Skip to content

Segenapnya Kita 

Jika suatu barang dipandang tidak bernilai, maka tidak usah mahal, murah pun tidak dibeli. Tidak usah murah, diberi gratis pun tidak diterima. Namun masalahnya, Tuhan atau perkara rohani pun sering diperlakukan seperti itu. Buktinya? Kita sering tidak memperlakukan Tuhan secara tidak patut. Bisnis segiat-giatnya, kerja sekeras-kerasnya, harus. Mengurus rumah tangga, harus. Namun selebihnya, semua untuk kegiatan rohani. Bahkan, mestinya rumah tangga dan bisnis kita urus, itu pun semua untuk Tuhan. Bagaimana itu bisa? Lewat penggarapan. Bagi orang Kristen yang masih baru, sulit mengerti hal ini, tetapi nanti mereka akan tahu bahwa Tuhan itu gairah hidupnya. Jadi, dunia kita satu-satunya itu Tuhan. Kita harus berubah dan yang mengubah diri kita itu, kita sendiri. 

Kalau dulu kita menanti lawatan Tuhan. Sejatinya, Tuhan sudah menyediakan lawatan-Nya. Kita yang tidak menerima lawatan itu. Kita menanti hari baik, padahal setiap hari adalah hari baik. Yang menjadikan hari tersebut baik atau tidak, tergantung kita. Kita harus mengambil keputusan. Kita tidak berubah karena kita tidak memiliki niat, tekad. Kita tidak membuat hati kita membara. Kita yang harus membuat diri kita membara. Kalau kita serius, maka pagi, siang, sore atau malam, seberapa banyak waktu yang tersedia, kita mencari Tuhan. Itu pun tidak membuat kita dengan mudah menjadi rohani atau mudah menemukan Tuhan. Tuhan itu tidak murahan. 

Dia Elohim Yahweh, Allah Israel, yang benar-benar pernah membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Dia benar-benar pernah membelah Laut Kolsom. Dia merobohkan tembok Yerikho. Dia Allah yang sama yang kita sembah. Jadi, harganya Tuhan itu segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita. Setiap orang harus dan pasti bisa menemukan segenapnya itu. Roh Kudus pasti memimpin. Kita akan sangat menyesal nanti kalau kita melihat kemuliaan Allah, betapa agungnya, betapa mulia-Nya Tuhan. Jika sekarang kita memberikan porsi yang sangat terbatas untuk Dia, maka betapa menyesalnya kita. Bersyukur kita mendengar peringatan-peringatan seperti hari ini, karena ini akan menstimulasi kita. Namun, kalau kita tidak membuat diri kita membara, tidak mengobarkan semangat, tidak akan bisa. 

Tuhan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu …” berarti kita yang harus membuat diri kita mengasihi Tuhan. “… dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan.” Jadi, ini masalahnya: banyak orang menganggap Tuhan itu murah, sehingga mereka memberikan porsi yang sangat terbatas. Padahal, “segenapnya kita” adalah harga yang harus kita bayar untuk mencapai Allah. Jadi, ketika kita menjalani hidup, kita menyelesaikan masalah-masalah yang kita harus hadapi, di situ sering seakan-akan Tuhan tidak hadir. Hal itu yang akan membuat kita mencoba untuk mengisi hari kita dengan tidak menujukannya bagi Tuhan. Apalagi dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak mudah kita urai. Kadang-kadang kita sudah begitu lelah dan Tuhan seperti membiarkan orang yang mengkhianati kita malah menang. Kita juga merasa seakan-akan tidak dibela Tuhan. Sejatinya, di situ kita belajar memercayai Allah, tidak mencurigai Dia, dan tetap mengarahkan diri kita kepada Tuhan. 

Banyak orang bingung, tidak bisa menjawab, “Mengapa Tuhan seakan-akan mati untukku? Tuhan begitu nyata dan hidup untuk orang lain, tetapi untukku mati.” Mungkin ada di antara kita yang merasakan seperti itu. Walaupun kita berusaha semurni-murninya melayani Tuhan, setulus-tulusnya, berkorban segalanya, mengalahkan kepentingan sendiri, tetapi kadang-kadang kita merasa Tuhan seperti tidak membela. Kita diam, tetapi ada sedikit kemarahan. Tidak jujur, memang, tetapi ada sedikit kemarahan. Baru di kemudian hari kita mengerti, Tuhan mengajari kita untuk setia. Dalam situasi seperti itu, kita harus tetap percaya Tuhan. 

Kalau kita mau mencapai Tuhan, rasanya sudah terlalu tinggi, tidak akan sampai. Lalu dengan liciknya Iblis berbisik, “Apa sih untungnya dekat Tuhan? Seberapa sih, berartinya Tuhan untukmu?” Namun, hari ini kita katakan, “Tuhan itu segalanya.” Mencapai maksud keselamatan; segambar dan serupa dengan Allah, sempurna seperti Bapa, berkodrat ilahi, menjadi anak-anak Allah yang berkenan, itu sukses di atas segala sukses. Itu keberhasilan di atas segala keberhasilan. 

Dia Maha Bijaksana, melampaui yang dapat kita pikirkan. Dia setia. Dia memberi kita penghiburan dan kita akan melihat kemuliaan Allah dinyatakan. Sampai kita mengalami bagaimana Tuhan mencukupi semua kebutuhan pelayanan di luar yang kita pikirkan. Maka, jangan kita mencurigai Tuhan, lalu kita tidak segenap hati mencintai Dia. Yang kita lakukan sekarang adalah apa pun yang terjadi, kita harus menemukan Tuhan, sehingga masalah-masalah yang kita hadapi, tidak menjadi masalah, asal kita menemukan Tuhan. Apa pun persoalan hidup kita, kalau kita bertekun dengan Tuhan, Elohim Yahweh menyertai kita. Kita tidak akan dipermalukan, dan dapat membuktikan dan mengalami bahwa Allah itu hidup!

“Segenapnya kita” adalah harga yang harus kita bayar untuk mencapai Allah.