Mari kita bertanya kepada diri kita masing-masing: Apakah kita benar-benar yakin bahwa Allah itu ada? Apakah segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi kita benar-benar memercayai bahwa Allah itu ada? Firman Tuhan mengatakan, “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibr. 11:6). Maka pertanyaan yang berikutnya adalah apakah kita sudah sungguh-sungguh mencari Dia? Sebagai orang tua, kita pasti bisa merasakan ketika anak kita mencari dan merindukan kita. Apalagi, Tuhan.
Tuhan yang Maha Tahu pasti dapat membaca dan mengenali hati kita. Tentu Tuhan juga dapat merasakan, apakah kita sungguh-sungguh memercayai bahwa Dia ada, dan hidup. Dia juga mengerti, apakah kita sungguh-sungguh membutuhkan Dia, mencintai, menghormati, dan sungguh-sungguh takut akan Dia. Kalau kita hanya mengaku bahwa Tuhan itu ada, maka banyak orang yang bisa melakukannya. Tetapi masalahnya, apakah setelah kita mengakui keberadaan-Nya, kita juga sungguh-sungguh mencari Dia? Ini yang harus benar-benar kita periksa dalam hidup kita. Seberapa tekun kita mencari Dia? Firman Tuhan mengatakan, “Mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia” (2 Taw. 16:9).
Percayalah, suatu hari, semua makhluk di muka bumi akan mengerti dan mengenal dengan sempurna betapa dahsyat dan mulia Allah yang menciptakan langit dan bumi ini. Yang sekarang ini seakan-akan tidak ada atau tersembunyi. Sejatinya, hal ini tergantung dari tekad dan niat masing-masing individu, yaitu seberapa berani ia memercayai Allah dan menginvestasikan waktu, pikiran, tenaga dan apa pun yang ada padanya, untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan. Sejujurnya, tidak semua orang yang datang ke gereja itu sungguh-sungguh mencari Tuhan. Sebab, kesungguhan kita mencari Tuhan terbukti atau nyata dalam kehidupan kita setiap hari. Yaitu bagaimana kita dapat menempatkan Tuhan secara benar dalam setiap aspek kehidupan kita.
Seharusnya, tidak ada kepentingan lain dalam hidup ini selain Tuhan. Bagaimana kita mengenal Tuhan dan bagaimana kita benar-benar bisa menyenangkan hati-Nya, harus menjadi ambisi yang paling kuat dan satu-satunya dalam hidup. Dari 8 miliar manusia di muka bumi, dan dari 270 juta manusia di Indonesia, kita dapat mempesona Allah. Tuhan pasti mencari orang-orang yang sungguh-sungguh mencari-Nya. Ingat, dalam percakapan TUHAN dengan Iblis yang terdapat dalam Ayub 1:7-9 tertulis, “Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Dari mana engkau?” Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”
Lalu, satu hal yang kita bisa baca di dalam ayat ke-8b, adalah bagaimana TUHAN memuji Ayub. Ini berarti, Ayub ditandai oleh TUHAN dan TUHAN menyebutnya dengan panggilan, “hamba-Ku.” Berarti, walaupun Ayub banyak harta, hidupnya juga limpah, tetapi Ayub tidak menjadi “hamba dunia.” Ia tidak terikat dengan dunia atau keluarga. Juga dikatakan bahwa: “Sebab, tiada seorang pun di bumi seperti dia.” Ingat, TUHAN menilai dan TUHAN membuat perbandingan. Paulus juga menggambarkan dirinya sebagai seorang atlet. Ia bukan pelari yang tidak ada tujuan. Ia tahu dengan jelas di mana tujuannya. Kalau hanya demi mendapatkan mahkota fana, orang bisa berlari sedemikian rupa, maka Paulus menasihati, “Demi mahkota kekal, larilah secepat-cepatnya.”
“Mata TUHAN menjelajah” untuk mencari, apakah ada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Dan mata TUHAN tertuju kepada Ayub. Ternyata, Ayub seorang yang patut mendapatkan pujian dari TUHAN. Pertanyaan kepada setiap kita, apakah kita termasuk orang percaya yang layak mendapat pujian dari TUHAN? Kita tidak harus berpendidikan tinggi, atau memiliki uang, sebab yang dibutuhkan hanya hati dan niat. Dan kita harus mulai sejak sekarang. Jangan menunggu nanti, karena kita tidak tahu kapan kita meninggal.
Di ayat lain TUHAN berkata, “Uji Aku, apakah Aku tidak membuka tingkap langit kalau kamu taat, menuruti apa yang Kuperintahkan.” Jangan setengah-setengah; panas tidak, dingin pun tidak. Maka buktikanlah keseriusan kita dalam berurusan dengan Tuhan melalui kehidupan kita setiap hari, di mana kita selalu menuruti apa yang Tuhan mau kita lakukan. Semua kita juga bisa berbuat salah, tetapi kita memilih untuk tidak berbuat salah. Ingat, jangan mengalah dengan kelemahan dan kedagingan kita. Kita harus menang!
Kesungguhan kita mencari Tuhan nyata dalam kehidupan kita setiap hari.