Ketika gereja terjebak oleh aktivitas olah nalar dalam teologi semata-mata sehingga tidak menekankan pengalaman pribadi dan riil serta langsung dengan Allah, maka gagasan-gagasan teologi tersebut hanya menjadi fantasi, dan surga tidak akan menjadi tujuan secara proporsional. Keadaan ini telah berlangsung selama berabad-abad, hingga kekristenan yang diwarisi orang-orang Kristen hari ini adalah kekristenan yang sebenarnya telah menyimpang dari Injil yang sejati yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan yang diteruskan oleh rasul-rasul-Nya. Sebagai buktinya, dalam berteologi, implikasi dari kehidupan Kristen tidak dikemukakan secara proporsional. Lebih banyak teori yang disajikan menjadi bahan diskusi, dan mengisi buku-buku di perpustakaan. Kehancuran hidup kekristenan nyata di dunia Barat, dimana kekristenan pernah berjaya. Hal ini menunjukkan bahwa tugas para reformator belumlah selesai. Seharusnya, kita sebagai penerus reformasi harus meletakkan landasan yang lebih kokoh dalam dinamika kehidupan yang terus berubah, dimana dunia semakin jahat.
Kita tidak boleh terjebak oleh pola kekristenan yang telah menyimpang, yang hanya melahirkan teolog-teolog yang cakap berdebat dan berapologet, namun miskin dalam peragaan kehidupan sebagai anak-anak Allah, dimana Yesus menjadi modelnya. Setiap orang percaya harus memiliki geliat yang sungguh-sungguh untuk mengalami Allah, artinya mengalami perjumpaan dengan Allah, dan menerima bimbingan Roh Kudus secara nyata sehingga mengenal kekristenan yang sejati dari Tuhan sendiri. Jika orang percaya mengalami perjumpaan dengan Allah dan menerima bimbingan Roh Kudus secara nyata, mereka barulah dapat mengerti betapa hebat kesesatan yang telah terjadi dalam lingkungan gereja yang justru dilakukan oleh atau melalui teolog-teolog dan pemimpin-pemimpin gereja yang memiliki latar belakang pendidikan formal teologi. Tentu tidak semua teologi itu sesat dan tidak semua orang yang berlatar belakang pendidikan dengan format teologi itu menjadi alat kuasa dunia. Tetapi faktanya, tidak sedikit dari mereka yang benar-benar telah menjadi alat kuasa dunia untuk merusak kekristenan yang sejati.
Kebenaran kekristenan tidak boleh hanya diukur dari pandangan teologi yang selama ini dianggap benar. Tidak sedikit pandangan teologi yang sebenarnya harus direvisi tetapi tidak direvisi, dianggap sudah permanen benar dan terus “digoreng” seperti saham yang dianggap sudah bernilai tinggi, padahal sebenarnya tidak. Penipuan seperti ini telah berlangsung selama berabad-abad, sehingga banyak pandangan teologi yang dianggap baku dan permanen benar, ternyata tidak bisa menyelamatkan umat Kristen pada zaman sekarang. Bukti yang tidak bisa dibantah pula, banyak gereja tidak lagi memperkarakan kesucian hidup dan fokus kepada kehidupan yang akan datang, yaitu langit baru dan bumi baru.
Bukti lain daripada kemelesetan kehidupan Kristen zaman sekarang adalah keselamatan hanya menjadi teori yang dibukukan dan dirumuskan dalam doktrin, tetapi tidak dialami. Padahal, kualitas hidup seseorang sangat menentukan keadaan kekalnya nanti. Kalau sejak hidup di bumi tidak memiliki kualitas sebagai anak-anak Allah, artinya berkeadaan seperti anak-anak dunia, yaitu hidup di dalam kewajaran seperti manusia lain, pastilah tidak akan dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga dan tidaklah patut dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Ironisnya, banyak orang Kristen yang yakin bahwa dirinya pasti selamat, bahkan berani yakin akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Padahal, kalau ditinjau dari kualitas hidupnya hari ini, sangatlah tidak layak dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu, perlu diserukan kepada orang-orang Kristen untuk memeriksa hidupnya sekarang, apakah dengan keadaan sekarang ini, ia layak dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Ini adalah hal yang paling krusial, lebih dari segala sesuatu. Lebih dari masalah kesehatan, lebih dari masalah ekonomi, lebih dari masalah jodoh atau apa pun juga dalam kehidupan ini. Sebab, berbicara mengenai kekekalan, ini adalah hal yang lebih prinsip dari segala sesuatu. Kalau seseorang menempatkan hal ini sebagai hal utama, bahkan mestinya dijadikan sebagai satu-satunya agenda hidup, barulah ia dapat dikatakan sebagai menghormati Allah.
Kalau seseorang tidak mulai dari sekarang menjadikan hal ini sebagai satu-satunya agenda hidup, ia tidak akan pernah mengagendakan hal kekekalan ini sampai selama-lamanya. Itu berarti ia tidak akan pernah menghormati Allah, sehingga membinasakan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita tidak boleh menunda, sebab penundaan bisa merupakan bentuk pemberontakan dan sikap menolak untuk mengagendakan kekekalan sebagai hal yang utama dan satu-satunya dalam hidup ini. Penyesalan tidak mengagendakan hal kekekalan yang mengakibatkan kebinasaan, akan disesali dan diratapi dengan penyesalan dan ratapan yang tiada terbayangkan hari ini. Sangat menyedihkan, banyak manusia termasuk sebagian orang Kristen yang telah tertipu oleh kuasa gelap sehingga mereka sibuk dengan urusan-urusan fana dunia dan tidak mengagendakan kekekalan sebagai sesuatu yang mutlak dan satu-satunya dalam hidup ini. Sampai pada satu titik tertentu, seseorang tidak akan pernah takut terhadap realitas kekekalan, meskipun dia di ujung maut, apalagi pada waktu sudah ada di balik kubur.