Skip to content

Selalu Beralasan

Kita bersyukur kalau kita masih memiliki perasaan membutuhkan Tuhan. Banyak orang yang mata hatinya telah menjadi buta, perasaannya telah menjadi tumpul, dan bagi mereka Tuhan itu hanya satu kata yang menghiasi kehidupan orang-orang beragama yang mereka pandang bodoh. Bahkan tidak sedikit atau tidak jarang yang memandang bahwa orang-orang Kristen yang ke gereja adalah orang-orang yang telah ditipu oleh pendetanya. Memang ada pendeta yang menipu, yang memanipulasi kekuasaan rohani untuk kepentingan pribadi, kebesaran gereja yang berujung pada kebesaran diri, tetapi tentu tidak semua pendeta seperti itu. 

Ada orang yang benar-benar anti gereja dan mereka selalu memiliki alasan untuk tidak ke gereja, mengapa mereka tidak mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Bahkan mereka tidak sanggup berdoa sebelum makan atau sebelum tidur, mereka tidak mengenal apa itu percakapan atau dialog dengan Tuhan. Mereka menganggap Tuhan itu tidak ada atau tidak perlu ada. Sejatinya, betapa mengerikan keadaan orang-orang seperti ini, yang ketika suatu hari menghadap Tuhan, mereka baru tercelikkan bahwa ternyata Tuhan ada, dan ternyata mereka telah menyia-nyiakan kesempatan untuk bertobat dan membangun diri menjadi manusia yang sesuai dengan rencana Allah. 

Betapa menyesalnya! Sungguh, penyesalan itu tidak terbayangkan yang membuat mereka mengalami yang namanya kertak gigi dan ratap tangis; penyesalan yang begitu dalam, tetapi tidak dapat mengulang kehidupan yang sudah dijalaninya. Bersyukur kalau kita masih memiliki mata hati untuk mencari Tuhan. Namun, mata hati kita harus terus kita pertajam. Kita harus benar-benar bisa mengerti hati dan pikiran Tuhan tentang kita. Kita pasti tidak bisa mengerti pikiran hati Tuhan yang melampaui segala akal, tetapi untuk hal yang terkait dengan hidup kita, pasti kita diperkenan mengetahuinya. 

Yang karenanya Pemazmur mengajari kita berdoa, “Ujilah aku, periksa diriku Tuhan, apakah jalanku serong.” Kita harus sungguh-sungguh membawa diri kita kepada Tuhan. Sebab kalau kita tidak sungguh-sungguh memeriksa diri dengan benar, ternyata ketika kita berhadapan dengan Tuhan, dan masih ada hal-hal yang tidak patut yang masih kita lakukan, hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Allah, bahkan melukai Dia, betapa mengerikannya keadaan itu! 

Namun, kalau seseorang sudah biasa melakukan segala sesuatu untuk kesenangan diri sendiri, dan dia menikmatinya, maka dia tidak akan dapat melirik pikiran dan perasaan Allah. Kalau terus menerus hal itu dilakukan, maka mata hatinya menjadi gelap, pikiran dan perasaannya juga menjadi tumpul. Ia menjadi seorang yang jahat di dalam gereja dan jahat di dalam pelayanan. Ingat, hal itu bisa terjadi atas setiap kita. Dengan kelicikan, kita melakukan segala sesuatu dan selalu punya alasan mengapa buat begini atau begitu. 

Kiranya hati kita diterangi oleh Tuhan, sehingga kita bisa mengerti jika ada sesuatu yang Tuhan tidak berkenan yang masih kita lakukan. Kita tidak akan lagi membuat alasan apa pun. Pokoknya kalau Tuhan tidak berkenan, atau kalau itu bisa melukai hati Tuhan atau membuat hati Tuhan tidak nyaman, maka kita tidak lakukan. Apa pun. Tidak usah membela diri, tidak usah mencari pembenaran, kalau itu tidak membuat Tuhan berkenan, kita tidak lakukan. Masalahnya, bagaimana kita tahu kalau hal itu berkenan di hadapan Tuhan atau tidak?

Kita bisa melihat perilaku orang-orang Kristen, pendeta, teolog yang jelas menunjukkan bukan perilaku seorang yang layak disebut orang yang beretika. Di mata dunia saja sudah minus, apalagi di mata Tuhan. Namun, mereka melakukan itu terus-menerus, dengan selalu punya alasan. Maka, jangan sampai kita merasa kita sedang membela Tuhan, melayani Tuhan, berkorban apalagi, tetapi ternyata tidak. Karena ternyata kita bukan sedang melayani Tuhan, tetapi kita sedang ada dalam keadaan yang benar-benar melukai hati Tuhan. 

Biasanya orang-orang seperti ini tidak memiliki doa yang sungguh-sungguh. Mereka mengucapkan beberapa kalimat secara sembarangan, membawa persoalan-persoalan pribadi, tetapi tidak memiliki saat berdiam diri di hadapan Tuhan untuk dikoreksi. Kiranya mata hati kita, kita pertajam terus supaya kita dapat mengenali kalau ada hal-hal dalam hidup kita yang benar-benar tidak patut di hadapan Allah, hal yang benar-benar tidak berkenan di hadapan Tuhan. Sebab dari perkara kecil dalam keseharian hidup, kita membangun kehidupan yang menyenangkan hati Allah.

Kita tidak boleh lagi membuat alasan apa pun, tidak usah membela diri atau mencari pembenaran, kalau itu tidak membuat Tuhan berkenan, kita tidak lakukan.