Skip to content

Seluruh, Bukan Sebagian

Kekristenan bukan sekadar bagian hidup kita, melainkan seluruh kehidupan kita. Maksudnya bukan sekadar beragama Kristen, melainkan mengikut jejak Kristus. Kristen artinya “seperti Kristus.” Sayangnya, banyak orang menjadikan kekristenan sekadar bagian hidupnya, karena merasa di mana pun dia adalah orang Kristen (beragama Kristen). Bukan hanya mengaku Kristen di gereja, di tempat pekerjaan, di pergaulan, dalam keluarga, melainkan di mana pun, artinya mengaku sebagai orang beragama Kristen, sehingga merasa kekristenan menjadi kehidupannya. Ini cara berpikir yang salah. Kekristenan menjadi seluruh kehidupan kita, kalau kita mengenakan kehidupan sebagai pengikut Kristus dalam seluruh perilaku.

Menjadikan kekristenan sebagai seluruh hidup kita, artinya semua perbuatan kita sesuai dengan kehendak Allah. Seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang, apa yang Dia lakukan? Itu yang menjadi pertimbangan kita. Seharusnya, kita selalu memeragakan kehidupan Yesus setiap saat, di manapun. Bukan hanya di gereja menyatakan kalimat-kalimat sebagai pengakuan atau kredo bahwa kita percaya Tuhan Yesus, bahwa kita melayani Dia, dan lain sebagainya. Tetapi di luar gereja pun, kita mengenakan kehidupan Yesus. 

Galatia 2:19-20 mengatakan, “Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Kehidupan seperti inilah yang mestinya kita gumuli dan menjadi persoalan utama atau satu-satunya. Mengapa menjadi persoalan? Karena tidak mudah, mengenakan kehidupan Yesus. Kita memiliki kehidupan kita sendiri, dan telah kita jalani. Ada yang belasan tahun, ada yang sampai puluhan tahun, sehingga terbiasa dengan irama hidup. Cara bicara, sikap, kebiasaan-kebiasaan, itulah hidup kita. Banyak orang, hari Minggu ke gereja atau di pertengahan Minggu datang ke persekutuan doa. Namun di luar itu, perilakunya belum tentu sesuai dengan perilaku Tuhan Yesus, seandainya Yesus hidup pada zaman sekarang. 

Alkitab berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya,” artinya hiduplah sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah yang benar. Model dari anggota keluarga Kerajaan Allah itu adalah Yesus. Alkitab berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus,” artinya kita harus berpikir dan berperasaan seperti Tuhan Yesus ketika menjadi manusia, dan itu permanen; bukan beberapa menit, beberapa jam, bukan beberapa hari, melainkan sepanjang waktu hidup kita, dari detik ke detik, dari menit ke menit. 

Belasan tahun atau puluhan tahun, mungkin seseorang telah memiliki irama hidup yang keliru. Jadi, bisa seseorang memiliki dualisme; artinya sebagai orang Kristen ke gereja, tetapi juga sebagai anak dunia dalam keseharian. Kekristenan menjadi “bagian” hidupnya, bukan “seluruh” hidupnya. Mestinya kekristenan menjadi seluruh kehidupan agar kita memahami bagaimana menjalani hidup dengan mengenakan pikiran dan perasaan Kristus. Bisa dikatakan mustahil, tetapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah. Roh Kudus akan memimpin kita, sehingga bisa menjalani hidup dengan mengenakan pikiran dan perasaan Allah. 

Hanya orang yang berjalan dengan Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus setiap saat, yang dipimpin bagaimana mengenakan kehidupan Kristus. Jangan merasa kalau sudah sekolah Alkitab, bisa langsung dengan mudah mengenakan kehidupan Kristus. Harus dalam hitungan detik ke detik, dari menit ke menit kita mengenakan kehidupan Kristus. Setiap keputusan, setiap pilihan, setiap tindakan kita sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus. Itu sukar, dan tepatnya mustahil. Tetapi Roh Kudus akan menuntun orang-orang yang sungguh-sungguh mau belajar mengenakan kehidupan Kristus. Karenanya firman Tuhan mengatakan, “Jadikan semua bangsa murid-Ku. Agar mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu.” 

Selain irama hidup kita yang sudah salah selama bertahun-tahun yang harus dirombak, kita juga menghadapi banyak persoalan. Tidak sedikit orang yang fokusnya tertuju kepada persoalan-persoalan hidup. Bukan fokus kepada Tuhan bagaimana belajar mengenakan pribadi-Nya, mengenakan pikiran, perasaan Yesus, melainkan fokus pada masalah. Masalah-masalah yang dihadapi sering kali masalah-masalah yang benar-benar berat dan menenggelamkan seseorang. Ini menjadi salah satu halangan, sehingga orang tidak fokus kepada Tuhan. Sebenarnya peristiwa-peristiwa itu membuat kita sempurna. Jangan gagal fokus! Kita harus melihat berkat kekal di balik masalah-masalah hidup, karena melalui pergumulan hiduplah Tuhan menyempurnakan kita.

Halangan lain untuk mengenakan kehidupan Yesus adalah bujukan dunia yang menampakkan keindahannya. Kuasa gelap membujuk supaya kita menikmati kesenangan dunia dan dosa. Faktanya banyak orang hanyut terbawa oleh keindahan dunia. Menjadi Kristen itu perjuangan. Roh Kudus pasti menuntun kita. Karenanya, haruslah kita sediakan waktu untuk berdoa dan mendengar firman. Jangan melakukan apa yang tidak membuat iman kita bertumbuh. Jangan bergaul dengan mereka yang tidak takut akan Allah, yang membuat kita tidak bertumbuh di dalam Tuhan. 

Kekristenan bukan bagian hidup kita, melainkan seluruh hidup kita. Artinya, di dalam menjalani hidup ini, kita menjalaninya seperti Yesus pernah menjalani hidup yaitu mendahulukan Kerajaan Allah. Orang-orang yang mendahulukan Kerajaan Allah adalah orang-orang yang dilayakkan masuk surga. Mari kita menjadikan kekristenan seluruh hidup kita, artinya kita menjalaninya dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari hari ke hari dengan mengenakan pikiran, perasaan Kristus. 

Kekristenan menjadi seluruh kehidupan kita, kalau kita mengenakan kehidupan sebagai pengikut Kristus dalam seluruh perilaku kita.