita.
Berkaryalah untuk Tuhan, tetapi, selamatkan diri kita dulu. Bereskan diri kita dahulu. Kalau kita sungguh-sungguh berusaha untuk didapati Tuhan tak bercacat, tak bercela, maka kita akan dijadikan kawan sekerja Allah. Dan kalau kita menjadi kawan sekerja Allah, kita akan diproteksi Tuhan secara khusus, istimewa. Serangan dari mana-mana datang, tetapi Tuhan pasti melindungi kita.
Mencintai Tuhan harus dengan sengaja kita lakukan, bukan sekadar permainan perasaan.