Ketika kita mengisi percaya kita dengan mencari Tuhan, maka keyakinan kita akan Allah yang hidup akan makin bertambah. Sampai kita mengalaminya, mendapatkannya. Ibarat orang memancing ikan, ketika ia melempar kail 1 kali, tidak ada; 2 kali, tidak dapat; 3 kali, masih nihil. Seorang pemancing kawakan yang tahu bahwa di situ ada ikannya, dia akan terus mencoba sampai dapat. Spekulatif, untung-untungan; bisa dapat bisa tidak. Tetapi selalu saja ada ikan yang dia dapat, sekecil apa pun. Namun hal mencari Tuhan bukan seperti memancing ikan yang bisa bersifat spekulatif. Kita pasti dapat menemukan Tuhan, pasti dapat mengalami Tuhan. Tetapi masalahnya seberapa tekun kita mencari Tuhan? Sejujurnya, kadang-kadang porsi yang kita berikan untuk itu sangat kecil, sangat minim.
Ingat waktu kita sekolah, kita berusaha untuk bisa lulus, dan di antara kita pasti juga ada yang bukan hanya mau lulus, namun mau juga bisa mendapat rangking. Untuk itu kita belajar, belajar dan belajar. Firman Tuhan dalam Yesaya 55:6 mengatakan, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat.” Allah akan membuat kita menemukan Dia, Ia tidak akan membuat orang yang mencari-Nya sia-sia. Maka, ada dua hal yang harus kita perhatikan. Pertama, seberapa serius kita mencari-Nya? Kedua, kesempatan mencari Tuhan itu terbatas. Seseorang akan sangat menyesal ketika menutup mata, ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk menemukan Tuhan. Betapa mengerikannya keadaan itu sebab ia tidak bisa lagi kembali ke bumi, tidak bisa menarik mundur waktu.
Mari kita berusaha sungguh-sungguh untuk merenungkan dan menghayati hal itu. Kalau sampai kita meninggal dunia tanpa mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka tentu kita tidak akan dikenal oleh Allah di kekekalan. Maka, kita harus memiliki rasa haus untuk mencari Tuhan. Jadi, jangan lakukan hal yang tidak mendatangkan faedah untuk keselamatan jiwa kita. Setiap kesempatan harus kita gunakan untuk mencari Tuhan. Dan satu kali, kita akan punya pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Jadi, jangan merasa bahwa hanya orang-orang tertentu yang bisa mengalami Tuhan. Setiap kita juga bisa. Namun kita harus punya tekad yang kuat, “Aku harus mengalami Tuhan. Aku harus menemukan Dia.”
Firman Tuhan mengatakan dalam 1 Tawarikh 16:11; Mazmur 105:4, “Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya …” “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya …” Orang yang menemukan Tuhan ini—tentu selain hidupnya kudus—maka dia juga memiliki ketahanan menghadapi segala keadaan, memiliki perasaan Allah sehingga terbeban untuk menolong orang. Dan Allah menghargai orang-orang seperti ini. Kalau Tuhan menghargai kita, karena kita menghormati Dia, maka kita pasti akan dipelihara Tuhan secara istimewa. Itu modal dan kekuatan hidup kita yang lebih dari apa pun juga. Jadi kita harus yakin Allah itu ada, Allah itu hidup; dan kita harus bertekad dengan sungguh-sungguh untuk menemukan Tuhan, mengalami Dia.
Masalahnya, apakah kita mau menyediakan waktu untuk duduk diam di kaki Tuhan dan mencari wajah-Nya, sehingga ada perjumpaan pribadi kita dengan Tuhan di dalam Roh? Orang yang mencari Tuhan dengan serius, tidak berani berbuat dosa. Dia tidak menghidupi kedagingannya (Ibr. Bâsâr). Sebaliknya, kalau seseorang tidak mencari Tuhan, maka dia menghidupi kedagingannya dan dia menikmati kedagingannya, dan dia merasa nyaman dengan kedagingannya itu. Orang-orang seperti ini pasti tidak memikirkan perkara-perkara yang di atas. Orang yang mencari Tuhan, pasti memikirkan perkara-perkara yang di atas. Setiap kita ini bisa punya imajinasi. Dari imajinasi jadi pemikiran, dari pemikiran membangkitkan emosi, membangkitkan semangat, memberikan energi. Misalnya seseorang sakit hati kepada temannya. Sementara dia berfantasi, sudah sekaligus ada emosi. Lalu dia pikirkan, lalu menimbulkan energi; dia bisa membunuh orang, dia sakiti orang, dia lukai orang dengan berbagai cara.
Lalu mengapa kita tidak serius untuk memikirkan Tuhan? Maka Alkitab berkata, “Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam.” Maka, kalau kita bicara tentang Langit Baru Bumi Baru, “Hanya Engkau yang kuingini;” itu membangun fantasi. Lalu jadi pemikiran, pemikiran jadi energi, energi menggerakkan kita untuk mencari Tuhan dan meninggalkan percintaan dunia. Hidup kita pasti akan berubah. Maka, kita harus banyak berdoa. Tidak ada orang yang banyak berdoa, hidupnya dipermalukan Tuhan. Mungkin sementara waktu, bisa.
Kalau Tuhan menghargai kita, karena kita menghormati Dia,
maka kita pasti akan dipelihara Tuhan secara istimewa.